Banjir sampai 80 sentimeter, tetapi mulai surut masih menerjang enam desa di Bandar Kedungmulyo, Jombang, Jawa Timur. Banjir sejak sepekan terakhir akibat jebolnya tanggul di jaringan sungai dalam Sub-DAS Konto.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Banjir dengan ketinggian sampai 80 sentimeter, tetapi mulai surut masih menerjang enam desa di Bandar Kedungmulyo, Jombang, Jawa Timur. Banjir sejak sepekan terakhir akibat jebolnya sejumlah tanggul di jaringan sungai dalam Sub-Daerah Aliran Sungai Konto.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang, Senin (8/2/2021) siang, banjir menerjang 12 dusun di enam desa. Banjir telah surut di empat dusun, sedangkan di delapan dusun lainnya bertahan, tetapi mulai surut.
BPBD memaparkan, banjir telah surut di tiga dari empat dusun di Gondangmanis. Tiga dusun dimaksud ialah Gondangmanis, Manisrenggo, dan Kandangan. Prayungan masih kebanjiran dengan ketinggian 60-80 sentimeter tetapi mulai surut.
Banjir di satu dari tiga dusun di Bandar Kedungmulyo juga telah surut di Kedungasem. Di Bandar Kedungmulyo dan Kedunggabus banjir masih bertahan dengan ketinggian 70-80 Cm dan tren surut.
Dusun Gisikan, Banjarsari, banjir berketinggian 10-20 Cm. Di Dusun Simo, Pucangsimo, ketinggian banjir 20-40 Cm di mana kondisi serupa juga terjadi di Dusun Delik, Brodot. Di Dusun Brangkal dan Dusun Proko, Brangkal, banjir berketinggian 50 Cm.
Kepala Pelaksana BPBD Jombang Abdul Wahab mengatakan, berharap karena ada tren surut, hujan belum turun lagi, dan tanggul-tanggul jebol sedang diperbaiki, banjir akan surut dalam satu-dua hari. “Kewaspadaan dan kesiagaan ditingkatkan karena potensi hujan deras dan lama masih akan terjadi di Jombang selama musim hujan ini,” kata Wahab.
Wakil Bupati Jombang Sumrambah mengatakan, sebelum banjir terjadi, di Jombang termasuk wilayah Sub-DAS Konto diguyur hujan berhari-hari. Hujan memicu peningkatan debit aliran Sungai Konto, anak sungai, dan terusannya yang sejak dari kawasan hulu sesudah Bendungan Selorejo turut membawa material sedimentasi dan sampah berbagai ukuran termasuk yang besar yakni potongan dahan atau batang pohon bahkan rumpun bambu.
Kewaspadaan dan kesiagaan ditingkatkan karena potensi hujan deras dan lama masih akan terjadi di Jombang selama musim hujan ini (Abdul Wahab)
Sumrambah melanjutkan, debit air beserta sampah memicu jebolnya tanggul di dekat Rolak 70 dan Dam Gude. Prasarana ini seharusnya mampu mengendalikan debit air Sungai Konto saat membesar. Aktivitas masyarakat terutama pengambilan pasir secara ilegal yang luput dari pantauan memicu keandalan tanggul dan dam sehingga jebol tak mampu menahan debit air yang deras disertai material sampah.
”Tanggul jebol sehingga Sungai Konto meluap dan merendam persawahan serta mengalir ke jaringan irigasi dan memicu sejumlah tanggul lainnya jebol,” kata Sumrambah.
Melumpuhkan lalu lintas
Tanggul di Afvoer Besuk dan Afvoer Brawijaya turut jebol dan meluap hingga merendam dan melumpuhkan lalu lintas di Jalan Raya Nasional Jombang-Madiun setidaknya kurun Jumat-Sabtu.
Tanggul jebol lainnya ada di Dusun Plosorejo sepanjang 20 meter dan Dusun Kedunggabus sepanjang 10 meter di Desa Bandar Kedungmulyo, dan Dusun Prayungan sepanjang 20 meter di Desa Gondangmanis.
Dalam rapat koordinasi darurat yang dipimpin oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Bandar Kedungmulyo, Minggu atau kemarin, Direktur Utama Perusahaan Umum Jasa Tirta I Raymond Valiant Ruritan mengatakan, mitigasi secara utuh penting untuk menjadi dasar penanganan banjir di Jombang. Banjir jelas memperlihatkan daerah tangkapan air di Jombang terutama hulu sungai-sungai telah kritis.
Raymond menjelaskan, Sungai Konto mendangkal terutama oleh material vulkanik terkait letusan Gunung Kelud pada 2014. Di bagian hulu, aliran Sungai Konto dikendalikan melalui Bendungan Selorejo termasuk penanganan dan antisipasi pendangkalannya.
Gangguan terhadap kawasan hulu oleh penebangan ilegal, perubahan fungsi, dan pemanfaatan tidak lestari sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun (Amien Widodo)
Namun, mekanisme serupa belum terjadi di bagian tengah dan hilir yang merupakan kewenangan pemerintah. Padahal, beberapa anak sungai masuk pada bagian tengah dan hilir dimana alirannya membawa sampah dan material.
Raymond mengatakan, penanganan terhadap tanggul jebol tetapi secara darurat telah ditempuh oleh tim aparatur terpadu dibantu kelompok masyarakat dengan pemasangan sesek bambu, kayu dolken, dan material bangunan dalam karung-karung. Selain itu, juga telah dilaksanakan pembersihan Sungai Konto dari berbagai jenis sampah.
Amien Widodo, dosen dan peneliti senior Pusat Studi Mitigasi, Kebencanaan, dan Perubahan Iklim pada Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, mendesak pemerintah sebagai penyelenggara negara untuk memulihkan tata guna lahan di Jatim sebagai mitigasi bencana hidrometeorologi terutama banjir dan tanah longsor.
Kawasan hulu perlu dipertahankan dari gangguan penebangan atau pemanfaatan yang berujung pada kekritisan lahan dan lemahnya kemampuan mitigasi bencana.
“Gangguan terhadap kawasan hulu oleh penebangan ilegal, perubahan fungsi, dan pemanfaatan tidak lestari sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun sehingga bencana yang terus terjadi adalah buah pahit yang harus diterima,” kata Amien.
Jika belum ada kesadaran untuk menjaga keseimbangan dan memulihkan tata guna lahan, lanjut Amien, bencana banjir di Jombang, banjir bandang, tanah longsor, dan kerusakan akibat angin kencang dan puting beliung di hampir seluruh wilayah Jatim akan terus terjadi. Bencana mengganggu penghidupan, membahayakan keselamatan masyarakat, dan tidak menjamin keberlangsungan hidup generasi mendatang.