Rumah ribuan keluarga di Kabupaten Keerom terdampak banjir karena meluapnya sejumlah sungai. Sementara hujan dengan intensitas sedang hingga lebat diperkirakan melanda Keerom hingga Maret mendatang.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Jumlah warga yang terdampak banjir di Kabupaten Keerom, Papua, sejak Senin (8/2/2021) terus bertambah mencapai 1.155 keluarga atau 4.700 orang. Pemerintah Kabupaten Keerom dan pihak kepolisian terus berupaya mengevakuasi warga dari lokasi banjir.
Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Kabupaten Keerom Irwan, saat dihubungi pada Kamis (11/2/2021) pagi, mengatakan, pihaknya telah mengevakuasi 60 persen dari total 4.700 warga yang terdampak banjir. Sementara masih terdapat banyak warga yang memilih bertahan berada di lokasi banjir.
Ia pun memaparkan, sebanyak 4.700 warga yang rumahnya terdampak banjir tersebar di tiga distrik atau kecamatan. Tiga lokasi ini meliputi Distrik Skanto, Distrik Arso Timur, dan Distrik Arso.
Kami telah membuka dapur umum sejak dua hari lalu. Tujuannya untuk menjamin kebutuhan makanan siap saji para pengungsi dan warga yang masih bertahan di lokasi banjir. (Irwan)
Banjir disebabkan meluapnya sejumlah sungai akibat tingginya curah hujan di Keerom sejak 1 Februari lalu. Hingga Kamis ini, tinggi genangan air di tiga distrik yang terdampak banjir mencapai 30 sentimeter hingga 1 meter.
Terdapat empat lokasi pengungsian warga, yakni Gedung Pramuka di daerah Swakarsa, daerah Pir 1, Gereja Katolik di Distrik Arso, dan Kampung Sorong. Pemkab Keerom telah menetapkan status tanggap darurat untuk penanganan bencana banjir.
Sebelumnya, pada 3 Februari lalu, banjir juga terjadi di Keerom akibat meluapnya sejumlah sungai. Lokasi yang terdampak meliputi Jalan Trans-Papua Arso-Swakarsa, daerah Arso II, Kampung Asyaman, daerah Arso Kota, Kampung Yanamaa, Kampung Wulukubun, dan Kampung Pitewi.
Total 180 unit rumah tergenang air setinggi sekitar 50-70 sentimeter. sebanyak 201 unit rumah yang terdampak tersebar di daerah Arso II lima unit rumah, Kampung Asyaman 48 unit rumah, Kampung Yanamaa 70 unit rumah, Kampung Wulukubun 37 unit rumah, dan Kampung Pitewi 20 unit rumah.
”Kami telah membuka dapur umum sejak dua hari lalu. Tujuannya untuk menjamin kebutuhan makanan siap saji para pengungsi dan warga yang masih bertahan di lokasi banjir,” kata Irwan.
Kebutuhan khusus
Ia menuturkan, Pemkab Keerom sangat berharap adanya bantuan dari Pemerintah Provinsi Papua dan Kementerian Sosial untuk pengadaan air bersih dan kebutuhan khusus bagi wanita serta anak-anak.
”Kami juga membutuhkan tambahan masker untuk protokol kesehatan di lokasi pengungsian. Hal ini untuk mencegah terjadinya penyebaran virus Covid-19,” tuturnya.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Papua Welliam Manderi mengatakan, pihaknya siap menyalurkan bantuan setelah penetapan status tanggap darurat di Keerom.
”Kami telah menyalurkan sejumlah paket bantuan makanan ke Keerom. Kami akan menambah jumlah bantuan makanan, masker, dan perahu karet untuk mengevakuasi warga,” tutur Welliam.
Sebelumnya, Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Tato Agustinus memaparkan, terdapat potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di 1 kota dan 18 kabupaten di Papua.
”Terdapat pola sirkulasi angin tertutup di Teluk Cenderawasih yang menyebabkan terbentuknya pola daerah pumpunan angin di wilayah Papua bagian utara. Fenomena alam ini menyebabkan meningkatnya potensi pertumbuhan awan-awan konfektif yang memicu hujan dengan intensitas sedang hingga lebat,” papar Tato.
Kapolda Papua Inspektur Jenderal Paulus Waterpauw mengatakan, dirinya telah menginstruksikan seluruh polres untuk membantu pemerintah daerah di daerah yang terdampak banjir hidrometeorologi.
”Kami berharap pengawasan protokol kesehatan di lokasi pengungsi agar diperhatikan. Tujuannya untuk mencegah terjadinya kluster baru penyebaran Covid-19,” ujar Paulus.