Warga di Daerah Rawan Longsor Harus Waspadai Hujan di Malam Hari
Puluhan korban berjatuhan di Nganjuk, Jawa Timur, dan Sumedang, Jawa Barat, karena bencana longsor di senja hari. Warga diminta waspada, terutama jika terjadi hujan deras selama lebih dari tiga jam.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kewaspadaan terhadap potensi longsor selama musim hujan di kawasan rawan harus ditingkatkan, terutama pada malam hari. Setiap pihak diminta saling berkoordinasi melihat tanda-tanda terjadinya longsor.
Peneliti Muda di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Sumaryono memaparkan, kondisi tersebut terjadi dalam bencana longsor di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Minggu (14/2/2021). Kejadian yang menyebabkan 21 korban tertimbun ini memiliki rentang waktu serupa dengan longsor di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Di Sumedang, korban jiwa mencapai 40 orang.
Saat bencana terjadi, daerah-daerah rawan tersebut dilanda hujan deras sepanjang hari. Kejadian pun berlangsung pada saat menjelang malam, saat sebagian besar korban sedang berada di dalam rumah. ”Setiap daerah responsnya berbeda-beda. Yang pasti, kalau hujan lebih dari tiga jam, sebaiknya warga yang tinggal di daerah longsor mengungsi dulu,” ujarnya di Bandung, Senin (15/2/2021).
”Ke depan, semua pihak juga diminta mewaspadai potensi longsor susulan. Masyarakat yang tinggal di daerah lereng diminta untuk melihat beberapa potensi dan tanda-tanda daerah tersebut terancam longsor,” ujarnya.
Sumaryono menjelaskan, tanda-tanda ancaman tersebut dapat dilihat dari lereng permukiman yang curam dan kerap terlihat rembesan air di permukaan tanah saat hujan deras. Selain itu, kemunculan retakan yang mengelilingi lereng hingga berbentuk tapal kuda menandakan daerah tersebut sangat rawan longsor.
”Jika terjadi perubahan di permukiman, artinya ada ancaman. Perubahan ini antara lain muncul retakan dan amblesan, tiang listrik miring, hingga ada retakan di dalam rumah, terutama bagi yang tinggal di alur air,” ujarnya.
Di Jabar, kejadian longsor menjadi bencana terbanyak sepanjang Januari 2021. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar mencatat, dari 225 kejadian, 137 bencana merupakan tanah longsor.
Jika terjadi perubahan di permukiman, artinya ada ancaman. Perubahan ini antara lain muncul retakan dan amblesan, tiang listrik miring, hingga ada retakan di dalam rumah, terutama bagi yang tinggal di alur air.
Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Jabar Budi Budiman Wahyu menuturkan, kawasan bagian tengah dan selatan sangat rawan bencana longsor. Hal ini terjadi karena sebagian besar permukiman di daerah tersebut berada di lereng dan alur air.
Karena itu, Budi mengimbau warga agar tetap waspada selama puncak musim hujan. Tidak hanya dari bencana longsor, banjir dan puting beliung juga perlu diwaspadai karena kerap terjadi selama awal tahun 2021.
”Ada 25 kejadian banjir dan 51 titik bencana puting beliung selama Januari 2021. Karena itu, saya harap warga tetap waspada hingga akhir musim hujan karena ancaman bencana hidrometeorologi ini masih besar,” katanya.