Perbaikan Jembatan di Pantura Pemalang-Pekalongan hingga Maret
Jembatan penghubung jalur pantura Pekalongan-Pemalang, Jawa Tengah, ambles karena kerangka aus.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
PEMALANG, KOMPAS — Salah satu jembatan penghubung Pemalang-Pekalongan di jalur pantura di Kecamatan Ulujami, Pemalang, Jawa Tengah, ambles karena rangkanya aus. Perbaikan diperkirakan memakan waktu hingga hampir dua bulan.
Jembatan yang ambles pada Kamis (5/2/2021) sekitar pukul 19.45 tersebut adalah jembatan di sisi selatan, yakni di jalur Semarang-Jakarta. Jembatan rangka baja (calendar hamilton) sepanjang 50 meter itu ambles sekitar 2 meter, setelah dibangun pada 44 tahun lalu.
Seiring beban arus lalu lintas seperti di jalur pantura, idealnya kerangka jembatan diganti setiap 40 tahun sekali.
”Berdasarkan info yang kami terima, ada kendaraan dengan beban berlebih yang melintas. Kondisi itu memicu kegagalan struktur yang kemudian menyebabkan jembatan patah,” kata Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Hedy Rahadian di Pemalang, Jumat (5/2/2021).
Menurut Hedy, pihaknya akan segera mengganti rangka jembatan. Rangka jembatan yang baru diperkirakan sampai di Pemalang pada Jumat sore.
”Nanti kami bongkar dulu lapisan aspalnya, terus kami angkat rangka lamanya. Kalau ukuran rangka barunya sudah sesuai, baru bisa dipasang dan diaspal lagi,” ujarnya.
Hedy memperkirakan, perbaikan jembatan ini akan memakan waktu hingga 1,5 bulan. Pengguna jalan diarahkan untuk melalui jembatan di sisi utara, yakni jalur Jakarta-Semarang atau melalui Tol Transjawa Pemalang-Batang.
Jembatan di sisi utara diklaim kuat menahan beban kendaraan yang biasa ditanggung dua jembatan. Jembatan dengan struktur beton tersebut dibangun pada 1997. Dengan struktur beton, jembatan di sisi utara diperkirakan mampu bertahan hingga 100 tahun.
Sementara itu, Kepala Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Jateng Javid Hurriyanto menuturkan, di wilayahnya ada enam jembatan rangka baja yang masuk kategori rawan. Keenam jembatan itu berada di pantura Brebes dan Pemalang, dua titik di jalur selatan Tegal-Purwokerto, dan dua titik di jalur pantura Pati.
”Perbaikan keenam jembatan itu sudah kami usulkan pada 2019 dan 2020. Saat ini, rencana perbaikannya sedang kami matangkan dan perbaikannya akan kami lakukan sesegera mungkin,” ucap Javid.
Berdasarkan catatan Direktorat Jenderal Bina Marga, lebih kurang 30 jembatan di Sumatera dan Jawa berusia lebih dari 40 tahun. Perbaikan 30 jembatan itu ditargetkan rampung dalam dua tahun.
Lawan arus
Akibat amblasnya jembatan, arus lalu lintas kendaraan di Pekalongan-Pemalang terganggu. Hingga Jumat petang, polisi masih menerapkan sistem lawan arus (contra flow) di jembatan sisi utara untuk memecah antrean kendaraan.
”Kami akan memberlakukan contra flow sampai jembatan di sisi selatan kembali berfungsi. Khusus untuk kendaraan besar, terutama yang sumbu tiga ke atas, kami arahkan untuk lewat jalan tol,” kata Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Pemalang Ajun Komisaris Arfian Riski Dwi Wibowo.
Kendati sudah diarahkan untuk melalui tol, sejumlah kendaraan sumbu tiga ke atas masih terpantau melintas di sekitar lokasi. Sebagian dari mereka mengaku tidak tahu terkait adanya jembatan yang ambles.
”Tadi tidak tahu kalau ada kejadian (jembatan ambles) itu. Kalau tahu, pasti lewat tol. Nanti waktu balik saya akan lewat tol demi alasan keamanan,” kata Supriyanto (50), sopir truk.
Dua kali dalam seminggu Supriyanto bertugas mengantar bahan makanan dari Jakarta ke Semarang. Ia lebih sering lewat jalur pantura karena gratis. ”Supaya biayanya tidak terlalu berat, nanti masuk di Pintu Tol Batang lalu keluar di Pintu Tol Pemalang dan sebaliknya. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan melalui pantura. Dengan cara itu, biaya tolnya sekitar Rp 35.000 dalam sekali melintas,” tuturnya.