Gubernur Sulawesi Utara 2005-2015 Sinyo Harry Sarundajang Tutup Usia
Sinyo Hari Sarundajang wafat dalam usia 76 tahun di Jakarta. Selain dikenal sebagai inisiator pembangunan berbagai infrastruktur di Sulut, almarhum juga dibanggakan karena memperkenalkan Manado ke kancah internasional.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·5 menit baca
MANADO, KOMPAS — Gubernur Sulawesi Utara periode 2005-2010 dan 2010-2015 Sinyo Hari Sarundajang wafat dalam usia 76 tahun di Jakarta, Jumat (12/2/2021) dini hari. Selain dikenal sebagai inisiator pembangunan berbagai infrastruktur di Sulut, almarhum juga dibanggakan karena memperkenalkan Manado dan Sulut ke kancah internasional.
Kediaman keluarga Sarundajang-Laoh Tumbuwun di bilangan Winangun, Manado, Sulut, segera dihiasi karangan bunga ucapan belasungkawa. Tenda bagi para pelayat yang mungkin memadati rumah tersebut segera didirikan di halaman.
Tembok rumah yang berbatasan dengan tanah kosong di sebelahnya bahkan diruntuhkan demi membuka ruang lebih lebar bagi calon pelayat. Rencana sementara, jenazah SH Sarundajang akan diberangkatkan ke Manado dan disemayamkan di Winangun, Senin (15/2/2021) siang, sebelum dikebumikan dua hari kemudian di Kawangkoan, Minahasa, tempat kelahiran mendiang.
Eka Siwi Oroh, keponakan almarhum SH Sarundajang, mengatakan, pamannya meninggal pada pukul 00.31 di Rumah Sakit Siloam Semanggi, Jakarta. Lebih dari enam tahun, Duta Besar RI untuk Filipina merangkap Kepulauan Marshall dan Palau itu menderita liposarkoma, kanker langka yang tumbuh pada jaringan lemak.
”Pertama kali sakit selagi masih menjabat sebagai Gubernur Sulut. Lima tahun sebelum adanya Covid-19, beliau berobat di Jepang, tapi karena adanya pandemi ini, perawatan dipindah di Jakarta, kemudian di Manila. Sejak 10 Januari 2021, beliau dirawat di rumah, di Kelapa Gading, sampai kemarin malam pukul 22.00,” kata Eka.
Fabian Sarundajang (41) mengenang sosok ayahnya sebagai seorang pamong praja sejati yang tegas, berwibawa, berintegritas, serta mengedepankan kepentingan orang banyak. Terkadang, ia dan dua kakak serta dua adiknya merasa diperlakukan layaknya anggota staf meski berstatus sebagai anak.
“Tapi, itulah sosok seorang pamong praja yang betul-betul mengabdikan dirinya sebagai pelayan masyarakat. Dan, itu kami rasakan juga di rumah sebagai anak,” ujar Fabian yang menjabat anggota DPD dari Sulut selama 2014-2019.
Dalam perayaan ulang tahun ke-76 pada 16 Januari 2021, SH Sarundajang berpesan agar kelima anaknya selalu berbuat baik bagi masyarakat, bangsa, negara, dan provinsi, terutama apabila memegang jabatan publik. Dengan begitu, kehidupan mereka akan lebih berarti.
”Kami secara pribadi terpanggil untuk melanjutkan legacy (peninggalan) orangtua kami. Harapan dari almarhum (ayah) juga ada. Di mana pun kami berada, apa pun yang kami lakukan, di dalam ataupun luar dunia politik, kami akan lakukan yang terbaik,” katanya.
Wakil Wali Kota Manado Mor Dominus Bastiaan, yang juga Ketua DPD Sulut dari Partai Demokrat, menyebut SH Sarundajang sebagai sosok paripurna kebanggaan rakyat Sulut dan Indonesia. ”Beliau sukses mempimpin Sulut selama dua periode dengan hasil dan karya yang nyata,” ujarnya.
Salah satu karya nyata yang paling Mor ingat adalah World Ocean Conference (WOC) 2009 yang diadakan di Manado setelah digagas almarhum. Pada 2014, Manado juga menjadi tuan rumah Konferensi Terumbu Karang Dunia (WCRC) yang diadakan enam negara Coral Reefs Initiative (CTI), yang sekretariatnya berkedudukan di Manado.
