Pandemi Covid-19 yang belum mereda dan adanya PPKM berbasis mikro mendorong semua kelenteng di Surabaya, Jawa Timur, meniadakan perayaan tahun baru Imlek 2572 Kongzili untuk turut menekan penyebaran Covid-19.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 belum mereda dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM berbasis mikro mendorong semua kelenteng di Surabaya, Jawa Timur, meniadakan perayaan tahun baru Imlek 2572 Kongzili. Peniadaan perayaan agar selaras dengan semangat PPKM untuk menekan penyebaran Covid-19 (Coronavirus disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2).
Imlek jatuh pada Jumat (12/2/2021), sedangkan di Surabaya terdapat 20 kelenteng yang sebagian di antaranya merupakan tempat ibadah tri dharma (TITD) atau wihara tri dharma. TITD merupakan tempat peribadatan untuk umat Konghuchu, Tao, dan Buddha. Jelang Imlek, ritual, antara lain, pembersihan kompleks kelenteng, pencucian patung-patung dewa, dan penyiapan altar-altar yang biasanya terbuka untuk umum, menjadi terbatas untuk internal.
Selain itu, waktu operasional kelenteng yang mendekati Imlek biasanya nonstop atau 24 jam terpaksa dikurangi. Perayaan pada malam atau saat Imlek dengan doa bersama, ceramah, dan pertunjukan seni tradisi, terutama barongsai dan liong, ditiadakan. Jumlah umat yang datang dibatasi atau keluar masuk kelenteng bergiliran.
Menurut anggota pengurus Kelenteng Hok An Kiong (Suka Loka) Ida Trilaksanawati, tempat ibadah hanya dibuka pukul 06.00-18.00. Dengan demikian, doa bersama pada malam Imlek otomatis ditiadakan. Umat diminta berdoa jelang Imlek dan merayakan tahun baru ini di rumah bersama keluarga dengan harapan agar pandemi segera bisa ditangani.
Hal senada diutarakan oleh anggota pengurus Kelenteng Hong San Koo Tee, Sudirman Delta. Kelenteng di Jalan Cokroaminoto ini terpaksa membatasi operasional pukul 06.00-19.00. Seluruh perayaan, ceramah agama, atau kegiatan yang berpotensi membuat kerumunan orang besar ditiadakan. Pengunjung kelenteng harus bergiliran dengan pembatasan 20 orang di dalam bangunan.
”Suhu tubuh umat akan dicek dan setelah itu diminta mencuci tangan sebelum menjalankan ritual doa pribadi dalam kelenteng,” kata Sudirman, di Surabaya, Rabu (10/2/2021).
Liem Tiong Yang, anggota pengurus Kelenteng Boen Bio, mengatakan, Imlek yang jatuh dalam masa penanganan pandemi sebaiknya dimaknai dengan tulus dan harapan besar agar pada tahun berikutnya dunia sudah kembali normal.
Terkait Imlek, Pelaksana Tugas Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana mengeluarkan surat edaran dalam rangka Memperingati Tahun Baru Imlek 2572 Kongzili. Tempat ibadah atau perayaan agar berpedoman pada Peraturan Wali Kota Surabaya Nomor 2 Tahun 2021 sebagai perubahan atas regulasi Nomor 67 Tahun 2020 tentang Penerapan dalam rangka Pencegahan dan Memutus Mata Rantai Penyebaran Covid-19.
Whisnu meminta camat, lurah, tokoh agama, dan tokoh masyarakat untuk memantau pelaksanaan ibadah agar tetap dalam koridor protokol kesehatan. Misalnya, di tempat ibadah, peribadatan boleh dilakukan, tetapi kapasitas hanya separuh atau 50 persen.
Atraksi bisa tetap diadakan, tetapi agar disiarkan dalam jaringan internet di kanal-kanal media sosial, seperti yang ditempuh selama pandemi ini. (Irvan Widyanto)
Tradisi saling kunjung antarkeluarga sehingga memicu kerumunan dan kontak dekat yang berisiko penularan Covid-19 agar ditiadakan dan diganti dengan pertemuan dalam jaringan internet (online). Pemberian angpau atau bingkisan uang dalam amplop merah kepada orang lain bisa diganti dengan sistem pengiriman secara elektronik.
”Umat harus tetap memakai masker, jaga jarak, dan rutin cuci tangan selama beraktivitas, termasuk di tempat ibadah,” kata Whisnu.
Satuan Tugas Covid-19 Kota Surabaya juga akan memantau dan menindak segala bentuk aktivitas perayaan atau atraksi Imlek di hotel dan penginapan, pusat belanja, obyek wisata, hunian kompleks dan apartemen, restoran atau kedai makanan minuman, serta area publik (taman) yang mendatangkan kerumunan atau melanggar protokol kesehatan.
”Atraksi bisa tetap diadakan, tetapi agar disiarkan dalam jaringan internet di kanal-kanal media sosial, seperti yang ditempuh selama pandemi ini,” kata Kepala Badan Penanganan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya Irvan Widyanto.
Sejak serangan wabah pada pertengahan Maret 2020 sampai hari ini, Covid-19 telah menjangkiti 20.469 warga Surabaya. Sebanyak 18.915 orang atau mayoritas berhasil sembuh, tetapi tidak bagi 1.305 orang yang meninggal dunia. Sebanyak 249 orang masih dalam perawatan atau pasien Covid-19 tanpa gejala, ringan, sedang, atau berat.