Lama Terendam Banjir, Jalan Trans-Kalimantan Rusak Parah
Ruas jalan nasional Trans-Kalimantan yang menghubungkan wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah rusak parah akibat lama terendam banjir. Penanganan darurat terus diupayakan agar kendaraan tetap bisa melintas.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
MARTAPURA, KOMPAS — Ruas jalan nasional Trans-Kalimantan yang menghubungkan wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah rusak parah akibat lama terendam banjir. Penanganan darurat terus diupayakan agar kendaraan tetap bisa melintas.
Kerusakan parah jalan nasional Trans-Kalimantan terpantau di ruas Jalan Gubernur Syarkawi, wilayah Kabupaten Banjar dan Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Aspal jalan banyak yang terkelupas dan berlubang-lubang. Di beberapa titik bahkan terlihat kubangan air dari badan jalan yang berlubang cukup dalam.
Kendaraan besar atau truk-truk yang melintasi Jalan Gubernur Syarkawi, Selasa (9/2/2021), harus antre. Panjang antrean kendaraan mencapai 3 kilometer di Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar. Kendaraan dari dua arah berlawanan harus bergiliran melewati jalan yang rusak parah dengan bantuan alat berat ekskavator.
Seorang sopir truk yang biasa dipanggil Pak Utuh (50) mengatakan sudah tidak mudah lagi melewati Jalan Gubernur Syarkawi. Ia terpaksa lewat jalan itu karena harus bolak-balik dari Liang Anggang, Kota Banjarbaru, ke Kapuas, Kalteng. Dari Liang Anggang, ia biasa mengangkut tanah, sedangkan dari Kapuas mengangkut kayu galam.
”Dari Liang Anggang ke Kapuas yang biasanya cuma 3 jam, sekarang bisa 2-3 hari. Habis waktu dan habis ongkos saja di jalan,” ujarnya.
Menurut Utuh, para pengemudi harus ekstra sabar dan hati-hati melewati jalan yang berlubang cukup dalam atau yang masih berupa kubangan air. Jika terburu-buru bisa celaka, entah itu ambles ataupun terguling. ”Tak ada pilihan selain harus sabar,” katanya.
Dari Liang Anggang ke Kapuas yang biasanya cuma 3 jam, sekarang bisa 2-3 hari. Habis waktu dan habis ongkos saja di jalan. (Pak Utuh)
Sebagian pengemudi yang menghindari Jalan Gubernur Syarkawi mencoba memakai feri penyeberangan Sungai Alalak dari Barito Kuala ke Kota Banjarmasin ataupun sebaliknya. Tarif sekali menyeberang mulai dari Rp 350.000 sampai Rp 2 juta tergantung dari jenis kendaraan. Namun, untuk naik feri juga harus antre panjang hingga 2 kilometer. Feri hanya beroperasi dari pukul 09.00 sampai 18.00 Wita.
”Saya harus menunggu satu malam untuk bisa naik feri. Ini masih lebih cepat daripada lewat Jalan Gubernur Syarkawi,” kata Subagyo (45), sopir truk ekspedisi dari Banjarmasin ke Puruk Cahu, Kabupaten Murung Raya, Kalteng.
Subagyo harus membayar ongkos penyeberangan Rp 350.000. ”Lebih baik bayar ongkos sebanyak itu daripada habis waktu di jalan. Kebetulan bos juga mau menanggung ongkos penyeberangan,” tuturnya.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Kalsel Syauqi Kamal mengatakan, total panjang Jalan Gubernur Syarkawi 27 kilometer. Pada saat puncak banjir beberapa waktu lalu, ruas jalan yang terendam lebih kurang 13 km di sejumlah titik.
”Jalan itu terendam sampai tujuh hari. Karena terendam berhari-hari dan tidak bisa dihindari kendaraan berat tetap melintas, maka kondisi badan jalannya sekarang rusak cukup parah di beberapa titik,” katanya.
Menurut Syauqi, di beberapa ruas yang rusak parah sudah dilakukan penanganan. Lubang-lubang di badan jalan ditimbun dengan batu. Namun, timbunan batu itu banyak yang tenggelam karena dilintasi kendaraan berat.
”Sebelum banjir sudah ada penyedia jasa yang mengerjakan kontrak pemeliharaan jalan di sana dan melakukan rekonstruksi di beberapa titik. Namun, dengan kondisi sekarang ini, pekerjaannya banyak berubah,” ujarnya.
Syauqi juga berharap para pengemudi yang melintasi Jalan Gubernur Syarkawi bisa lebih sabar. Saat ini, perbaikan terus diupayakan. Sistem buka tutup harus dilakukan agar salah satu sisi jalan yang sedang diperbaiki tidak dilewati dulu. ”Kalau semuanya mau masuk seperti sekarang pasti banyak yang terjebak,” katanya.