Dana Kemanusiaan Kompas Disalurkan bagi Korban Banjir Semarang
Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas kembali menyalurkan bantuan bagi korban banjir di Kelurahan Trimulyo, Genuksari, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/2/2021). Di Semarang, wilayah ini terlama dilanda bencana banjir.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA/GEGORIUS MAGNUS FINESSO
·5 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas, Senin (15/2/2021), kembali menyalurkan bantuan kepada korban banjir di Kelurahan Trimulyo, Kecamatan Genuksari, Kota Semarang, Jawa Tengah. Wilayah tersebut menjadi daerah yang paling lama tergenang selama bencana banjir melanda pantai utara Jawa Tengah sejak Sabtu (6/2/2021).
Bantuan disampaikan di Posko Bantuan Kelurahan Trimulyo, Jalan Kaligawe Raya, Semarang. Dana yang dikumpulkan dari pembaca harian Kompas tersebut disampaikan Ketua Forum Komunikasi Daerah (FKD) Kompas Gramedia Semarang Agung Prabowo dan Kepala Biro Jawa Tengah-DIY Harian Kompas Gregorius Magnus Finesso. Bantuan diterima langsung Lurah Trimulyo Katarina Nevy Herawati.
Agung mengatakan, bantuan tersebut berupa 100 paket bahan pokok, di antaranya beras, mi instan, dan susu. Adapun lokasi bantuan dipilih yang dinilai paling membutuhkan. Sehari sebelumnya, bantuan DKK sebanyak 400 paket bahan pokok juga disalurkan kepada korban banjir di Desa Sayung, Kabupaten Demak.
”Kami dari Forum Komunikasi Kompas Daerah Kelompok Kompas Gramedia Semarang diminta bantuan untuk menyalurkan. Untuk pemilihan tempat kami bagi-bagi dan memprioritaskan yang urgent dahulu,” tutur Agung.
Gregorius menambahkan, wilayah Kelurahan Trimulyo termasuk daerah yang paling parah terdampak di wilayah Semarang sejak hujan ekstrem, Sabtu (6/2/2021). Hingga Minggu (14/2/2021), sebagian warga bahkan masih mengungsi. Hingga Jumat kemarin, genangan air di permukiman warga masih berkisar 50-100 sentimeter (cm).
”Bahkan, kantor kelurahan juga pindah darurat di Jalan Raya Kaligawe karena terendam banjir meski hari ini mulai surut. Dalam kondisi darurat, warga butuh dibantu, terutama untuk cadangan logistik. Untuk itu, kami memutuskan menyalurkan bantuan di lokasi ini yang diharapkan meringankan beban korban banjir,” katanya.
Nevy Herawati sangat mengapresiasi bantuan tersebut. Dia menuturkan, Kelurahan Trimulyo memiliki 4 RW dan 20 RT dengan jumlah penduduk sekitar 3.000 jiwa dari 1.200 keluarga. Menurut dia, hampir semua daerah terendam banjir.
Senin siang, cuaca Kota Semarang yang mulai panas membuat air perlahan surut. Namun, beberapa ruas jalan permukiman masih terendam sekitar 5 cm.
”Hari ini adalah hari ke-10 wilayah kami terendam banjir. Ini yang terlama di antara kelurahan lain. Sebab, wilayah kami berada di daerah cekungan sehingga air sulit surut,” tutur Nevy.
Sepekan lebih tergenang banjir, aktivitas warga pun terhambat. Kondisi warga korban banjir memprihatinkan. Pasalnya, semua perabotan rumah terendam banjir. Adapun kebutuhan sehari-hari juga tidak terpenuhi. Untuk konsumsi, warga masih mengandalkan bantuan dari pihak luar.
”Hari ini Dana Kemanusiaan Kompas disalurkan untuk meringankan beban warga kami. Ini pasti sangat bermanfaat. Tentunya saya mewakili seluruh warga Kelurahan Trimulyo mengucapkan terima kasih atas bantuan dan perhatiannya. Semoga apa yang diberikan menjadi berkah,” kata Nevy.
