Jadi Langganan Banjir, Warga Sayung Demak Tunggu Penanganan Menyeluruh
Pada Minggu (14/2/2021), ketinggian air menurun. Namun, di sebelah barat Kali Dombo Sayung, air masih menggenang, bahkan hingga lebih dari 70 sentimeter. Butuh penanganan menyeluruh agar warga tak terus jadi korban.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
DEMAK, KOMPAS — Warga Desa Sayung, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, belum lepas dari banjir yang mengintai setiap tahun. Setiap debit air Kali Dombo Sayung meningkat, air selalu meluap menggenangi permukiman yang dihuni 10.297 jiwa tersebut. Mereka berharap penanganan menyeluruh, yakni normalisasi sungai hingga bagian hilir, sehingga tak lagi cemas ketika hujan deras melanda wilayah hulu.
Seperti sejumlah daerah lain di pantai utara (pantura) Jateng, banjir di Sayung dipicu cuaca ekstrem pada Sabtu (6/2/2021) dini hari. Terletak di bagian hilir Kali Dombo Sayung, Desa Sayung menjadi langganan banjir saat debit meningkat karena aliran deras dari hulu di wilayah Ungaran, Kabupaten Semarang. Terlebih, permukiman di Desa Sayung berada di posisi rendah atau cekungan, yang membuat genangan lama surut.
Menurut data Pemerintah Desa Sayung, secara keseluruhan, banjir awal 2021 membuat nyaris seluruh wilayah desa, seluas 510 hektar, terendam banjir dan hanya beberapa jalan umum yang tidak tergenang. Tercatat 3.161 keluarga atau 10.297 orang dari delapan dukuh di Desa Sayung terdampak banjir. Ketinggian banjir di sejumlah titik terdalam bahkan sempat mencapai 1,5 meter.
Berdasarkan pantauan Minggu (14/2/2021), ketinggian air sudah menurun. Namun, di sebelah barat Kali Dombo Sayung, air masih menggenang, bahkan hingga lebih dari 70 sentimeter. Sepeda motor warga pun diparkir di jalan yang tinggi, termasuk di atas jembatan. Warga bekerja bakti guna membuang endapan lumpur agar air mengalir dan disedot oleh pompa.
”Di sini, setiap tahun banjir, terutama saat ada kiriman dari atas (hulu). Repotnya saat banjir, barang-barang harus ditaruh di tempat lebih tinggi. Mudah-mudahan ada penanganan permanen, termasuk pompa besar yang bisa cepat menyedot banjir. Selama ini, biasanya berminggu-minggu baru surut,” tutur Nurhadi (43), warga Desa Sayung.
Rohani (35), warga lainnya, mengatakan sudah meninggikan rumah lebih lebih dari 1 meter, tetapi hingga kini masih kejar-kejaran dengan ketinggian banjir. Saat hujan lebat di hulu dan membuat debit air sungai meningkat, air tetap masuk ke dalam rumah. Aktivitas dan aksesibilitas pun terhambat. Sepeda motor harus diparkir di tempat lebih tinggi.
Kepala Desa Sayung, Munawir, menuturkan, sudah sekitar 15 tahun Desa Sayung menjadi cekungan dan selalu banjir setiap Kali Dombo Sayung meluap. Adapun pelebaran Kali Dombo Sayung serta pembuatan parapet di wilayah Desa Sayung pertama dilakukan pada 1997 atau 23 tahun lalu. Namun, dari tahun ke tahun, fungsi sungai berkurang. Sedimentasi selalu membuat kali meluap.
Pada 2019, Kali Dombo Sayung, yang berada di bawah kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, sebenarnya telah dikeruk dengan alat berat. Pengangkatan sedimentasi membuat kedalaman sungai dari sebelumnya tinggal 5 meter menjadi 20 meter.
”Namun, itu belum dilakukan hingga hilir atau pantai di Desa Bedono (utara jalur pantura). Akibatnya, ada penyempitan sehingga air tidak mengalir lancar ke laut. Sedimentasi pun muncul kembali. Kemarin ada empat titik parapet sungai jebol. Sementara yang bocor ada ribuan titik,” kata Munawir.
Memerlukan pompa
Munawir berharap, untuk selanjutnya, ada penanganan secara menyeluruh, termasuk penyediaan pompa berkapasitas besar yang mampu menyedot air dengan cepat. Saat ini hanya ada beberapa pompa kecil di Desa Sayung. Pada Minggu, satu mobil penyedot banjir bantuan BBWS Pemali Juana dioperasikan di depan Balai Desa Sayung.
Kali Dombo Sayung merupakan satu dari tiga sistem Kali Penggaron, yang terpisah di Bendung Pucanggading, Kota Semarang. Dua sistem lain adalah Kanal Banjir Timur dan Kali Babon. Pada 2020, menurut situs Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dilakukan pekerjaan pengendalian banjir Kali Dombo Sayung, seperti penggalian tanah dengan ekskavator dan pekerjaan parapet. Pekerjaan itu meliputi Desa Purwosari, Prampelan, Karangasem, Dombo, Waru, Ringinjajar, Menur, Bandungrejo, Kecamatan Sayung atau sebelah tenggara atau hulu Desa Sayung.
Sudah sekitar 15 tahun Desa Sayung menjadi cekungan dan selalu banjir setiap Kali Dombo Sayung meluap. (Munawir)
Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jaringan Sumber Air BBWS Pemali Juana, Yulius, mengatakan, penanganan banjir di Kecamatan Sayung bagian dari proyek paket pengendalian rob Semarang-Demak. ”Rencana pada 2021 terkontrak dan selesai pada Desember 2021. Namun, Kali Dombo Sayung dan Kali Babon juga rencananya ada paket sendiri jika disetujui,” jelasnya.
Adapun pemerintah saat ini juga tengah membangun Jalan Tol Semarang-Demak, yang sebagian ruasnya berfungsi sebagai tanggul laut dan diharapkan mengatasi permasalahan rob di Semarang dan Demak. Menurut Yulius, paket pengendalian rob Semarang-Demak yang dikerjakan pihaknya, di bawah Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, berbeda dengan tanggul laut yang dikerjakan Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR.