Potensi Bahaya Semeru Meningkat, PVMBG Perluas Batas Aman
Potensi dampak erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sejak beberapa waktu lalu meningkat. PVMBG pun memperluas wilayah area larangan mendekat.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Potensi dampak erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sejak beberapa waktu lalu meningkat. Ini membuat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG memperluas wilayah larangan bagi masyarakat untuk mendekat.
Sebelumnya, batas aman warga atau wisatawan mendekat adalah radius 1 kilometer dari kawah atau puncak Semeru serta jarak 4 kilometer pada arah bukaan kawah di sektor tenggara-selatan. Namun, mulai 2 Februari, PVMBG memperluas batas aman menjadi 5 kilometer dari puncak Semeru.
”Iya, batas larangan mendekati Semeru diperluas. Ini karena ada potensi meluasnya dampak Semeru,” kata Mukdas Sofian, pengamat Gunung Semeru di Pos Pengamatan Semeru di Gunung Sawur, Lumajang, Jumat (5/2/2021).
Sofian mengatakan, hingga saat ini Semeru masih berstatus Waspada (level 2 dari empat level). ”Masyarakat tetap diimbau menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material vulkanik awan panas karena suhunya masih tinggi. Juga tetap perlu diwaspadai potensi luncuran sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan,” ujarnya.
Data aktivitas Semeru per Jumat pukul 00.00-06.00 WIB menunjukkan Semeru mengalami 29 kali gempa letusan/erupsi, 2 kali gempa guguran, sekali gempa embusan, 2 kali gempa vulkanik dalam, dan 2 kali gempa tektonik jauh.
Sebelumnya, dari rekaman PVMBG, sebagaimana tampak pada laman magma.esdm.go.id, terlihat bahwa gempa letusan/erupsi Semeru kembali meningkat sejak akhir Januari dan terus bertambah pada awal Februari 2021. Data per 3 Februari 2021 pukul 00.00-24.00 WIB mencatat gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut mengalami 83 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 10-22 milimeter (mm) selama 45-150 detik.
Saat itu juga terjadi sekali gempa guguran dengan amplitudo 4 mm dan lama gempa 35 detik. Terjadi pula 12 kali gempa embusan, 7 kali harmonik, 1 kali gempa vulkanik dalam, 3 kali gempa tektonik jauh, dan sekali gempa getaran banjir.
Sehari sebelumnya, di Semeru bahkan kembali terjadi gempa awan panas guguran. Saat itu juga terjadi 71 kali gempa letusan/erupsi, sekali gempa guguran, 16 kali gempa embusan, 2 kali gempa tektonik jauh, serta sekali gempa getaran banjir.
Kemarin memang ada abu Semeru, tetapi tipis. Tidak seperti saat erupsi beberapa waktu lalu di mana memberikan paparan abu vulkanik cukup tebal.
Awan panas guguran itu dirasakan oleh warga di sekitar Gunung Semeru sebagai paparan abu vulkanik. Beberapa daerah di Lumajang yang terpapar abu vulkanik Semeru adalah Kecamatan Candipuro dan Pasrujambe.
”Kemarin memang ada abu Semeru, tetapi tipis. Tidak seperti saat erupsi beberapa waktu lalu di mana paparan abu vulkaniknya cukup tebal. Untuk masker, tetap kami bagikan kepada warga dan kami siagakan untuk kewaspadaan,” kata Kepala Bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan, dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Wawan Hadi Siswoyo.
Wawan mengatakan, masyarakat tetap diminta waspada terhadap berbagai dampak erupsi Semeru, seperti hujan abu, lava pijar, guguran awan panas, hingga lahar hujan.
Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa dan termasuk salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Bukan saja mampu memuntahkan material vulkanik dari atas (puncak), Semeru juga mampu mengeluarkan material vulkanik dari samping (celah), sebagaimana pernah terjadi pada tahun 1941. Potensi terjadinya letusan samping dari gunung itu pun masih terus ada hingga sekarang.
Kawasan di sekitar Gunung Semeru terbagi dalam tiga kawasan rawan bencana (KRB). KRB III adalah kawasan berpotensi besar terlanda awan panas, lava, lontaran lava pijar, dan gas beracun. Areanya berada di sekitar puncak. Berikutnya KRB II, yaitu daerah yang berpotensi terkena aliran lava, hujan abu, lumpur panas (Kali Manjing, Kali Gligik, Sumbersari, Besuk Sat, Besuk Kobokan), serta terkena lontaran batu pijar.
Adapun KRB I adalah kawasan berpotensi terlanda lahar dan tertimpa material jatuhan berupa hujan abu. Kawasan rawan lahar terletak di sepanjang lembah dan bantaran sungai aliran lahar yang berhulu di daerah puncak, yaitu Kali Manjing, Kali Gligik, Besuk Sat, Besuk Kembar, Besuk Kobokan, dan Kali Pancing.