Tim SAR Terpadu masih berupaya melanjutkan pencarian dan pertolongan terhadap 23 warga yang tertimbun tanah longsor di Dusun Selopuro, Desa/Kecamatan Ngetos, Nganjuk, Jawa Timur.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Tim SAR Terpadu melanjutkan pencarian dan pertolongan terhadap 23 warga yang tertimbun tanah longsor dari tebing yang runtuh di Selopuro, Ngetos, Nganjuk, Jawa Timur, Senin (15/2/2021).
”Belum ditemukan sejak tanah longsor terjadi tadi malam,” kata Wakil Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi saat dihubungi dari Surabaya.
Bencana ini terkait dengan hujan deras yang mengguyur Nganjuk sepanjang Minggu atau kemarin. Menjelang pukul 19.00, tebing di Dusun Selopuro, Desa/Kecamatan Ngetos, runtuh dan menimpa rumah-rumah warga.
Belum ditemukan sejak tanah longsor terjadi tadi malam.
Menurut catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Nganjuk, tanah longsor turut mengakibatkan 14 warga terluka. Mereka dirawat di Puskesmas Ngetos. Selain itu, lebih kurang 20 jiwa diungsikan.
Secara terpisah, Koordinator Taruna Siaga Bencana Kabupaten Nganjuk Aris Trio Effendi mengatakan, pencarian dan pertolongan mulai ditempuh pada Minggu malam, tetapi cuaca buruk dan keterbatasan peralatan menghambat upaya Tim SAR Terpadu.
Senin ini, Tim SAR Terpadu mengerahkan alat-alat berat untuk mempercepat pencarian dan pertolongan kepada para korban yang tertimbun.
Selain dihantam tanah longsor, Nganjuk juga diterjang banjir di sembilan desa dalam tiga kecamatan. Ketinggian banjir sampai dengan 2,5 meter. Banjir menerjang Sendangbumen, Sonopatik, Grojogan di Kecamatan Berbek, Ploso, Jatirejo, dan Payaman di Kecamatan Nganjuk Kota, serta Sukorejo, Tanjungrejo, dan Gunungkidul di Kecamatan Loceret.
Di Berbek, ketinggian banjir 1-2,5 meter. Di Nganjuk kota dan Loceret, ketinggian banjir 30-80 sentimeter (cm). ”Namun, pagi ini, banjir berangsur surut,” kata Marhaen.
Tanah longsor yang meminta korban jiwa di Nganjuk ini mengingatkan pada peristiwa naas serupa di Dusun Dalopo, Desa Kepel, Ngetos, 9 April 2017. Ketika itu, lima warga tewas akibat tertimbun tanah longsor dari tebing yang runtuh. Kawasan bencana berada di lereng Gunung Wilis.
Tanah longsor di Dalopo terjadi delapan hari setelah bencana serupa menghantam Desa Banaran, Pulung, Ponorogo. Di Ponorogo saat itu, tanah longsor menimbun 28 jiwa dan memaksa puluhan warga mengungsi lalu direlokasi.