Tiga Penumpang Kapal Motor di Sumenep Hilang, Basarnas Kerahkan KN SAR Antasena
Kecelakaan kapal nelayan di perairan Gili Genting diduga terjadi akibat cuara ekstrem berupa hujan deras disertai angin kencang dan gelombang tinggi.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Perahu nelayan Barselona 2 terbalik dan tenggelam di perairan Gili Genting, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Minggu (14/2/2021) malam. Hingga saat ini, tiga dari 17 penumpang perahu itu masih dinyatakan hilang. Badan SAR Nasional Surabaya memberangkatkan Kapal Negara SAR Antasena untuk membantu proses pencarian.
Perahu nelayan berjenis kapal motor ini dilaporkan berangkat dari Pelabuhan Ombul, Sumenep, pada Minggu siang. Dalam perjalanannya melaut, perahu milik warga Desa Lobuk, Kecamatan Bluto, itu diduga dihantam gelombang sehingga terbalik dan tenggelam. Saat kejadian, masyarakat melaporkan terjadi hujan deras disertai angin kencang.
Dalam kecelakaan tersebut, sebanyak 14 penumpang berhasil ditemukan dan dievakuasi dengan kondisi selamat. Sementara itu, tiga penumpang lainnya dinyatakan hilang dan hingga saat ini masih dalam pencarian. Upaya pencarian dan penyelamatan sebenarnya telah dilakukan sejak Senin dini hari oleh masyarakat setempat.
Tholib Vatelehan dari Humas Badan SAR Nasional (Basarnas) Surabaya mengatakan, untuk membantu proses pencarian dan penyelamatan korban kecelakaan kapal di Sumenep, telah dikirim Kapal Negara (KN) SAR Antasena menuju lokasi. Salah satu kapal tercanggih yang dimiliki Basarnas itu berangkat dari Surabaya sekitar pukul 11.00.
”Kapal diprediksi sampai di lokasi sekitar petang nanti. Adapun lokasi kecelakaan kapal diprediksi berada di selatan Pulau Gili Genting yang berjarak 77,4 NM (mil laut) dan waktu tempuh diprediksi sekitar tujuh jam perjalanan laut,” ujar Tholib, Senin (15/2/2021).
KN SAR Antasena dikirim untuk memperkuat upaya pencarian dan penyelamatan korban kapal tenggelam yang sebelumnya dilakukan oleh tim dari BPBD Sumenep, Polair Sumenep, Syahbandar Sumenep, dan kapal nelayan lokal yang turut membantu. Kapal dilengkapi dengan peralatan penyelamatan di wilayah perairan.
Kepala Desa Lobuk Muhammad Sholeh mengatakan, hingga saat ini para keluarga anak buah kapal yang belum ditemukan masih menunggu di pelabuhan tempat kapal berangkat. Mereka menunggu perkembangan informasi terkini terkait upaya pencarian. Selain pihak keluarga, masyarakat juga menanti hasil pencarian korban.
”Untuk 14 anak buah kapal yang berhasil dievakuasi, semuanya sudah ditangani dengan baik. Mereka sempat dirawat di puskesmas dan sekarang sudah pulang ke keluarga masing-masing,” kata Sholeh.
Kepala Pelaksana BPBD Sumenep Rahman Riadi menjelaskan, proses pencarian terhadap nelayan yang hilang saat melaut masih terus dilakukan hingga beberapa hari ke depan. Pihaknya sudah meminta bantuan Basarnas Surabaya untuk mengoptimalkan upaya pencarian karena memiliki dukungan peralatan yang memadai seperti kapal negara.
Meski upaya pencarian terhadap tiga nelayan tersebut terus dilakukan, pihak BPBD tidak membuka posko di wilayah pelabuhan. Koordinasi kegiatan teknis dilakukan di tingkat kecamatan. Di sana juga disiapkan perlengkapan evakuasi dan perawatan apabila diperlukan oleh tim medis dari puskesmas setempat.
Rahman menambahkan, kecelakaan kapal nelayan di wilayah perairan Gili Genting diduga terjadi akibat cuara ekstrem berupa hujan deras disertai angin kencang dan gelombang tinggi. BPBD Sumenep sebenarnya sudah menyosialisasikan peringatan tentang cuaca yang patut diwaspadai kepada masyarakat, termasuk nelayan.
”Namun, mereka tetap berangkat melaut dengan tujuan mencari ikan. Alasannya terdesak kebutuhan ekonomi,” ucap Rahman saat dihubungi dari Surabaya.
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Surabaya Taufiq Hermawan mengatakan, pihaknya telah mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di wilayah perairan Jatim yang berlaku pada 14-15 Februari. Gelombang tinggi 1,25 meter hingga 2,5 meter berpeluang terjadi di laut Jatim Masalembo.
Sementara itu, gelombang dengan tinggi 2,5 meter hingga 4 meter berpeluang terjadi di perairan selatan Jatim dan Samudra Hindia selatan Jatim. Kondisi cuaca dengan kecepatan angin lebih dari 15 knot dan gelombang lebih dari 1,25 meter tersebut berisiko terhadap keselamatan pelayanan, terutama perahu nelayan.
Gelombang tinggi 1,25 meter hingga 2,5 meter berpeluang terjadi di laut Jatim Masalembo.
Taufiq menambahkan, pola angin di wilayah Indonesia bagian utara pada umumnya bergerak dari barat laut menuju timur laut dengan kecepatan angin berkisar 5-20 knot. Sementara itu, di wilayah Indonesia bagian selatan umumnya bergerak dari barat daya menuju barat laut dengan kecepatan angin 5-20 knot.
Kecepatan angin tertinggi terpantau terjadi di Laut Natuna Utara, perairan Kepulauan Bintan hingga Kepulauan Lingga, Laut Natuna, Laut Jawa, Laut Flores, Laut Sulawesi, perairan Kepulauan Sangihe hingga Kepulauan Talaud. Selain itu, terjadi pula di Laut Maluku, perairan utara Halmahera, Laut Seram, dan Laut Banda.