Jumlah Tes PCR di DIY Menurun, ”Positivity Rate” Tak Penuhi Rekomendasi WHO
Jumlah orang yang menjalani tes PCR di Daerah Istimewa Yogyakarta menurun signifikan selama dua hari terakhir. Sementara itu, ”positivity rate” di DIY masih tinggi sehingga tak memenuhi rekomendasi WHO.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Jumlah orang yang menjalani tes reaksi rantai polimerase atau PCR di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan signifikan selama dua hari terakhir. Di tengah penurunan tes PCR itu, positivity rate atau tingkat kepositifan di DIY masih tinggi sehingga tidak memenuhi rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan DIY, pada Senin (15/2/2021), jumlah orang yang menjalani tes PCR di DIY sebanyak 686 orang. Sementara itu, sehari sebelumnya atau Minggu (14/2/2021), jumlah orang yang menjalani tes PCR di provinsi tersebut hanya 652 orang. Padahal, pada hari-hari sebelumnya, jumlah orang yang dites PCR di DIY hampir selalu lebih dari 1.000 orang per hari.
Tren penurunan jumlah tes PCR itu juga terlihat dalam jangka yang lebih panjang, yakni saat diberlakukannya kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berbasis mikro. Seperti diketahui, sejumlah provinsi di Jawa dan Bali, termasuk DIY, sedang menjalankan PPKM mikro pada 9-22 Februari 2021.
Sebelumnya, pada 11-25 Januari 2021, DIY menjalankan kebijakan pengetatan secara terbatas kegiatan masyarakat (PTKM). Substansi kebijakan PTKM di DIY sama dengan kebijakan PPKM yang dijalankan oleh sejumlah provinsi di Jawa dan Bali pada waktu itu. Sesudah PTKM tahap pertama, DIY menerapkan PTKM tahap kedua pada 26 Januari-8 Februari 2021, lalu diikuti dengan PPKM mikro.
Berdasarkan data yang dihimpun Kompas dari laporan harian Dinas Kesehatan DIY, jumlah tes PCR di DIY pada masa PPKM mikro ternyata lebih rendah dibandingkan pada masa PTKM tahap pertama dan kedua. Saat PTKM tahap pertama, rata-rata terdapat 1.085 orang yang menjalani tes PCR di DIY dalam sehari.
Sementara itu, pada PTKM tahap kedua, rata-rata jumlah orang yang menjalani tes PCR di DIY meningkat menjadi 1.097 orang per hari. Namun, pada tujuh hari pertama PPKM mikro atau 9-15 Februari 2021, rata-rata jumlah orang yang menjalani tes PCR di DIY hanya 917 orang per hari atau menurun sekitar 16,4 persen dibandingkan pada PTKM tahap kedua.
Jumlah orang yang dites PCR di DIY itu memang masih lebih tinggi dibandingkan rekomendasi WHO. Seperti diketahui, WHO merekomendasikan jumlah orang yang dites PCR di suatu wilayah minimal 1 per 1.000 penduduk per minggu. Berdasarkan rekomendasi WHO itu, jumlah orang yang harus menjalani tes PCR di DIY minimal 3.882 orang per minggu atau 555 orang per hari.
Meski begitu, positivity rate di DIY selama beberapa pekan terakhir ternyata masih lebih tinggi dibandingkan rekomendasi WHO, yakni kurang dari 5 persen. Positivity rate merupakan perbandingan jumlah orang yang menjalani tes PCR dengan jumlah orang yang dinyatakan positif Covid-19.
Berdasarkan kalkulasi yang dilakukan Kompas dengan mengacu pada laporan harian Dinas Kesehatan DIY, positivity rate di DIY pada periode 9-15 Februari 2021 mencapai 22,04 persen. Ini artinya, positivity rate DIY pada periode tersebut mencapai lebih dari empat kali lipat rekomendasi WHO.
Berdasarkan laporan situasi Covid-19 di Indonesia yang diterbitkan WHO pada 10 Februari 2021, angka positivity rate lebih dari 20 persen menunjukkan suatu wilayah berada dalam kondisi community transmission (CT) atau penularan komunitas level 4. Kategori CT 4 merupakan level paling tinggi dan menunjukkan terjadinya penularan yang sangat tinggi di komunitas.
Berdasarkan data yang dihimpun Kompas dari laporan harian Dinas Kesehatan DIY, jumlah tes PCR di DIY pada masa PPKM mikro ternyata lebih rendah dibandingkan pada masa PTKM tahap pertama dan kedua.
Penjelasan pemda
Juru Bicara Pemerintah Daerah DIY untuk Penanganan Covid-19 Berty Murtiningsih mengatakan, selama dua hari terakhir, jumlah tes PCR di DIY memang mengalami penurunan. Dia menyebut penurunan jumlah tes itu kemungkinan terjadi karena hasil tracing atau pelacakan kontak erat yang menurun.
Penurunan hasil pelacakan itu terjadi karena jumlah kasus positif Covid-19 di DIY beberapa waktu terakhir juga menurun. ”Mungkin karena tracing kontak kasus positif yang kasusnya juga menurun ya, dilihat dari jumlah sampel yang dikirim ke laboratorium rujukan juga mengalami penurunan,” ujar Berty.
Berty menambahkan, penurunan jumlah tes PCR itu juga terjadi karena jumlah orang yang melakukan tes PCR secara mandiri mengalami penurunan. Hal ini karena sebagian orang lebih memilih menggunakan tes antigen yang lebih murah dan juga bisa dipakai sebagai syarat untuk melakukan perjalanan.
”Yang periksa mandiri ke beberapa laboratorium untuk PCR mengalami penurunan. Ini terkait peraturan penggunaan rapid (tes cepat) antigen juga,” tutur Berty yang juga menjabat Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DIY.
Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, jumlah tes PCR yang dilakukan di DIY masih lebih tinggi dibandingkan rekomendasi WHO. Oleh karena itu, ia menilai tidak ada masalah terkait jumlah tes PCR di DIY. ”Dari sisi jumlah tes, saya kira tidak ada persoalan,” ujarnya.
Kadarmanta juga menyebut, sampai saat ini Pemda DIY masih melakukan tes PCR berdasarkan hasil pelacakan kontak erat. Hal ini karena tes yang dilakukan berdasarkan pelacakan dinilai lebih efektif untuk menemukan kasus positif Covid-19 dibandingkan melakukan tes PCR secara acak.
”Melakukan tes acak sebetulnya tidak efektif. Tes yang paling bagus adalah tes yang dilakukan karena tracing. Kalau berdasar tracing, kemungkinannya besar (untuk menemukan kasus Covid-19),” ungkapnya.