Level Kebencanaan Merapi Turun, Warga Tetap Diminta Waspada
Level status kebencanaan erupsi Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, diturunkan. Hal ini dilakukan seiring dengan mulai berkurangnya ancaman bahaya erupsi ke sejumlah desa di lereng Merapi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Level status kebencanaan bahaya erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, diturunkan. Dari sebelumnya tanggap Darurat bencana erupsi menjadi Siaga darurat erupsi. Namun, warga berpotensi terdampak erupsi diminta tetap waspada.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, penurunan level ini didasari pertimbangan perubahan rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). ”Potensi bahaya erupsi ke desa-desa di Kabupaten Magelang relatif berkurang,” ujarnya, Senin (15/2/2021).
Sebelumnya, status tanggap darurat bencana Merapi berlaku 16 Januari-14 Februari 2021. Saat itu erupsi diperkirakan bakal mengarah ke barat dan barat laut. Di sana, ada tiga desa di Kabupaten Magelang. Erupsi diprediksi terjadi eksplosif.
Sementara dalam status Siaga darurat bencana yang direncanakan berlaku Senin (15/2/2021) hingga 14 hari ke depan, erupsi dipetakan mengarah ke selatan-barat daya. Kawasan itu meliputi wilayah Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Sungai Putih. Jarak maksimalnya sejauh 5 kilometer dari puncak Merapi.
Selain itu, potensi erupsi juga hanya akan berlangsung efusif. Namun, jika terjadi erupsi eksplosif, bahayanya hanya akan berdampak pada radius 3 kilometer dari puncak.
Dari sejumlah rekomendasi tersebut, Kabupaten Magelang disebut relatif aman dari bahaya erupsi. Kebanyakan desa yang berjarak kurang dari 5 kilometer berada di sektor barat dan barat laut. Di selatan-barat daya, desa terakhir di Kabupaten Magelang, berjarak lebih dari 5 kilometer dari puncak Merapi.
Akan tetapi, Edy berharap, hal ini tidak mengurangi kewaspadaan masyarakat. ”Warga lereng Merapi tetap diminta waspada. Pengungsian diminta tetap siap menerima pengungsi. Selama Merapi masih Siaga, kita pun harus tetap mewaspadai erupsi,” ujarnya.
Posko penanganan bencana erupsi di BPBD Kabupaten Magelang, menurut Edy, juga akan terus dibuka. Posko masih menerima beragam bantuan. Semua bantuan untuk sementara masih disimpan dan akan disalurkan saat dibutuhkan.
Sebelumnya, sejak 6 November 2020 hingga 1 Februari 2021, Pemkab Magelang membuka sembilan lokasi pengungsian bagi warga dari 11 dusun di empat desa di lereng Gunung Merapi. Dalam periode itu, sudah lima kali Pemkab Magelang menetapkan dan memperpanjang status tanggap darurat bencana erupsi Merapi.
Akan tetapi, setelah BPPTKG mengeluarkan pernyataan tentang perubahan rekomendasi daerah bahaya erupsi, pengungsi dari setiap dusun berinisiatif pulang. Mereka kembali ke rumah atas keinginan sendiri.
Ismail, Kepala Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, mengatakan, 121 warga dari tiga dusun di Desa Keinjing memutuskan meninggalkan pengungsian pada Jumat (22/1/2021). Semuanya didasari pertimbangan perubahan rekomendasi BPPTKG.
”Kami tetap waspada. Hingga saat ini, seluruh warga masih terus mempersiapkan tas berisi berbagai perlengkapan, yang nantinya bisa dibawa jika sewaktu-waktu mengungsi,” ujarnya.
Suchini (30), warga Dusun Babadan II, Desa Paten, Kecamatan Dukun, mengatakan, sejak kembali pulang ke rumah pada Minggu (31/1/2021), sudah beraktivitas seperti biasa. Warga juga sudah tidak mendengar suara gemuruh dan getaran Merapi.
”Akan tetapi, setiap malam, kami tetap melakukan ronda dan memantau aktivitas gunung (Merapi),” ujarnya.