Banjir Tiga Hari Berturut-turut, Pekalongan Tetapkan Tanggap Darurat
Hujan deras yang mengguyur Kota dan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, menyebabkan banjir dengan ketinggian mencapai 1 meter.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
PEKALONGAN, KOMPAS — Tiga hari belakangan, banjir dengan ketinggian mencapai 1 meter melanda hampir seluruh wilayah Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Pemerintah setempat menetapkan status tanggap darurat bencana hingga dua pekan ke depan untuk mengoptimalkan penanganan.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan, 26 dari total 27 kelurahan yang ada di Kota Pekalongan masih terendam banjir, Senin (8/2/2021) pagi. Air dengan ketinggian 60-100 sentimeter merendam daerah-daerah tersebut sejak Sabtu (6/2/2021) dini hari. Kejadian ini disebut sebagai yang terparah dalam beberapa tahun terakhir.
Akibat kejadian tersebut, ribuan rumah terendam dan sekitar 16.000 warga terdampak. Dari jumlah tersebut, 2.882 orang memilih mengungsi dan sisanya bertahan di rumah masing-masing.
”Jumlah pengungsian ada 41 titik, yakni di sekolah, balai pertemuan, dan masjid. Pengungsian tersebut tersebar di empat kecamatan, yakni Pekalongan Barat, Pekalongan Utara, Pekalongan Timur, dan Pekalongan Selatan,” kata Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Kota Pekalongan Dimas Arga Yudha.
Dimas menambahkan, upaya yang dilakukan BPBD Kota Pekalongan saat ini adalah mencukupi kebutuhan dasar pengungsi seperti, makanan dan obat-obatan. Adapun BPBD Kota Pekalongan dan jajaran pemerintah setempat sepakat, menetapkan status tanggap darurat bencana banjir mulai 7-20 Februari 2021.
Dengan status ini, kami lebih leluasa menangani banjir, terutama yang kaitannya dengan pendanaan (Saelany Mahfudz).
Wali Kota Pekalongan Saelany Mahfudz mengatakan, penetapan status tanggap darurat dilakukan setelah tiga hari berturut-tutut banjir tidak surut akibat hujan deras yang terus terjadi di Kota Pekalongan. Hujan deras tersebut diperkirakan masih akan terus terjadi di Kota Pekalongan hingga tiga hari ke depan.
Saelany berharap, melalui penetapan status tanggap darurat, pihaknya bisa memanfaatkan sumber daya cadangan untuk menangani banjir. ”Dengan status ini, kami akan lebih leluasa menangani banjir, terutama yang kaitannya dengan pendanaan. Tadinya, sumber dana terbatas, tetapi dengan tanggap darurat ini kami diperbolehkan memakai cadangan dana yang ada,” ujarnya.
Dana darurat yang dimiliki Kota Pekalongan sebanyak Rp 3 miliar. Kendati demikian, dana darurat yang saat ini tersedia sebanyak Rp 1,5 miliar karena sebagian besar sudah digunakan untuk penanganan Covid-19.
Perbaikan infrastruktur
Menurut Saelany, fokus Pemerintah Kota Pekalongan saat ini adalah menangani pengungsi dan sekitar 14.000 warga terdampak yang belum mengungsi. Sementara itu, perbaikan infrastruktur akan dilakukan setelah Dinas Pekerjaan Umum Kota Pekalongan selesai melakukan pendataan untuk menentukan infrastruktur mana yang mendesak diperbaiki.
”Nanti hasil pendataannya akan kami laporkan kepada pemerintah provinsi. Barangkali, dalam kondisi seperti ini kami bisa diberi bantuan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah pusat,” katanya.
Di Kabupaten Pekalongan, banjir juga melanda 25 desa dan kelurahan di empat kecamatan. Akibat kejadian tersebut, sedikitnya 9.954 rumah terendam dengan ketinggian mencapai 1 meter.
”Hingga saat ini, ada sekitar 12.000 keluarga yang terdampak banjir. Dari jumlah tersebut, yang saat ini mengungsi 842 orang,” kata Kepala BPBD Kabupaten Pekalongan Budi Raharjo.
Budi mengatakan, jumlah pengungsi terus bertambah, Senin pagi, karena hujan deras masih terus turun. Saat ini korban banjir mengungsi di 17 pengungsian yang terdiri dari sekolah, masjid, balai pertemuan, puskesmas, dan pabrik.