Ekspor Perdana, Pelabuhan Sibolga Disiapkan untuk Topang Pantai Barat Sumatera
Pelabuhan Sibolga di Sumatera Utara melakukan ekspor perdana. Pelayanan ekspor di pantai barat Sumatera itu diharapkan bisa menekan biaya logistik di pesisir barat Sumut.
Oleh
NIKSON SINAGA
·2 menit baca
SIBOLGA, KOMPAS — Pelabuhan Sibolga di Sumatera Utara mulai melakukan ekspor perdana, Sabtu (13/2/2021). Pelayanan ekspor di pantai barat Sumatera itu diharapkan bisa menekan biaya logistik karena tidak perlu lagi mengirim barang ke Pelabuhan Belawan di Medan.
”Pelabuhan ini disiapkan untuk ekspor kayu lapis, minyak sawit mentah, dan hasil lainnya dari sejumlah daerah di pantai barat Sumut dan provinsi tetangga,” kata Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah saat melepas ekspor perdana di Kota Sibolga, Sabtu.
Komoditas pertama yang diekspor dari Pelabuhan Sibolga adalah kayu lapis produksi PT Mujur Timber. Volumenya 5.700 meter kubik senilai Rp 20 miliar.
Musa mengatakan, kayu lapis diangkut kapal berbendera Belanda dan langsung berlayar ke Inggris dan Belgia. Dengan pelayaran langsung, biaya logistik bisa berkurang. Barang juga tidak perlu lagi dikirim melalui perjalanan darat sejauh 350 kilometer ke Pelabuhan Belawan di Medan.
Berdasarkan data dari PT Mujur Timber, biaya pengangkutan kayu dari Sibolga ke Medan sangat mahal. Jumlahnya hampir sama dengan pengangkutan laut dari Pelabuhan Belawan ke China.
Musa mengatakan, daerah lain yang dekat dengan Pelabuhan Sibolga juga diharapkan bisa memanfaatkan pelabuhan itu, khususnya pantai barat Aceh.
Musa mengatakan, ekspor dari Pelabuhan Sibolga bisa dilakukan dengan kerja sama dari PT Pelabuhan Indonesia I, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP), imigrasi, dan bea cukai. Ekspor itu juga untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional yang terpuruk karena pandemi.
General Manager PT Pelindo I Cabang Sibolga M Eriansyah mengatakan, sejak pengembangan Pelabuhan Sibolga dilakukan pada 2019, aktivitas pelabuhan itu terus meningkat. Selama tahun 2020, kunjungan kapal mencapai 850 panggilan, naik 39 persen dibandingkan 2019 yang sebanyak 611 panggilan. Bongkar muat peti kemas juga meningkat 38,4 persen dari 9.345 TEUs (unit ekuivalen 20 kaki) pada 2019 menjadi 12.934 TEUs pada 2020.
Biaya pengangkutan kayu dari Sibolga ke Medan sangat mahal. Jumlahnya hampir sama dengan pengangkutan laut dari Pelabuhan Belawan ke China.
Pelabuhan Sibolga memiliki dermaga multiguna yang mampu disandari empat kapal sekaligus. Pelabuhan Sibolga juga dilengkapi dengan lapangan penumpukan seluas 6.000 meter persegi yang dapat menampung peti kemas hingga 20.000 TEUs per tahun.
Wali Kota Sibolga Syarfi Hutauruk mengatakan, Pelabuhan Sibolga diharapkan bisa menjadi motor ekonomi baru untuk kota kecil seluas 10,77 kilometer persegi itu. Ia berharap industri bisa bangkit dan menyerap tenaga kerja.
Sibolga merupakan pusat perdagangan dan industri untuk kawasan Tapanuli Tengah dan Kepulauan Nias. Sibolga juga dekat dengan Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, serta sejumlah kabupaten di pesisir barat Aceh dan Sumatera Barat.
”Dari Sibolga juga dapat diekspor CPO (minyak sawit mentah) dan berbagai barang hasil bumi dari pesisir barat Sumatera,” kata Syarfi.