Sejumlah Wilayah di Kabupaten Bengkayang Kembali Dilanda Banjir
Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, kembali banjir, Kamis (4/2/2021). Dampak banjir signifikan di Kecamatan Ledo, merendam jalan negara, pasar, dan permukiman setinggi 1-3 meter.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, kembali banjir, Kamis (4/2/2021). Kali ini, lima kecamatan dilanda banjir. Dampak banjir signifikan di Kecamatan Ledo, merendam jalan negara, pasar, dan permukiman setinggi 1-3 meter.
Sebelumnya, banjir juga merendam sejumlah daerah di Kabupaten Bengkayang pada 14 Januari, terutama di Kecamatan Seluas dan Siding. Banjir kala itu, selain merendam ratusan permukiman, juga memutus ruas jalan dan jembatan (Kompas.id, 14/1/2021).
Untuk banjir kali ini, dampak yang cukup signifikan terjadi di Kecamatan Ledo, sekitar 195,5 kilometer dari Pontianak, ibu kota Kalbar. Aurel (25), warga Kecamatan Ledo, Kamis (4/2/2021), menuturkan, banjir di Ledo salah satunya dipicu hujan deras sejak Rabu (3/2/2021) malam.
Pada Kamis subuh, air sudah sampai ke jalan negara di Dusun Ledo dan Dusun Tanjung. Jalan tersebut juga menghubungkan dengan wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia. ”Pada Kamis pagi, kendaraan sudah sulit melintasinya. Ketinggian air naik terus. Warga yang ingin lewat harus menggunakan tandu atau perahu. Sepeda motor dinaikkan ke atas perahu atau tandu,” ujar Aurel.
Hujan deras membuat air sungai meluap ke permukiman warga dan jalan. Banjir juga menggenangi pasar. Aktivitas perdagangan lumpuh total. Belasan hingga puluhan toko terendam banjir.
Camat Ledo, Marimin, menuturkan, sekitar 501 keluarga terdampak banjir di tujuh desa. Banjir juga merendam jalan negara setinggi 1 meter di dua titik. Jalan yang digenangi banjir di titik pertama sejauh 200 meter dan di titik kedua sejauh 300-400 meter.
Ketinggian banjir di permukiman warga, termasuk di pasar, mencapai 2,5-3 meter. Banjir perlahan mulai terjadi sejak Rabu dan pada Kamis pagi semakin meninggi. Pada Rabu, warga masih bisa mempersiapkan diri mengamankan barang ke lantai atas rumah.
Marimin mengungkapkan, sejauh ini belum ada warga yang mengungsi. Meskipun demikian, pihaknya terus berusaha mengantisipasi segala kemungkinan. Satgas di kecamatan, karang taruna, dan posko bencana telah disiagakan. Posko terus menerima laporan perkembangan dari desa-desa. ”Jika ada yang ingin mengungsi, akan dibantu,” ujarnya.
Banjir sudah dua kali terjadi di Kecamatan Ledo. Banjir pertama pada awal Januari. Menurut Marimin, banjir kedua kali ini lebih tinggi. Banjir karena kiriman dari hulu, termasuk dari Kecamatan Suti Semarang, Teriak, Lumar, dan Bengkayang.
”Yang dibutuhkan penduduk terkait bantuan sama seperti yang sudah dilaksanakan pemerintah maupun pihak ketiga pada banjir pertama di awal Januari, khususnya sembako. Saat ini belum ada. Tapi, kemungkinan siang, sore, atau besok akan ada bantuan,” ujarnya.
Selama seminggu ke depan, Kalbar masih berpotensi mengalami hujan ringan hingga lebat, terutama pada 4-7 Februari.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalbar Novel Umar menuturkan, total ada lima kecamatan yang dilanda banjir di Kabupaten Bengkayang. Selain Kecamatan Ledo, banjir juga melanda Kecamatan Suti Semarang, Lumar, Sanggau Ledo, dan Tujuh Belas. Pendataan terus dilakukan.
Pelaksana Tugas Kepala BPBD Kabupaten Bengkayang Damianus menuturkan, melalui posko di kecamatan, kondisi banjir masih dipantau. Pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar berhati-hati. Banjir sudah merendam beberapa fasilitas umum, antara lain gedung sekolah, pasar, dan jalan negara/kabupaten/provinsi, sehingga transportasi terhambat.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandara Supadio Pontianak Septika Sari menjelaskan, selama seminggu ke depan, Kalbar masih berpotensi mengalami hujan ringan hingga lebat, terutama pada 4-7 Februari. Kondisi tersebut berpotensi terjadi di sebagian Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau, Kubu Raya, Ketapang, Sintang, dan Kapuas hulu.
Angin secara umum bergerak dari arah barat laut hingga timur laut yang membawa massa udara basah. Kondisi ini dapat menyebabkan pertumbuhan awan-awan yang berpotensi hujan di Kalbar. Selain itu, juga ada belokan angin dan perlambatan kecepatan angin yang mengakibatkan pertumbuhan awan berpotensi hujan.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalbar Nikodemus menilai, selain faktor curah hujan dan perubahan iklim, banjir juga diduga dipicu aktivitas pertambangan emas tanpa izin (PETI) di badan sungai dan daratan. Aktivitas itu sudah dilakukan cukup lama.
Sebelum banjir pun kondisi Sungai Ledo tidak pernah jernih karena akivitas pertambangan di perhuluan Ledo sangat tinggi. Kondisi itu membuat kualitas kawasan penyangga berkurang.
Kondisi di hulu yang seperti itu membuat arus air tidak lancar, terutama saat hujan deras. Kemudian, di hilirnya, di daerah aliran Sungai Sambas terjadi pasang laut sehingga menghambat arus air dari Sungai Ledo.