Mensos Minta Korban Banjir Pekalongan Tak Ditelantarkan
Dalam kunjungannya ke Kota Pekalongan, Jateng, Menteri Sosial Tri Rismaharini meminta pemerintah daerah untuk tidak menelantarkan korban banjir. Kebutuhan pokok, utamanya pangan dan papan, korban banjir harus dicukupi.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
PEKALONGAN, KOMPAS — Setelah hampir sepekan merendam ribuan rumah, banjir di Kota dan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, belum juga surut. Menteri Sosial Tri Rismaharini berpesan agar korban banjir di Pekalongan tidak ditelantarkan.
Hujan deras yang turun selama tiga hari berturut-turut sejak Sabtu (6/2/2021) mengakibatkan air sungai melimpas dan merendam hampir seluruh daerah di Kota dan Kabupaten Pekalongan. Meski sudah hampir sepekan merendam permukiman dan sejumlah fasilitas publik, banjir belum surut.
Di Kota Pekalongan, banjir dengan ketinggian 10-70 sentimeter (cm) masih menggenangi sejumlah daerah, seperti Kecamatan Pekalongan Barat, Pekalongan Utara, dan Pekalongan Timur, Jumat (12/2/2021). Ribuan rumah terendam dan sedikitnya 1.729 orang terpaksa mengungsi di 20 titik pengungsian.
Dalam kunjungannya, Jumat dini hari, Risma meminta Pemerintah Kota dan Kabupaten Pekalongan untuk memperhatikan kebutuhan korban banjir. ”Saya minta warga tidak ditelantarkan, yang penting itu. Kondisi di pengungsian bagaimana, lalu makanannya seperti apa, itu juga harus diperhatikan,” kata Risma saat meninjau posko pengungsian SMK Negeri 2 Kota Pekalongan, Jumat.
Risma menginstruksikan pemerintah daerah untuk menyiapkan antisipasi agar tidak ada korban jiwa dalam bencana banjir tersebut. Pemerintah daerah juga diminta untuk mencari penyebab banjir dan mengupayakan agar banjir lekas surut.
Seusai meninjau lokasi genangan dan kondisi pengungsian, Risma menyerahkan sejumlah bantuan kepada para pengungsi. Bantuan yang dibagikan, antara lain, selimut, tikar, dan makanan ringan.
Beberapa hari terakhir, sebuah unggahan dari akun bernama Mamase Eko viral di media sosial. Dalam unggahan tersebut, pemilik akun mengungkapkan kekecewaannya karena tidak mendapatkan respons yang baik dari petugas Dinas Sosial Kota Pekalongan saat datang meminta bantuan bagi warga terdampak banjir.
Saat dikonfirmasi, Eko Noviyanto (34), pemilik akun sekaligus warga Kelurahan Krapyak, Kecamatan Pekalongan Utara, mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Minggu (7/2/2021) malam. Kala itu, wilayah Krapyak terendam banjir dengan ketinggian hingga 1 meter. Karena prihatin dengan kondisi warga, Eko dan empat warga lain berinisiatif meminta bantuan langsung ke Kantor Dinas Sosial Kota Pekalongan.
”Inisiatif muncul karena kami prihatin, dari sore, warga banyak yang belum makan. Akses ke tempat kami juga sulit karena air sudah tinggi,” kata Eko.
Sebelum berangkat ke kantor dinas sosial, Eko dan rombongan menyiapkan surat pengantar dari empat ketua RT dan RW. Salah satu ketua RT dan RW juga turut dalam rombongan tersebut.
Karaoke
Setibanya di kantor dinas sosial, Eko tidak langsung dilayani. Mereka diminta menunggu. Di tengah penantian, Eko dan rombongan melihat para petugas asyik berkaraoke.
Setelah cukup lama menunggu, Eko diberi tahu petugas bahwa stok bantuan sudah habis. Eko mengaku tidak percaya dengan perkataan petugas dan mendesak agar petugas memberikan bantuan.
Petugas kemudian setuju untuk memberikan bantuan dengan syarat Eko harus membawa surat pengantar lengkap berstempel kelurahan. Karena tidak membawa surat pengantar berstempel kelurahan, Eko meminta agar bantuan dibawa dahulu kemudian suratnya menyusul keesokan harinya. Permintaan itu ditolak petugas.
”Kami juga sudah menawarkan opsi agar petugas dinas ikut ke Krapyak sekalian nanti pulangnya bisa membawa surat yang sudah distempel. Kami pikir, daripada di kantor cuma karaokean mending ikut kami. Tapi, mereka tetap menolak,” ujar Eko.
Setibanya di kantor dinas sosial, Eko tidak langsung dilayani. Mereka diminta menunggu. Di tengah penantian, Eko dan rombongan melihat para petugas asyik berkaraoke.
Setelah perdebatan panjang, petugas kemudian memberikan satu karung beras berisi 25 kilogram. Menurut Eko, petugas juga menjanjikan akan memberikan lebih banyak beras setelah Eko melengkapi persyaratan yang diminta dinas sosial.
Keesokan harinya, Eko datang membawa surat-surat lengkap dengan stempel kelurahan. Namun, bantuan yang didapatkan Eko sama dengan bantuan yang ia dapatkan pada Minggu, yakni satu karung beras berisi 25 kilogram.
”Saya kapok ke dinas sosial lagi. Bukan masalah bantuan yang didapat berapa, yang kami sesalkan adalah dalam kondisi banjir begini, hanya masalah administrasi saja, kok, dipersulit,” katanya.
Secara terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Sosial Kota Pekalongan Budiyanto menjelaskan, saat kejadian, ketersediaan bantuan memang menipis. Petugas harus mengatur sedemikian rupa agar bantuan yang disalurkan bisa merata. Setelah penetapan status tanggap darurat bencana, dana tak terduga cair dan stok bahan makanan kembali tersedia.
”Kami mohon untuk bisa dimaklumi karena tidak semua permintaan bisa diakomodasi segera. Sebab, ini semua harus diatur dengan baik, termasuk harus memperhatikan unsur pengendalian dan pertanggungjawabannya,” kata Budiyanto.
Budiyanto juga meminta masyarakat memaklumi adanya petugas yang berkaraoke. Menurut Budiyanto, petugas juga memerlukan hiburan untuk melepas penat.
Namun, kalau perilaku tersebut dianggap kurang elok, akan kami adakan pembinaan dan tentu itu akan menjadi perhatian utama kami untuk perbaikan ke depannya. (Budiyanto)
”Hal itu semata-mata untuk menghibur diri dan melepas kepenatan. Namun, kalau perilaku tersebut dianggap kurang elok, akan kami adakan pembinaan dan tentu itu akan menjadi perhatian utama kami untuk perbaikan ke depannya,” imbuhnya.