Penerapan Aturan yang Parsial Jadi Kendala PPKM di Kediri
Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat di Kota Kediri dalam menekan penyebaran Covid-19 dinilai masih belum optimal. Adanya perbedaan penerapan aturan antardaerah menjadi salah satu penyebab.
Oleh
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS — Efektivitas pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat selama dua periode di Kota Kediri, Jawa Timur, dalam menekan penyebaran Covid-19 dinilai masih biasa-biasa saja atau belum optimal. Adanya perbedaan penerapan aturan antardaerah menjadi salah satu penyebab.
”Belum optimal. Perlu ditingkatkan lagi karena kalau dilihat dari indikator tingkat kematian masih tinggi, tetapi kasus aktif sudah sangat turun. Tingkat kesembuhan juga naik dan tingkat okupansi (BOR) ruang isolasi juga turun,” kata Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar, Selasa (9/2/2021).
Berdasarkan hasil evaluasi 21 Januari—dibandingkan dengan kondisi 6 Januari—tingkat BOR di Kota Kediri turun menjadi 65 persen dari sebelumnya 75,77 persen, kasus aktif turun dari 7,57 persen menjadi 4,79 persen, dan tingkat kesembuhan naik menjadi 84,74 persen dari sebelumnya 82 persen. Adapun tingkat kematian 9,80 persen, naik dari sebelumnya 8,48 persen.
Menurut Abu Bakar, salah satu kendala dalam menekan angka kasus Covid-19 dalam program PPKM di wilayahnya ialah karena adanya perbedaan penerapan aturan antardaerah. Ada daerah yang belum optimal dalam menerapkan aturan.
”Kalau hanya Kota Kediri yang diketatin, sedang daerah lain lebih longgar, saya kira tidak bisa efektif karena parsial. Kalau semua daerah menerapkan aturan yang ketat, saya yakin 100 persen bisa dikendalikan,” katanya saat dihubungi dari Malang.
Oleh karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Kediri berharap PPKM Skala Mikro—sebagai tindak lanjut dari PPKM—bisa membawa dampak lebih optimal. Meski ada sedikit pelonggaran, seperti jam operasional mal diperpanjang dari pukul 20.00 menjadi 21.00, Abu minta masyarakat tidak lengah.
Pihaknya meminta masyarakat di kampung-kampung ikut bersama-sama menjaga. ”Sekarang kami mempersiapkan tempat karantina di kelurahan-kelurahan. Kemarin di awal-awal sudah ada, cuma karena sekarang harus diaktifkan maka kami menghidupkannya lagi. Penjagaan di kampung-kampung sekarang berbasis masyarakat, jadi dijaga bersama-sama,” katanya.
Kalau hanya Kota Kediri yang diketatin, sedang daerah lain lebih longgar, saya kira tidak bisa efektif karena parsial. (Abdullah Abu Bakar)
Masih dalam rangka mengantisipasi penyebaran Covid-19, menurut Abu Bakar, pembagian bingkisan kepada warga saat Imlek tahun ini juga ditiadakan. Biasanya, pembagian bingkisan berupa bahan pokok menyedot ribuan warga. Mereka datang dan berdesakan agar bisa memperoleh bingkisan.
Abu Bakar juga meminta jumlah peserta ritual perayaan Imlek dibatasi tidak lebih dari 30 orang. ”Mengumpulkan banyak massa membahayakan penularan Covid-19 sehingga dibatasi. Kami sudah berkomunikasi jauh-jauh hari dengan beliau-beliau (tokoh masyarakat Tionghoa di Kediri),” ujarnya.
Berdasarkan data Jawa Timur Tanggap Covid-19 per 9 Februari mencapai 1.091 kasus yang mana 20 orang di antaranya aktif, 963 orang sembuh, dan 108 orang meninggal. Sedangkan angka suspek 161, probable 33, diisolasi 161, dan 1.331 discard.
Sementara itu, Pemkot Batu memberlakukan PPKM Lingkup Kota seperti PPKM sebelumnya, tetapi ada sedikit perubahan, salah satunya jam operasional tempat usaha diperpanjang dari pukul 20.00 menjadi 21.00. Kuota bekerja dari rumah juga ditambah menjadi 50 persen.
Pemkot Batu juga akan mengaktifkan kampung tangguh. PPKM mikro tingkat RT/RW tidak dilakukan karena tidak ada RT/RW yang menjadi zona merah. ”Dari lima desa/kelurahan yang masuk zona merah, kami tidak memberlakukan PPKM mikro RT/RW. Namun, kami mengimbau seluruh masyarakat agar tetap waspada,” katanya.
Saat ini, lima desa/kelurahan di Batu yang memiliki jumlah kasus positif lebih dari 10 dan masuk zona merah di antaranya Ngaglik, Temas, Junrejo, Songgokerto, dan Pesanggrahan.
Berdasarkan data Jawa Timur Tanggap Covid-19, angka kasus positif di Batu hingga sekarang mencapai 1.214 yang mana 17 di antaranya aktif, 1.096 sembuh, dan 101 meninggal. Sedangkan angka suspek 1.031, probable 69, diisolasi 99, dan 940 discard.