Keterisian Rumah Sakit di Kota Bandung Menurun, Tetap Waspadai Risiko Penularan
Keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 di Kota Bandung, Jawa Barat, menurun menjadi 60 persen. Namun, warga diimbau tetap mewaspadai risiko penularan dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 di Kota Bandung, Jawa Barat, menurun menjadi 60 persen. Namun, warga diimbau tetap mewaspadai risiko penularan virus korona jenis baru dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Akhir Januari lalu, okupansi rumah sakit Covid-19 di Bandung mencapai 75 persen. Bahkan, tingkat keterisiannya menembus di atas 90 persen pada akhir 2020. Penurunan tingkat keterisian rumah sakit ini sejalan dengan berkurangnya kasus aktif atau pasien yang sedang menjalani perawatan atau isolasi.
Berdasarkan data Pusat Informasi Covid-19 Kota Bandung, Sabtu (13/2/2021), terdapat 1.003 kasus aktif. Jumlah itu menurun dibandingkan dengan dua pekan lalu yang mencapai 1.526 kasus aktif.
”Pandemi Covid-19 di Kota Bandung relatif terkendali. Indikatornya, kasus aktifnya turun,” ujar Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana melalui keterangan tertulis, Minggu (14/2/2021).
Akan tetapi, Yana meminta warga tetap mewaspadai risiko penularan Covid-19. Semua pihak diharapkan menyosialisasikan upaya pencegahan penyebaran Covid-19. ”Pandemi Covid-19 masih ada. Oleh sebab itu, harus tetap disiplin melaksanakan protokol kesehatan,” ujarnya.
Untuk mengurangi mobilitas masyarakat, sejumlah jalan utama di Kota Bandung, di antaranya Jalan Braga, Jalan Asia Afrika, Jalan Banceuy, dan Jalan Otto Iskandardinata, ditutup pukul 18.00-05.00. Kebijakan ini menjadi bagian dari pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro.
Petugas gabungan mendatangi pusat keramaian, seperti pasar tradisional, untuk memantau pelaksanaan protokol kesehatan. Pada malam hari, petugas berpatroli memastikan tempat usaha seperti restoran dan kafe berhenti beroperasi pukul 21.00.
Akan tetapi, pelanggaran protokol kesehatan masih tetap terjadi. Di pusat keramaian seperti Jalan Braga dan Jalan Ir H Djuanda, sejumlah warga dan pengendara tidak memakai masker. Padahal, potensi penularan Covid-19 di Kota Bandung masih tinggi. Kota itu merupakan salah satu daerah dengan kasus Covid-19 tertinggi di Jabar.
Menurut data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar), Minggu pukul 17.00, terdapat total 174.121 kasus di provinsi itu. Sebanyak 11.352 kasus di antaranya berasal dari Kota Bandung. Jumlah itu tertinggi keempat dari 27 daerah di Jabar setelah Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi.
Untuk menekan laju penularan Covid-19, Pemerintah Provinsi Jabar menerapkan PPKM skala mikro pada 9-22 Februari 2021. Kebijakan ini juga diikuti dengan pendirian posko penanganan Covid-19 di setiap desa/kelurahan.
Petugas posko diharapkan meningkatkan pencegahan penularan, pelacakan kontak, dan merekomendasikan langkah penanganannya. Rasio pelacakan kontak pasien Covid-19 di Jabar 1:5. Artinya, dalam satu kasus, pelacakan dilakukan kepada lima orang terdekat. Padahal, rasio pelacakan sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 1:30.
Ketua Komisi A DPRD Kota Bandung Rizal Khairul mengingatkan, pandemi Covid-19 belum berakhir. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat mengampanyekan vaksinasi untuk memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19. ”Setiap musrenbang (musyawarah perencanaan pembangunan), saya menyampaikan pentingnya vaksinasi ini. Bukan solusi keseluruhan, tetapi untuk mencegah penyebaran Covid-19,” ujarnya.