Menurut Mor, perhelatan WOC membuat nama Kota Manado mendunia. Investasi masuk dan pembangunan infrastruktur menyusul. Mendadak, jalan dari bandara menuju kota diperlebar, sedangkan hotel-hotel berbintang empat dan lima bermunculan. Sejak itu, Manado semakin berkembang sebagai salah satu pusat wisata bahari Indonesia.
Jean Rizal Layuck, wartawan Kompas 1995-2019 yang lebih banyak berkarier di Sulut, menyebut SH Sarundajang sebagai sosok yang membawa kemajuan bagi Sulut. Selain WOC 2009, ia juga menginisiasi pembangunan Jalan Tol Manado-Bitung serta Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung. Ia juga menginisiasi jalur perdagangan Bitung-Davao pada 2013 meski baru terealisasi pada 2017.
Salah satu karya nyata yang paling Mor ingat adalah World Ocean Conference (WOC) 2009 yang diadakan di Manado setelah digagas almarhum.
Rizal mengenang almarhum sebagai sosok yang supel. SH Sarundajang telah berteman dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte sejak keduanya berstatus wali kota, masing-masing di Bitung dan Davao. ”Duterte bahkan menyebut Sarundajang sebagai mentor politiknya,” kata Rizal.
Peninggalan
SH Sarundajang lahir di Kawangkoan pada 16 Januari 1945. Kariernya sebagai pejabat publik sekaligus birokrat bermula pada 1977 sebagai Kepala Biro Pemerintahan Provinsi Sulut. Kemudian, ia pernah menjabat, antara lain, sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Minahasa dan Wali Kotamadya Bitung.
Tahun 2001, karier pamong praja SH Sarundajang memuncak pada jabatan Inspektur Jenderal Departemen Dalam Negeri. Setahun kemudian, ia ditunjuk sebagai Penjabat Gubernur Maluku Utara, lalu Penjabat Gubernur Maluku. Pada 2005, ia terpilih menjadi Gubernur Sulut selama dua periode melalui pemilihan umum. Terakhir, ia menjabat Dubes RI untuk Filipina merangkap Kepulauan Marshall dan Palau sejak 2018.
Kompas pada13 November 2005 mencatat, SH Sarundajang dilihat sebagai sosok yang turut berjasa memadamkan konflik horizontal di Maluku dan Maluku Utara pada 1999. Di Maluku Utara, ia mendapat sebutan kehormatan ”Khalifah”, sedangkan warga Maluku mengelukannya sebagai ”Si Malaikat Kecil”.
Karena jasanya, ia menerima gelar doktor honoris causa bidang ilmu kepemimpinan masyarakat majemuk dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang. Dalam pidato ilmiahnya, SH Sarundajang mengatakan, diperlukan model kepemimpinan yang mengayomi masyarakat tanpa birokrasi berbelit.
”Pada dasarnya masyarakat bisa menyelesaikan persoalan sendiri atas dasar nilai dan sistem kearifan lokal, dan dibangun semangat saling percaya,” ujar Sarundajang, dikutip Kompas, 16 Juli 2012.
Sebelum menjabat Gubernur Sulut, SH Sarundajang telah menerbitkan empat buku dengan topik birokrasi daerah, yaitu Pemerintahan Daerah di Berbagai Negara,Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah,Birokrasi dalam Otonomi Daerah: Upaya Mengatasi Kegagalannya, dan Babak Baru Sistem Pemerintah Daerah.
Pada 2014, ia mencetuskan konsep ekonomi biru bagi kesejahteraan Indonesia dan dunia dengan menggabungkan pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Sektor kelautan Indonesia ia sebut dapat menyumbang miliaran dollar AS per tahun, belum termasuk potensi dasar laut dan migas.
”Ekonomi biru menjadi langkah Indonesia menjaga potensi sektor kelautan dan perikanan yang belum dioptimalkan. Sayang kalau potensi ini hanya sampai di restoran,” kata SH Sarundajang (Kompas, 19 Juni 2014).