Dua Korban Longsor Nganjuk Ditemukan Tewas, 16 Lainnya Masih Dicari
Tim pencari dan penyelamat terpadu menemukan 4 dari 20 korban bencana longsor yang dilaporkan hilang di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk. Hingga saat ini masih ada 16 korban hilang yang masih dicari.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
NGANJUK, KOMPAS — Tim pencari dan penyelamat terpadu berhasil menemukan 4 dari 20 korban bencana longsor yang dilaporkan hilang akibat bencana longsor di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Dari empat korban itu, dua orang ditemukan tewas.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBD Jatim Yanuar Rachmadi mengatakan, dari empat korban yang ditemukan tersebut, dua orang yang ditemukan selamat mengalami luka pada bagian kakinya. Sementara dua orang lainnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
”Korban meninggal bernama Khasanah (45) dan Sri Utami (31), sedangkan korban selamat bernama Fatim dan Yuli. Semuanya telah dibawa ke rumah sakit,” ujar Yanuar.
Hujan deras yang mengguyur Nganjuk selama lebih dari empat jam menyebabkan bencana longsor di Desa Ngetos dan banjir di wilayah perkotaan. Bencana longsor mengakibatkan 14 warga terluka dan 20 lainnya dinyatakan hilang. Warga terluka telah mendapat perawatan di Puskesmas Ngetos.
Sementara itu, upaya pencarian terhadap warga yang hilang terus dilakukan. Tim Reaksi Cepat BPBD Nganjuk telah mendata lokasi bencana, mengevakuasi warga di sekitarnya, menyediakan tempat pengungsian sementara, dan menangani korban luka. Untuk mendukung kinerja tersebut, BPBD Jatim telah mengirimkan tim TRC beserta peralatan dan logistik.
Sekretaris Kabupaten Nganjuk Yasin mengatakan, pemda sudah menyediakan tempat pengungsian sementara bagi korban selamat. Saat ini terdapat 147 jiwa yang mengungsi di rumah Kepala Desa Ngetos. Pemda juga telah mendirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan makanan warga penyintas yang mengungsi.
M Tholib dari Humas Basarnas Surabaya mengatakan, telah diterjunkan 15 personel untuk membantu upaya pencarian dan penyelamatan korban hilang bencana longsor di Nganjuk. Selain itu, satu alat berat atau ekskavator juga dikerahkan.
Kendala yang dihadapi tim pencari dan penyelamat di lokasi bencana, antara lain, sulitnya akses jalan, medan yang cukup terjal, serta tingginya tumpukan material yang menimbun lokasi. Selain itu, ada potensi terjadi bencana longsor susulan yang ditandai adanya retakan tanah di sekitar lokasi.
Banjir Madiun
Sementara itu, bencana banjir dan longsor yang melanda Kabupaten Madiun, Jawa Timur, masih terus ditangani, Senin (15/2/2021). Meski tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, tim sukarelawan dan penyelamat berupaya melakukan tanggap darurat untuk membantu masyarakat terdampak bencana memulihkan kembali kehidupannya.
Kepala BPBD Kabupaten Madiun Muhammad Zahrowi mengatakan, banjir bandang terjadi Minggu (14/2/2021) petang sekitar pukul 19.00 setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut sejak sore atau lebih dari empat jam. Banjir setinggi 1,5 meter hingga 2 meter dipicu luapan Sungai Widas di Dusun Srampang Mojo. Kondisi itu semakin diperparah oleh luapan Kali Gemarang di Dusun Sambiroto, Desa Nampu, Kecamatan Gemarang.
”Banjir bandang bahkan terjadi hingga dua kali dengan selang waktu hanya 30 menit. Banjir kedua yang paling parah karena debit airnya besar,” ujar Zahrowi.
Banjir bandang di Desa Nampu itu mengakibatkan 22 rumah rusak, 6 di antaranya rusak berat. Banyak perkakas rumah tangga hanyut serta sejumlah kendaraan bermotor rusak parah. Sebanyak 75 jiwa terdampak banjir sejak semalam mengungsi mandiri di tempat tetangga.
Selain banjir bandang, luapan dua sungai di Kabupaten Madiun itu juga mengakibatkan lima rumah di Desa Petung Pajaran, Kecamatan Saradan, terendam banjir dengan ketinggian air 40 sentimeter. Saat ini kondisinya mulai surut dan cuaca cerah sehingga masyarakat tidak sampai mengungsi.
Zahrowi menambahkan, hujan deras juga memicu bencana longsor di delapan lokasi di Madiun. Delapan lokasi longsor itu tersebar di Desa Kepel satu titik, Desa Batok sebanyak dua titik, Desa Sumberbendo, Kecamatan Kare sebanyak dua titik, serta masing-masing satu titik di Desa Randualas dan Desa Cermo. Material longsor menutup badan jalan desa dan menimpa rumah warga.
Banjir bandang di Desa Nampu itu mengakibatkan 22 rumah rusak, 6 di antaranya rusak berat.
Di Desa Kare, misalnya, longsor terjadi di empat titik ruas jalan sehingga menutup akses jalan poros menuju ke Selo Gedong. Longsor di Desa Batok juga menutup ruas jalan yang menghubungkan Kecamatan Kare dengan Kecamatan Gemarang. Sementara itu, longsor di Desa Sumberbendo menutup jalan penghubung Desa Tulung-Sumberbendo.
Bencana longsor juga menimpa rumah warga, di antaranya menjebol tiga ruang di rumah Martun (40), warga Desa Batok; merusak dapur rumah Choliq warga Desa Kare; serta menimpa dapur rumah warga di Desa Cermo. Semua lokasi longsor ditangani oleh tim sukarelawan dan penyelamat dari BPBD Madiun.
Bupati Madiun Ahmad Dawami mengatakan, selain fokus membantu masyarakat terdampak bencana, pemda juga telah mengerahkan sejumlah instansi terkait untuk menangani penyebab bencana. Dua sungai yang meluap merupakan kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo.
”Pemkab Madiun akan berkirim surat ke BBWS Bengawan Solo untuk membahas penyebab banjir bandang dan mencari solusi bersama agar bencana serupa tidak terulang,” ujar Ahmad Dawami.