Satgas Covid-19 Godok Rencana Vaksinasi bagi Jurnalis di Maluku
Satgas Covid-19 Provinsi Maluku menyiapkan rencana vaksinasi bagi para jurnalis di daerah itu. Setiap lembaga media sudah bisa melakukan pendataan.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku sedang menyiapkan rencana pemberian vaksin Covid-19 bagi para jurnalis yang bertugas di daerah tersebut. Dengan mobilitas tinggi, jurnalis dianggap sebagai pekerja yang berisiko tinggi terpapar Covid-19. Bahkan, banyak di antara mereka sudah terpapar virus tersebut.
Ketua Pelaksana Harian Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku Kasrul Selang, Jumat (5/2/2021), mengatakan, dalam pertemuan virtual dengan pemerintah pusat dua hari sebelumnya, pihaknya mengusulkan rencana vaksinasi bagi jurnalis. Pelaksanaannya bisa berbarengan dengan vaksinasi anggota TNI-Polri dan kelompok rentan.
”Hasil pembahasan sementara adalah menunggu sampai selesai vaksinasi bagi tenaga kesehatan, baru kami putuskan seperti apa mekanisme vaksinasi untuk para jurnalis,” ujar Kasrul. Saat ini sedang berlangsung vaksinasi tahap pertama yang diperuntukkan bagi tenaga kesehatan dan pendukungnya. Vaksinasi di Maluku dilaksanakan sejak 15 Januari 2021.
Ia meminta setiap media mendata terlebih dahulu jurnalis yang secara medis diperbolehkan menerima vaksinasi. Syaratnya belum pernah terinfeksi Covid-19, tidak memiliki penyakit penyerta yang berat, serta tidak dalam keadaan hamil. Di Kota Ambon, saat ini terdapat sekitar 30 lembaga media dengan jumlah jurnalis sebanyak 100-150 orang.
Menurut Kasrul, hampir setiap hari jurnalis mendatangi banyak tempat liputan, termasuk yang berada di zona merah penularan Covid-19, serta bertemu banyak orang. Tuntutan pekerjaan seperti itu membuat jurnalis rawan terpapar Covid-19, bahkan banyak yang akhirnya terinfeksi dan menjalani perawatan. Beberapa wartawan yang bertugas di kantor Gubernur Maluku positif Covid-19.
Menurut pantauan Kompas, kerumunan jurnalis tidak bisa terhindarkan dalam sejumlah kegiatan peliputan. Itu terutama pada saat rebutan wawancara dengan narasumber yang dianggap penting. Kepentingan mengejar informasi tersebut membuat jurnalis terkadang mengabaikan protokol Covid-19. Mereka berdiri berdesakan tanpa jarak aman.
Sejauh ini, langkah pengendalian Covid-19 yang dilakukan Satgas Covid-19 Maluku adalah menggelar tes cepat antigen secara massal. Sasarannya adalah mereka yang bertugas di semua kantor pemerintah di bawah Pemprov Maluku, termasuk jurnalis. Tes cepat itu dilakukan secara berkala setiap 14 hari. Jurnalis yang tidak menjalani tes cepat dilarang meliput di perkantoran.
Ais Fasse, jurnalis senior yang juga fungsionaris organisasi Persatuan Wartawan Indonesia Maluku, mengatakan, di beberapa daerah, jurnalis diprioritaskan oleh satgas Covid-19 untuk menerima vaksinasi tahap pertama. Menurut Ais, vaksinasi terhadap jurnalis akan membantu meningkatkan kepercayaan publik terhadap program vaksinasi yang kini masih diragukan banyak orang.
”Masyarakat lalu bertanya-tanya, mengapa jurnalis yang setiap hari menulis berita untuk mengajak masyarakat mendukung vaksinasi, tetapi mereka sendiri belum divaksin? Pertanyaan ini sering kami dengar belakangan,” ujarnya. Ia pun menyambut baik rencana vaksinasi bagi jurnalis di Maluku.
Sementara itu, hingga Jumat pagi, baru 10 dari 11 kabupaten/kota di Maluku yang sudah menjalani vaksinasi. Daerah yang belum menjalani vaksinasi adalah Kabupaten Buru Selatan. ”Katanya mulai tanggal 8 Februari. Saat ini mereka masih melatih para vaksinator,” kata Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku Adonia Rerung.
Ia menuturkan, belum mendapatkan laporan terkini mengenai jumlah tenaga kesehatan yang telah divaksinasi. Setiap kabupaten/kota baru mau melaporkan setiap awal pekan. Menurut data pada Senin (1/2/2021), jumlah tenaga kesehatan di Maluku yang sudah divaksin sebanyak 3.144 orang atau 21,1 persen dari total keseluruhan 14.855 orang.
Sementara itu, di sisi lain, kasus Covid-19 di Provinsi Maluku terus menanjak. Hingga Kamis (4/2/2021), total keseluruhan kasus sebanyak 6.501 orang, dengan 749 orang sedang dirawat dan 97 orang meninggal. Satu kabupaten kembali ke zona hijau atau bebas kasus, yakni Seram Bagian Timur.