Cegah Kluster Baru, Laboratorium Bergerak Dioperasikan di Sumsel
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Penanganan Penyakit Palembang mulai mengoperasikan laboratorium bergerak surveilans. untuk menjangkau kawasan yang berisiko menjadi kluster baru Covid-19.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Penanganan Penyakit Palembang mulai mengoperasikan mobil laboratorium bergerak surveilans, Selasa (9/2/2021). Laboratorium diharapkan dapat membantu pemerintah daerah mendeteksi penyebaran virus Covid-19 di area yang belum terjangkau. Pemeriksaan dini diharapkan dapat mencegah munculnya kluster baru.
Mobil telah tiba di Palembang, Sumatera Selatan, sejak 30 Desember 2020. Mobil dilengkapi peralatan laboratorium, termasuk mesin tes cepat molekuler (TCM) untuk pemeriksaan tuberkulosis, termasuk untuk mendeteksi virus Covid-19. Selain itu, tersedia alat untuk pemeriksaan tes usap dengan metode reaksi rantai polimerase (PCR).
”Untuk pemeriksaan Covid-19, laboratorium bergerak ini memiliki kapasitas 120 spesimen,” kata Kepala Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Penanganan Penyakit (BTKL-PP) Palembang Imam Sjahbandi, Selasa. Sebenarnya, kemampuan puncak laboratorium berjalan itu bisa memeriksa sampel hingga 200 spesimen per hari, tetapi untuk mencapainya perlu penambahan alat dan sumber daya manusia.
Laboratorium bergerak ini akan digunakan untuk membantu pemerintah daerah melakukan pelacakan dan pemeriksaan agar Covid-19 tidak meluas. Utamanya di daerah yang ditetapkan sebagai zona merah.
Mobil akan dioperasikan di tiga provinsi yang menjadi wilayah kerja BTKL-PP Palembang, yakni Sumsel, Bengkulu, dan Kepulauan Bangka Belitung. ”Tentu kami akan melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat,” ucap Imam.
Semakin cepat suatu area dilacak dan diperiksa maka semakin cepat penanganannya.
Laboratorium ini tidak hanya melayani pasien di rumah sakit, tetapi juga di tempat lain yang berisiko menjadi kluster, seperti lembaga pemasyarakatan dan pesantren. Pemeriksaan dinilai penting untuk pendeteksian ini agar suatu kawasan tidak menjadi kluster baru. ”Semakin cepat suatu area dilacak dan diperiksa, semakin cepat penanganannya,” ucap Imam.
Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy menuturkan, keberadaan laboratorium bergerak surveilans itu membantu pemerintah mempercepat pelacakan dan pemeriksaan di wilayah yang rentan. ”Dengan mobil ini kami berharap tingkat pemerikasaan di Sumsel bisa bertambah,” ujar Lesty.
Sampai saat ini, ujar Lesty, total kapasitas laboratorium di Sumsel sekitar 1.600 spesimen per hari. Hanya saja, rata-rata pemeriksaan hanya sekitar 800 spesimen per hari.
Rendahnya pemeriksaan ini disebabkan oleh aturan yang tercantum dalam Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan di mana orang yang menjalani tes PCR hanyalah mereka yang bergejala. Hal itu berpengaruh pada tingkat pemeriksaan PCR di daerah.
Sejauh ini, pemeriksaan PCR yang dilakukan di Sumsel belum sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Standar WHO adalah sekitar 8.500 orang yang diperiksa per minggu. Namun, di Sumsel, rata-rata pemeriksaan PCR hanya 5.600 orang per minggu. Walau demikian, upaya pelacakan, pemeriksaan, dan pengobatan terus dilakukan.
Berdasarkan data dari Sumsel Tanggap Covid-19, kasus konfirmasi di Sumsel mencapai 14.795 orang dengan 12.365 orang (83,58 persen) dinyatakan sembuh dan meninggal sebanyak 718 orang (4,85 persen). ”Dengan pemeriksaan yang cepat diharapkan dapat mencegah pandemi Covid-19 semakin meluas dan dapat meminimalisasi jatuhnya korban,” ujar Lesty.