Untuk pendistribusian bantuan kepada warga, pihak Pemerintah Kelurahan Trimulyo akan membuat penjadwalan berkerja sama dengan pihak RT dan RW yang ada di Kelurahan Trimulyo ini. Selama ini, pihak kelurahan sudah empat kali mendistribusikan bantuan kepada warga. Dia juga mengapresiasi penyaluran bantuan DKK dilakukan secara terpusat melalui posko bencana supaya distribusi kepada warga lebih merata.
”Ini untuk menghindari kecemburuan sosial jika penyaluran bantuan langsung ditujukan ke RT atau RW tertentu. Dengan distribusi terpusat, kami bisa membagi rata bantuan secara proporsional,” terang Nevy.
Dari pantauan, banjir di permukiman warga Trimulyo mulai surut. Warga langsung memanfaatkannya untuk bersih-bersih rumah dari sisa material banjir. Siti Suarti, warga Trimulyo, mengaku mulai membersihkan rumah dan mencuci pakaian yang terendam banjir. Ia juga bersyukur bisa kembali ke rumah setelah beberapa hari terakhir mengungsi di pengungsian.
”Alhamdulillah sekarang sudah surut, tinggal bersih-bersih rumah. Surutnya mulai hari kemarin, untuk sembako alhamdulillah sudah dapat,” tutur Siti.
Siti mengaku, awal pekan lalu, ketinggian air yang merendam Kelurahan Trimulyo mencapai 150 cm. Hal tersebut membuat seluruh perlengkapan rumah warga rusak. Sebagian besar warga juga mengungsi ke pengungsian yang disediakan.
Hal tersebut juga dirasakan oleh Purbaningwi Astuti, warga lain. Dia mulai mencuci pakaian yang terendam banjir meski genangan air di rumahnya belum sepenuhnya surut. Genangan masih berkisar 5-10 cm.
”Hari kemarin itu tinggi banjir di rumah saya sedada (sekitar 100 cm), tapi syukurlah dua hari belakangan ini air sudah surut. Lemari saya ini jatuh terendam banjir, jadi pakaian-pakaian berserak,” ucapnya.
Dia menambahkan, dirinya sudah sekitar delapan hari tinggal di pengungsian. Bahkan, sejumlah warga sempat telantar di tepi Jalan Kaligawe untuk mencari lokasi yang tidak terendam banjir. ”Untungnya ijazah dan surat-surat berharga masih sempat kami selamatkan,” tutur Astuti.
Sartono (65), warga Trimulyo, mengaku banjir kali ini adalah yang terparah selama puluhan tahun. ”Di sini itu ibaratnya seperti kubangan, ya setiap ada banjir pasti sulit surut, jika tidak disedot dengan pompa. Padahal, pompa sudah banyak yang ada di sini,” tutur Sarwani.
Dia menambahkan, genangan air yang selalu melanda Trimulyo berasal dari luapan Sungai Babon dan rob. Dia berharap penanganan luapan Sungai Babon bisa lebih dioptimalkan.
Genangan air yang selalu melanda Trimulyo berasal dari luapan Sungai Babon dan rob.
Nevy menjelaskan, pemerintah sudah berupaya seoptimal mungkin menangani banjir, di antaranya dengan menambah jumlah pompa untuk menyedot air yang dialirkan ke Sungai Babon.
”Pemerintah sudah menambah pompa untuk mengurangi debit air. Di Kelurahan Trimulyo ada lima pompa besar dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, BBWS juga membantu satu pompa kecil. Di kolam retensi juga ada satu pompa kecil. Ada satu lagi dari bantuan dinas pekerjaan umum. Total pompa ada delapan,” jelas Katarina.
Meski demikian, dia berharap normalisasi Sungai Babon dioptimalkan hingga wilayah hilir sehingga mencegah air meluap saat curah hujan tinggi. Selain itu, dia juga berharap fungsi drainase dioptimalkan agar genangan air, terutama di sekitar wilayah Jalan Kaligawe, dapat dialirkan dengan cepat.