Tiga Orang Tertimbun Longsor di Kebumen, Hujan Lebat Hambat Evakuasi
Tiga orang tertimbun longsor di Kebumen, Jawa Tengah, Selasa (9/2/2021) petang. Hingga Rabu (10/2) sore, dua orang ditemukan tewas. Kewaspadaan perlu ditingkatkan mengingat curah hujan tinggi.
KEBUMEN, KOMPAS — Tebing setinggi 100 meter dengan sepanjang sekitar 150 meter longsor di Desa Kalijering, Kecamatan Padureso, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Selasa (9/2/2021) petang. Hingga Rabu (10/2) sore, dua orang ditemukan tewas dan satu lainnya masih dicari. Hujan lebat menghambat evakuasi dan pencarian korban.
”Korban Tarsina usia 60 tahun ditemukan meninggal sekitar pukul 06.30. Karena kondisi curah hujan yang tinggi dan kontur tanah yang membahayakan tim penyelamat, pencarian sempat dihentikan sementara,” kata Kepala Subseksi Operasi dan Siaga Kantor SAR Cilacap Moelwahyono di Kebumen, Rabu sore.
Moelwahyono mengatakan, pemantauan dilakukan sejak Selasa malam dan pencarian pada pagi hari dimulai sekitar pukul 06.00. Namun, Rabu pagi, pencarian dihentikan sementara pada pukul 07.00. Setelah hujan reda, pada siang hari, pencarian dimulai lagi dan korban kedua, yakni Doniatun, ditemukan tewas pada pukul 14.20. Satu korban lainnya masih dalam pencarian, yaitu Jemarun (48).
”Longsor terjadi memang karena ada retakan dan tinggi tebing sekitar 100 meter lebih. Sudah ada peringatan dari pemerintah, tetapi memang karena curah hujan yang tinggi menyebabkan longsor,” tuturnya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logsitik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kebumen Salman mengatakan, ini adalah longsor susulan setelah longsor pertama terjadi pada November 2020. Warga sudah diminta untuk mengungsi mandiri ketika hujan deras, tetapi ternyata masih ada yang tinggal di rumahnya ketika hujan deras.
”Longsor kali ini luasnya sekitar 10 hektar dan lebih parah dibandingkan pada November lalu yang luasnya hanya sekitar sepertiga dari luas longsor kali ini,” kata Salman.
Salman mengatakan, longsor pada 2020 menyebabkan empat rumah rusak dan tidak ada korban jiwa. Setelah peristiwa itu, setidaknya 10 keluarga sudah disarankan untuk relokasi ke tempat yang aman. Namun, baru dua keluarga yang pindah tempat. Ancaman bahaya longsor kian besar karena di daerah itu belum dipasang alat peringatan dini. ”Rencana baru mau dipasang tahun 2021 ini, tetapi ternyata sudah keduluan longsor,” ujarnya.
Sugito (45), warga RT 001 RW 002, mengatakan, total rumah yang rusak akibat longsor kali ini sebanyak enam unit. Namun, dua rumah di antaranya sudah kosong. Dari 10 orang yang ada di rumah-rumah tersebut, tujuh di antaranya selamat.
”(Selasa) Kemarin, hujan mulai dari pukul 16.30 sampai 20.00. Kejadiannya sekitar 18.30. Ada suara gemuruh seperti suara pesawat terbang,” tutur Sugito.
Komandan Brimob Kompi IV Batalyon C Polda Jawa Tengah Inspektur Satu Walgito mengatakan, pihaknya mengerahkan 20 personel dalam upaya evakuasi korban. ”Selain alat berat, kami mencari secara manual dan butuh alat penyemprot air karena tanahnya mudah larut ketika disemprot air. Material longsor setinggi 4 meter dan menutup jalan desa hingga 150 meter,” tuturnya.
Dari pantauan di lapangan, tebing tinggi tampak terbuka lebar dengan jarak luncuran longsor mencapai 1 kilometer menuju Kali Jering yang arusnya mengalir deras. Dari atas tebing, luncuran tanah dan batu bercampur air masih tampak dari arah barat ke timur.
Satu unit alat berat berusaha membersihkan material longsor dari sisi utara. Kawasan di sekitar berupa lereng curam yang tampak hijau dengan sejumlah pohon keras berupa pohon-pohon buah, kelapa, dan sengon.
Secara terpisah, prakirawan Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap, Rendi Krisnawan, mengatakan, beberapa hari terakhir, di daerah Jawa Tengah memang akan sering diguyur hujan deras karena pada Januari dan Februari ini sudah memasuki puncak musim hujan. Cuaca ekstrem juga dipengaruhi fenomena global La Nina saat suhu permukaan laut di wilayah Indonesia lebih hangat daripada kondisi normal.
Selain itu terjadi daerah pertemuan angin yang memanjang dari Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara dan kondisi atmosfer saat ini lembab dan labil. ”Proses pembentukan awan hujan peluangnya lebih besar. Oleh karena itu, kami mengimbau warga waspada terhadap potensi longsor dan banjir,” tutur Rendi.