Bencana banjir pada awal 2021 ini membangkitkan solidaritas di antara warga Kota Banjarmasin, yang baru pertama kali merasakan banjir besar. Warga saling bantu serta terlibat aktif dalam evakuasi dan menggalang donasi.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·5 menit baca
Bencana banjir pada awal 2021 ini membangkitkan solidaritas di antara warga Kota Banjarmasin, yang baru pertama kali merasakan banjir besar. Warga saling bantu dan mengirimkan makanan maupun obat-obatan sebelum turun bantuan dari pemerintah. Anak-anak muda juga terlibat aktif dalam evakuasi dan menggalang donasi.
Memasuki Kamis (14/1/2021), sebagian wilayah Kota Banjarmasin turut merasakan dampak hujan ekstrem yang turun di wilayah Kalimantan Selatan sejak beberapa hari sebelumnya. Permukiman warga di wilayah Banjarmasin Timur, Utara, dan Selatan mulai terendam. Ketinggian air di jalanan kompleks perumahan terus naik karena hujan tak kunjung reda.
Warga Banjarmasin pada umumnya tak menduga kalau air akan terus naik. Kebanyakan berpikir paling hanya terendam sebentar saja. Itu hal lumrah ketika hujan lebat karena buruknya drainase di kota dan kompleks perumahan.
Pada hari pertama banjir, Pemerintah Kota Banjarmasin juga belum merespons kejadian itu sebagai bencana. Ketika menghadiri peluncuran vaksinasi Covid-19 dan turut divaksin, Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina sempat melontarkan bahwa tidak ada banjir di Kota Banjarmasin. ”Yang ada cuma genangan air dan itu pun akan segera surut,” ujarnya.
Namun, keesokan harinya, genangan air bukannya surut, melainkan makin tinggi. Di banyak jalanan kompleks perumahan sudah hampir selutut orang dewasa atau sekitar 40 sentimeter (cm). Sepeda motor yang nekat melintas mulai mogok. Warga yang di rumahnya ada bayi, balita, dan lansia mulai mengungsi karena air sudah masuk rumah.
Pada Jumat (15/1) barulah Pemkot Banjarmasin menetapkan status tanggap darurat bencana banjir. Penetapannya sehari setelah Pemprov Kalsel menetapkan status tanggap darurat menyusul kejadian banjir di 11 kabupaten/kota. Hanya dua kabupaten yang luput dari banjir kali ini, yaitu Tanah Bumbu dan Kotabaru.
Pemkot Banjarmasin mencatat ada 152 titik banjir. Sebarannya di Banjarmasin Timur (107 titik), Banjarmasin Utara (28 titik), dan Banjarmasin Selatan (17 titik). Yang tidak terdampak cuma Banjarmasin Barat dan Banjarmasin Tengah. Sebanyak 31.357 keluarga atau 101.601 jiwa terdampak banjir. Jumlah itu sekitar sepertujuh dari jumlah warga Kota Banjarmasin.
Dewi Triyani Daus (24), warga Banjarmasin Timur tak pernah menduga air akan terus naik. Hingga Sabtu (16/1) atau hari ketiga banjir di kompleks perumahannya, ia tak bisa ke mana-mana dan terkurung di rumah. ”Air memang belum masuk rumah, tetapi jalan depan rumah sampai ke luar kompleks sudah air semua. Tidak bisa lagi keluar pakai sepeda motor,” katanya, Selasa (2/2/2021).
Setelah tiga hari terkurung di rumah, Dewi mengaku kehabisan stok bahan pokok. Mau belanja ke pasar sudah tidak bisa. Warung-warung kecil dekat rumah juga pada tutup dan kehabisan stok bahan pokok. Untuk keluar sampai jalan protokol terdekat yang berjarak sekitar 2 kilometer (km) sudah susah karena air semua. Bahkan, sepanjang jalan protokol itu juga sudah digenangi air.
”Ulun (saya) akhirnya kontak dengan keponakan yang tinggal di daerah Rawasari (Banjarmasin Tengah), bilang kalau sudah terkepung banjir dan tidak bisa keluar. Sudah dua hari hanya makan mi instan karena beras habis,” tuturnya.
