Sidoarjo berencana menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM berskala mikro mulai 9 Febuari nanti. Persiapan dimatangkan terutama penyisiran lingkungan desa bahkan rukun tetangga berisiko tinggi.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO,KOMPAS-Sidoarjo berencana menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM berskala mikro mulai 9 Febuari nanti. Persiapan dimatangkan terutama penyisiran lingkungan desa maupun rukun tetangga yang memiliki risiko sebaran Covid-19, tinggi.
Penjabat Bupati Sidoarjo Hudiyono mengatakan sesuai instruksi kemendagri wilayahnya telah menerapkan kebijakan PPKM selama dua periode sejak 11 Januari hingga 8 Febuari nanti. Meski belum mampu mengerem mobilitas masyarakat hingga 40 persen, PPKM dinilai efektif menekan laju sebaran Covid-19.
“Sebagai gambaran, sebelum PPKM, kondisi rumah sakit rujukan Covid-19 mengalami kelebihan kapasitas sehingga banyak pasien antre di Instalasi Rawat Darurat karena tak mendapat kamar. Saat ini, kondisi RS rujukan mulai longgar meski pasiennya masih tinggi,” ujar Hudiyono, Sabtu (6/2/2021).
Kondisi ruang perawatan yang masih dipenuhi pasien Covid-19 mendorong pemerintah daerah mengevaluasi kembali pelaksanaan PPKM. Agar sebaran Covid-19 lebih terkendali, kebijakan yang diambil pemda menerapkan PPKM mikro. Pembatasan kegiatan masyarakat diterapkan dalam lingkup lingkungan yang lebih kecil misalnya, skala desa, skala Rukun Warga (RW), bahkan Rukun Tetangga (RT).
Bagi Sidoarjo, penerapan PPKM skala mikro sebenarnya jauh lebih sulit dibandingkan skala kabupaten. Kebijakan PPKM skala mikro ini pernah diwacanakan saat masa perpanjangan lalu. Namun, kebijakan itu gagal diimplementasikan karena terjadi resistensi dari masyarakat desa. Dari empat desa dengan risiko sebaran Covid-19, semuanya menolak di ‘lockdown’.
Hudiyono mengatakan untuk mencegah terjadinya penolakan warga, kali ini pemda lebih ketat dalam menerapkan kualifikasi desa atau lingkungan yang menjadi sasaran PPKM mikro. Salah satu desa yang siap menerapkan kebijakan itu adalah Bluru Kidul di Kecamatan Sidoarjo.
Kepala Dinkes Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan berdasarkan data Satgas Covid-19 per tanggal 30 Januari lalu, salah satu RW di Desa Bluru Kidul memiliki 15 kasus baru. Setelah ditelusuri ke lapangan, angka kejadiannya memang tinggi sehingga lingkungan tersebut perlu di lokalisasi agar tidak terjadi penularan lebih luas lagi.
Sebagai gambaran, sebelum PPKM, kondisi rumah sakit rujukan Covid-19 mengalami kelebihan kapasitas sehingga banyak pasien antre di Instalasi Rawat Darurat karena tak mendapat kamar. Saat ini, kondisi RS rujukan mulai longgar meski pasiennya masih tinggi (Hudiyono)
“Dinkes Sidoarjo langsung turunkan petugas untuk menyemprotkan disinfektan di lingkungan Desa Bluru Kidul dalam upaya pencegahan hari ini. Sementara itu warga yang terpapar Covid-19 sudah dipantau oleh puskesmas setempat,” kata Syaf Satriawarman.
Camat Sidoarjo Imam Mukri menambahkan dalam waktu dekat pihaknya akan menggelar rapat koordinasi dengan kepala desa serta seluruh ketua RT dan RW di Bluru Kidul. Salah satu agenda rapat tersebut membahas teknis pelaksanaan PPKM mikro agar hasilnya efektif menekan laju sebaran Covid-19.
Kegiatan PPKM mikro ini antara lain meliputi penerapan satu pintu keluar masuk bagi warga untuk memudahkan pengawasan dan pemantauan. Pemeriksaan kesehatan terhadap tamu yang berkunjung seperti pemeriksaan suhu tubuh. Tamu juga akan diminta menunjukkan surat keterangan sehat untuk mencegah transmisi virus dari lingkungan luar.
Dinkes Sidoarjo akan memeriksa kesehatan seluruh warga dengan uji cepat antigen Covid-19. Pemeriksaan ini dalam upaya mempercepat pelacakan kontak erat terkonfirmasi positif. Mereka yang terpapar namun kondisinya sehat bisa menjalani isolasi mandiri atau isolasi di hotel yang disediakan oleh pemda. Bagi pasien terkonfirmasi positif yang bergejala berat akan dirujuk ke rumah sakit rujukan.
Dinas Sosial Kabupaten Sidoarjo akan memberikan bantuan berupa bahan kebutuhan pokok kepada warga yang tinggal di lingkungan tersebut selama masa PPKM mikro. Adapun lamanya pelaksanaan PPKM mikro minimal tiga hari dan maksimal tujuh hari. Lamanya pelaksanan akan dievaluasi dan bisa diperpanjang.
Sementara itu menjelang berakhirnya masa PPKM periode kedua, Polresta Sidoarjo terus menggencarkan upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya penerapan protokol kesehatan terutama memakai masker. Selain rutin membagikan 10.000 masker setiap hari selama 10 hari, beragam kegiatan dilakukan untuk mengingatkan memakai masker.
Terkini, sosialisasi pemakaian masker dilakukan oleh sejumlah polisi dengan berpakaian punakawan yang merupakan tokoh dalam seni pewayangan. Strategi ini untuk mendekatkan diri pada masyarakat, menjauhkan dari kesan garang, dengan harapan bisa menyentuh kesadaran yang lebih dalam.
Kepala Polresta Sidoarjo Kombes Sumardji mengatakan sosialisasi protokol kesehatan dengan menggunakan tokoh wayang ini digelar di pasar tradisional dan jalan utama. Upaya sosialisasi masker akan terus digencarkan sebagai senjata memerangi pandemi Covid-19.
“Penerapan protokol kesehatan harus menjadi gaya hidup meskipun sudah ada vaksin. Sebab, penerapan protokol kesehatan yang disiplin dan pembatasan kegiatan jauh lebih efektif dibandingkan vaksinasi,” ucap Sumardji.
Sidoarjo masih menjadi penyumbang kasus Covid-19 terbesar kedua di Jatim setelah Surabaya. Secara kumulatif jumlah kasusnya per 5 Febuari kemarin sebanyak 9.217 orang terkonfirmasi positif, sebanyak 8.403 orang diantaranya dinyatakan sembuh dan 569 orang lainnya meninggal dunia. Penambahan kasus baru secara harian masih terus terjadi meski tak setinggi saat awal pandemi.