Sungai Meluap, Tim SAR Masih Cari Dua Korban Hilang di Malang
Tim SAR gabungan masih mencari dua orang korban yang diduga hilang akibat terseret arus Sungai Konto di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Alur Sungai Konto yang melewati Desa Pondokagung, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, Jawa Timur, penuh dengan pasir material vulkanik dari Gunung Kelud, setelah hujan deras pada Rabu (6/1/2021).
MALANG, KOMPAS — Tim search and rescue gabungan hingga Kamis (4/2/2021) sore masih mencari dua orang yang diduga hilang akibat terseret arus Sungai Konto yang tengah meluap, di Dusun Sukoanyar, Desa Mulyorejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Kedua orang yang belum diketahui nasibnya itu adalah Kamit (50) dan istrinya, Kunayah (45). Keduanya warga Dusun Nglaju, Desa Banjarejo, Kecamatan Ngantang, yang saat peristiwa terjadi tengah berteduh dari hujan deras di gubung di pinggir sungai.
Mereka diduga terseret arus, Selasa (2/2) sore, tetapi baru bisa dipastikan hilang pada Rabu (3/2) petang setelah keduanya tidak pulang ke rumah. Sebelumnya, upaya pencarian hanya menemukan sepeda motor milik korban.
Koordinator Pencarian Badan SAR Nasional Surabaya, Ainul Makhdi, mengatakan, pencarian dilakukan sejak dari lokasi peristiwa sampai Waduk Selorejo sejauh 2 kilometer. ”Kendalanya medan banyak jeram. Arusnya juga deras,” ujarnya.
Ainul memperkirakan kedua korban masih berada di Selorejo. Di tempat itu terdapat banyak tumpukan sampah. Untungnya, cuaca mendung sepanjang hari tidak begitu menghalangi upaya pencarian. Proses pencarian sendiri melibatkan sekitar 30 orang dari beberapa potensi SAR.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Dua alat berat digunakan untuk menyingkirkan material longsor di Dusun Ngeprih, Desa Bendosari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (3/2/2021). Longsor terjadi pada Rabu pagi, selang sekitar 12 jam dari longsor di Desa Jombok, Kecamatan Ngantang, yang juga masih berada di jalur utama Malang-Kediri.
Sebelum peristiwa naas itu terjadi, Kamit dan Kunayah tengah berladang. Karena hujan, keduanya lantas bergegas mencari tempat berteduh. Tiba-tiba debit air sungai naik dan menyapu gubuk tempat keduanya bernaung.
Luapan Sungai Konto ini juga berdampak pada rusaknya tanah pertanian seluas 6 hektar di Desa Mulyorejo. Tanaman yang dilaporkan rusak, antara lain, adalah bawang merah, cabai, dan jagung dengan nilai kerugian sekitar Rp 100 juta.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Bagyo Setiono mengatakan, BPBD bersama pihak terkait, sepanjang Kamis, juga menyingkirkan material longsor di Desa Pait, Kecamatan Kasembon. Longsor di Pait terjadi pada Rabu malam dan sempat menutup akses kendaraan di tempat itu.
Longsor yang terjadi di Pait merupakan longsor ketiga, dalam tiga hari terakhir, yang sempat menutup arus lalu lintas di jalur utama Malang-Kediri. Sebelumnya, longsor juga terjadi di Desa Jombok, Kecamatan Ngantang, dan Dusun Ngeprih, Desa Bendosari, Kecamatan Pujon.
”Material longsor yang di Jombok belum bersih 100 persen. Kalau hujan deras, lumpur masih sering turun ke jalan sehingga harus dibersihkan lagi. Yang di Ngeprih, tadi malam juga longsor susulan dan sudah dibersihkan. Di Pait juga sudah dibersihkan, sebelumnya kendaraan harus bergantian,” ucapnya.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Petugas BPBD Kota Batu tengah memasang terpal untuk menutup titik rawan longsor dari air hujan di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, Rabu (3/2/2021).
Rabu malam, longsor juga terjadi di Dusun Jurangkuali, Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Tebing setinggi 15 meter dengan panjang 6 meter menimpa dinding dapur rumah salah satu warga. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
Material longsor yang di Jombok belum bersih 100 persen. Kalau hujan deras, lumpur masih sering turun ke jalan sehingga harus dibersihkan lagi.
Berdasarkan data yang masuk ke Pusat Pengendali dan Operasional BPBD Kota Batu, longsor juga terjadi di Dusun Brau, Desa Gunungsari, pada Rabu petang dan malam. Longsor pertama terjadi pukul 17.00, tebing setinggi 33 meter dengan panjang 13 meter menimpa halaman rumah Yono. Selanjutnya, longsor susulan terjadi pukul 19.00 di depan rumah Ngariono.
Seperti diketahui, ada belasan keluarga yang tinggal di daerah rawan longsor di Brau akibat tanah bergerak. Sebagai langkah antisipasi, Pemerintah Kota Batu telah mendirikan shelter pengungsian dan berencana merelokasi warga yang tinggal di daerah rawan.