Mengetahui bibinya dalam kondisi seperti itu, Reza Rahman (21) langsung menginfokan kepada rekan-rekannya di grup WhatsApp Barisan Pemadam Kebakaran (BPK). Infonya langsung ditanggapi. Mereka segera menyiapkan bantuan logistik untuk didistribusikan kepada warga terdampak banjir.
”Ulun sempat ditelpon dan ditanya berapa banyak warga yang masih bertahan di rumah. Jawab ulun, sekitar 50 keluarga lagi karena sudah banyak yang mengungsi,” ungkap Dewi.
Hanya berselang dua jam dari komunikasi Dewi dengan keponakannya, bantuan langsung tiba. Sekitar pukul 22.00 Wita, sekelompok orang dari BPK Swasta Pribumi 01 Teluk Tiram, Banjarmasin Barat datang membawa bantuan logistik dengan menggunakan perahu karet. Bantuan didrop di rumah salah satu warga kompleks.
”Ini ada sedikit bantuan yang kami himpun dari warga dan donatur. Kami tahu warga di sini pasti susah keluar cari makanan walau mungkin ada saja uang untuk membelinya,” kata Abdul Kadir Jaelani, Ketua BPK Swasta Pribumi 01 saat menyerahkan bantuan kepada perwakilan warga.
Bantuan yang diserahkan pada malam hari itu terdiri atas beras, mi instan, roti, air mineral, obat-obatan, dan pakaian layak pakai. Itu menjadi bantuan pertama yang diterima warga kompleks yang sudah tiga hari dilanda banjir. ”Ini adalah bentuk solidaritas dari warga masyarakat terhadap warga yang terkena bencana,” ujar Jaelani.
Keesokan harinya, Dewi bersama ibu-ibu kompleks mengemas bantuan logistik menjadi 60 bungkus karena terdata masih ada 55 keluarga yang bertahan. Setelah ibu-ibu selesai membungkus bantuan, giliran bapak-bapak yang mendistribusikan bantuan ke rumah-rumah. Tidak ada satu pun keluarga yang masih bertahan di kompleks yang terlewatkan.
Donasi daring
Pada hari-hari selanjutnya, bantuan masih terus mengalir dari berbagai pihak kepada warga terdampak banjir. Tak ketinggalan pula layanan pengobatan gratis. Kebanyakan bantuan itu bukan datang dari pemerintah, melainkan datang dari para dermawan. Warga tak bisa juga menuntut banyak pada pemerintah karena yang terdampak banjir di luar Kota Banjarmasin lebih banyak lagi.
Ahmad Muliadi (20) dari Perkumpulan Remaja Semanda, Banjarmasin Timur mengatakan, mereka menggalang donasi untuk korban banjir di Kota Banjarmasin secara daring (online) lewat media sosial sejak hari ketiga banjir.
Kami yang masih muda wajib turun untuk membantu karena kami turut merasakan bagaimana jadi korban banjir. Di dalam rumah ulun saja airnya selutut (Ahmad Muliadi)
”Dalam dua hari saja, kami bisa menghimpun dana sekitar Rp 3 juta. Donasi yang masuk kami prioritaskan untuk pengadaan obat-obatan serta kebutuhan bayi dan balita,” ujarnya.
Obat-obatan serta kebutuhan bayi dan balita, seperti popok dan susu formula kemudian disalurkan ke posko pengungsian dan kompleks-kompleks perumahan yang terisolasi. ”Kalau butuh obat-obatan, beritahu saja, nanti kami siapkan. Kami ingin agar donasinya bermanfaat dan bisa langsung digunakan warga,” kata Muliadi ketika menyerahkan bantuan kepada warga.
Sebelum menggalang donasi, Muliadi dan teman-temannya sudah turun membantu evakuasi warga korban banjir, terutama lansia. Mereka membuat rakit dari jeriken untuk sarana evakuasi. ”Kami yang masih muda wajib turun untuk membantu karena kami turut merasakan bagaimana jadi korban banjir. Di dalam rumah ulun saja airnya selutut,” ujarnya.
Solidaritas yang mengalir sampai ke permukiman warga, juga mengalir di sepanjang jalan protokol. Di Jalan Pramuka yang sudah berubah seperti sungai dan bisa dilintasi perahu, mobil-mobil yang masih berani lewat memberikan tumpangan gratis. Warga sejenak melupakan virus korona (Covid-19) agar tidak melupakan sesama yang tertimpa bencana.