Waspadai Ancaman Banjir Lahar Hujan di Gunung Merapi
Warga lereng Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, diminta mewaspadai ancaman banjir material lahar hujan. Ancaman tersebut muncul seiring intensitas hujan belakangan yang terbilang tinggi.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Warga lereng Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, diminta mewaspadai ancaman banjir material lahar hujan. Ancaman tersebut muncul seiring intensitas hujan belakangan yang tergolong tinggi. Kesiapsiagaan warga diharapkan selalu terjaga melalui tim siaga bencana di setiap desa.
Musim hujan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), diperkirakan memasuki puncaknya pada Januari hingga Februari. Kondisi tersebut menambah ancaman bahaya bagi sebagian warga di lereng Gunung Merapi. Tingginya aktivitas vulkanik bersamaan dengan curah hujan tinggi berpotensi membawa endapan material guguran dari kawah menuju sungai yang berhulu di gunung tersebut.
Menurut rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), ancaman bahaya erupsi Merapi berupa guguran lava dan awan panas ke sektor selatan dan barat daya, meliputi wilayah Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Sungai Putih. Luncurannya sejauh maksimal 5 kilometer dari puncak gunung.
Sejauh ini, guguran lava pijar dan awan panas selalu mengarah ke Sungai Krasak di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, dan Sungai Boyong di Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem.
”Dengan adanya hujan deras, air yang mengalir membawa material ke sungai. Tetapi, kondisinya masih normal dan terkendali,” kata Kepala Seksi Mitigasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Joko Lelono, Jumat (5/2/2021).
Saat ini, aliran material telah memasuki Sungai Boyong di wilayah Dusun Turgo, Purwobinangun. Permukiman terdekat di sungai tersebut berjarak sekitar 300 meter. Warga yang tinggal di dekat sungai telah mengungsi lebih dahulu.
Joko meminta segenap warga selalu meningkatkan kewaspadaan menyikapi ancaman lahar hujan. Koordinasi dengan jejaring sukarelawan terus diperkuat. Sistem peringatan dini ancaman lahar hujan juga sudah dipastikan siap. Selain itu, ia meyakini, warga telah memahami langkah mitigasi dengan terbentuknya tim siaga bencana desa lewat desa tangguh bencana (destana).
”Di program destana, warga diajak memahami ancaman. Dengan seperti itu, warga ikut menyusun SOP (prosedur standar operasi) penanggulangan bencana dusunnya sehingga siap mengantisipasi ancaman yang mungkin ada,” kata Joko.
Warga telah memahami langkah mitigasi dengan terbentuknya tim siaga bencana desa lewat desa tangguh bencana (destana).
Kepala Seksi Pemerintahan Desa Purwobinagun Nurhadi mengatakan, kondisi aliran material lahar hujan selalu dipantau tim sukarelawan desa. Kondisi material yang memasuki sungai belum membahayakan. Ia menjamin kesiapsiagaan warga terhadap berbagai ancaman bahaya sudah selalu terjaga.
”Aliran (lahar hujan) belum besar. Alirannya masih kecil dan dipantau terus oleh warga. Jadi, ini masih relatif aman dari ancaman lahar hujan,” kata Nurhadi.
Lebih lanjut, Nurhadi menuturkan, dengan perubahan ancaman bahaya Merapi yang mengarah ke sektor barat daya, sejumlah warga di Dusun Turgo sudah diungsikan lebih dahulu. Dusun tersebut berjarak 6,5 kilometer dari puncak Merapi.
Hingga Jumat siang, warga yang mengungsi di barak tersebut berjumlah 136 orang. Kebanyakan adalah kelompok rentan, yakni anak, warga lansia, anak balita, ibu hamil, dan penyandang disiabilitas, yang berjumlah 71 orang.
”Kalau warga usia produktif, sebagian besar masih tinggal di Dusun Turgo. Mereka sekaligus mengawasi kondisi di atas (puncak gunung). Ini pengungsi juga sering bolak-balik. Pada pagi hari, mereka kembali beraktivitas di dusun,” katanya.