Sekitar Sepekan Tidak Hujan, Lahan Gambut di Kalbar Mulai Terbakar
Kebakaran lahan gambut susah dipadamkan karena jauh dari sumber sungai dan belum ada hujan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Sudah sekitar sepekan sejumlah wilayah di Kalimantan Barat tidak hujan. Akibatnya, sejumlah lahan gambut di Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, dan Ketapang mulai terbakar karena mengering.
Salah satu lokasi kebakaran terjadi di daerah Parit Demang, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak. Kebakaran di lokasi tersebut sudah terjadi sejak Kamis (11/2/2021). Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pontianak hingga Senin (15/2/2021) terus berupaya memadamkan api di daerah Parit Demang.
Asap masih muncul di lokasi kebakaran pada hari ini. Posisi api berada di bawah gambut. Kedalaman gambut diperkirakan sekitar 1 meter. Pemadaman di lokasi tergolong sulit karena letak sumber air untuk memadamkan api cukup jauh, 400-500 meter dari lokasi kebakaran lahan.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Pontianak Hariyadi Saragih, di lokasi kebakaran, Senin (15/2/2021), menuturkan, kebakaran lahan di Pontianak dalam beberapa hari terakhir terjadi di daerah Parit Demang (Kecamatan Pontianak Selatan). Kemudian, di daerah Sepakat Dua dan Parit Haji Husin 2 (Kecamatan Pontianak Tenggara).
Kebakaran di daerah Parit Demang totalnya sekitar 1 hektar. Sementara luas kebakaran di daerah Sepakat 2 sekitar 500 meter x 500 meter dan kebakaran lahan gambut di Parit Haji Husn 2 diperkirakan berkisar 2-3 hektar.
”Pemadaman lahan gambut yang terbakar di daerah Parit Demang dan Parit Haji Husin 2 terus dilakukan. Kalau lahan yang terbakar di Sepakat 2 sudah dapat dipadamkan,” ujar Hariyadi.
Hariyadi menuturkan, diduga ada orang yang membakar lahan. Hanya saja, belum diketahui siapa yang membakar. Belum diketahui pula tujuan membakar lahan tersebut. ”Api awalnya dari atas gambut, kemudian merembet ke bawah gambut sehingga sulit dipadamkan,” katanya.
Keberhasilan pemadaman, menurut Hariyadi, tergantung kondisi ketinggian sumber air yang dipergunakan untuk memadamkan api. Ketinggian air akan berkurang jika tidak ada hujan. Lokasi sumber air juga cukup jauh dari lahan yang terbakar.
Api awalnya dari atas gambut, kemudian merembet ke bawah gambut sehingga sulit dipadamkan. (Hariyadi)
Kebakaran lahan gambut juga terjadi di Daerah Sungai Raya Dalam, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya. Kebakaran di daerah itu bahkan hanya berjarak sekitar 10 meter dari permukiman warga di Kompleks Bintang Serdam Residence. Bustomi (33), warga setempat, memperkirakan, luas lahan yang terbakar mencapai puluhan hektar, bahkan bisa lebih dari itu.
Akibat kebakaran itu, warga di sekitar lokasi ada yang mengungsi ke rumah keluarganya agar lebih aman. Warga kompleks juga berjaga di sekitar lokasi setiap hari sejak pagi hingga malam pukul 23.00 atau pukul 00.00 untuk memastikan api tak merembet ke permukiman mereka.
Pada Senin sore, tim gabungan, antara lain TNI-Polri, BPBD, dan pemadam kebakaran swasta, juga masih berjibaku memadamkan api di daerah Sungai Raya Dalam. Mereka berupaya memadamkan api dari berbagai titik agar api tidak meluas.
Kebakaran lahan gambut juga terjadi di Kabupaten Ketapang. Berdasarkan data Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kalbar Novel Umar, kebakaran lahan gambut di Ketapang terjadi sejak Minggu (14/2/2020) di Desa Sungai Besar, Kecamatan Matan Hilir Selatan. Berdasarkan pengawasan, lokasi yang terbakar adalah lahan warga yang akan dijadikan perkebunan. Luas lahan terbakar sekitar 0,8 hektar dengan status area penggunaan lain (APL).
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandara Supadio, Pontianak, Dina Ike, menjelaskan, tiga hari ke depan potensi hujan masih terbilang sedikit di Kalbar. Meskipun ada peluang hujan, sifatnya hanya lokal, misalnya di Kabupaten Sintang, Melawi, dan Kapuas Hulu.
”Untuk wilayah pesisir, seperti di Ketapang hingga Sambas, masih cerah berawan dan adanya potensi timbulnya asap,” ujarnya.
Adanya daerah bertekanan rendah di wilayah Australia memengaruhi cuaca di Kalbar. Massa udara tertarik ke wilayah tersebut. Hal ini berdampak pada berkurangnya pertumbuhan awan-awan hujan di Kalbar.