Bandara Ahmad Yani Semarang Kembali Dibuka, Stasiun KA Andalkan Poncol
Pada Minggu, terdapat 26 jadwal penerbangan yang beroperasi di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, yakni 13 penerbangan yang datang dan 13 penerbangan yang berangkat.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Setelah tak beroperasi seharian pada Sabtu (6/2/2021) akibat tergenangnya area landas pacu, Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah, beroperasi normal sejak Minggu (7/2/2021) pagi. Sementara itu, genangan di Stasiun Semarang Tawang sudah mulai surut, tetapi operasional kereta api mengandalkan Stasiun Semarang Poncol.
Pada Sabtu, tingginya curah hujan menyebabkan banjir di 10 dari 16 kecamatan di Kota Semarang yang juga berdampak pada sistem transportasi udara dan kereta api (KA). Sebanyak 21 jadwal penerbangan terdampak. Salah satunya Garuda Indonesia GA 232 tujuan Jakarta-Semarang yang pendaratannya dialihkan ke Surabaya. Sementara jadwal penerbangan lain ditunda.
Namun, seiring cuaca yang membaik pada Minggu, Bandara Jenderal Ahmad Yani kembali beroperasi normal sejak pukul 06.00. Hal ini sejalan dengan terbitnya notice to airmen (notam) Nomor B0186/21 NOTAMR B0182/21 perihal RWY 13/31 Beroperasi Normal.
Pada Minggu, terdapat 26 jadwal penerbangan yang beroperasi, yakni 13 penerbangan yang datang dan 13 penerbangan yang berangkat dengan rute penerbangan Jakarta, Pangkalan Bun, Banjarmasin, Denpasar, Surabaya, dan Makassar. Namun, dari jumlah itu, satu penerbangan, yaitu Wings Air IW 1802 tujuan Semarang-Denpasar, dibatalkan maskapai.
Adapun penerbangan pertama yang diberangkatkan dari Bandara Jenderal Ahmad Yani pada Minggu adalah Wings Air IW 1800 tujuan Semarang-Surabaya pada pukul 06.30. Sementara pesawat yang pertama kali mendarat di bandara tersebut adalah Garuda Indonesia GA 232 pada pukul 06.55.
”Kami akan selalu memonitor keadaan di lapangan untuk memantau perkembangan cuaca serta traffic pergerakan pesawat, penumpang, dan kargo,” ujar General Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang Hardi Ariyanto dalam keterangannya, Minggu.
Berdasarkan data yang didapat dari BMKG, lanjut Hardi, curah hujan rata-rata di BMKG Ahmad Yani pada Februari selama 30 tahun (1990-2019) adalah 357,5 milimeter (mm). Sementara pada 5 dan 6 Februari 2021, hujan di Kota Semarang dan sekitarnya berada pada kategori ekstrem, yaitu lebih dari 150 mm per hari.
Sementara pada 5 dan 6 Februari 2021, hujan di Kota Semarang dan sekitarnya berada pada kategori ekstrem, yaitu lebih dari 150 mm per hari (Hardi Ariyanto).
”Dengan adanya langkah-langkah antisipasi menghadapi musim hujan, kami berharap cuaca akan segera membaik. Dengan demikian, aktivitas penerbangan dapat berjalan normal secara terus menerus,” kata Hardi.
Masih dialihkan
Menurut data PT KAI Daop 4 Semarang, sekitar pukul 06.00, genangan di Stasiun Tawang, termasuk di rel KA, mulai surut. Dari tujuh jalur di stasiun tersebut, ketinggian air berkisar 3-12 sentimeter dari kop rel.
https://youtu.be/dx0-SebVWfk
Manajer Humas PT KAI Daop 4 Semarang Krisbiyantoro menuturkan, KA jarak jauh (Surabaya-Jakarta), yakni Argo Bromo Anggrek dan KA Dharmawangsa, dialihkan melalui jalur selatan, dari Stasiun Gambringan, Grobogan, menuju Solo. ”Sementara KA Maharani dari Surabaya tujuan Semarang hanya berakhir di Stasiun Brumbung (Demak). Penumpang kemudian dioper dengan bus,” ujarnya.
Sementara itu, KA lokal, Kaligung (Tegal-Semarang Poncol), berjalan normal. Adapun Argo Muria sore, Semarang-Jakarta, dijadwalkan tetap beroperasi. Para penumpang diarahkan berangkat dari Stasiun Semarang Poncol, yang aksesnya lebih memungkinkan.
Berdasarkan pantauan, Minggu pagi hingga pukul 11.45, hujan ringan hingga sedang masih mengguyur sejumlah titik di Kota Semarang. Beberapa titik genangan mulai surut, tetapi beberapa titik lainnya masih tergenang sekitar 10-30 cm.
Kepala Stasiun Klimatologi Semarang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sukasno menjelaskan, analisis sementara menunjukkan cuaca dipengaruhi aktifnya angin monsun dingin Asia serta pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di Jateng dan sekitarnya. Adapun hingga akhir Februari 2021, Jateng masih berada pada puncak musim hujan.