Perayaan Imlek di Medan Diselenggarakan dengan Protokol Kesehatan
Suasana Tahun Baru Imlek mulai terasa di Kota Medan, tetapi dengan nuansa berbeda karena pandemi Covid-19. Wihara mulai melakukan persiapan pelaksanaan kebaktian dengan sederhana dan menerapkan protokol kesehatan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Suasana Tahun Baru Imlek mulai terasa di Kota Medan, tetapi dengan nuansa berbeda karena pandemi Covid-19. Wihara mulai melakukan persiapan pelaksanaan kebaktian dengan sederhana dan menerapkan protokol kesehatan. Toko penjual pernak-pernik pun kini mulai ramai.
”Tahun Baru Imlek kali ini nuansanya benar-benar berbeda dari tahun sebelumnya. Kami tidak melakukan perayaan berlebihan karena saat ini kita sedang dilanda pandemi,” kata pengurus Maha Vihara Maitreya, Dicky Paska Rianto, di Kompleks Cemara Asri, Medan, Sumatera Utara, Kamis (4/2/2021).
Sepekan menjelang Tahun Baru Imlek, suasana di Maha Vihara Maitreya pun masih tampak sepi. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini sangat sedikit ornamen bernuansa Imlek di wihara. Semarak warna-warni lampion biasanya memenuhi wihara seluas 4,5 hektar itu.
”Tahun ini, kami hanya membuat sedikit lampion saja sebagai cermin bahwa kita saat ini sedang dilanda pandemi,” kata Dicky.
Perayaan Imlek di Maha Vihara Maitreya biasanya memang selalu semarak. Selain menyiapkan tempat kebaktian, pengurus membuat sejumlah ornamen, seperti pohon harapan, kartu nasihat, nuansa perkampungan Tionghoa, dan sejumlah tempat berfoto. ”Kami juga tidak membuat ornamen agar pengunjung tidak terlalu ramai,” kata Dicky.
Maha Vihara Maitreya biasanya dikunjungi ribuan orang setiap Imlek. Selain umat Buddha yang datang untuk sembahyang, para pengunjung juga merupakan umat non-Buddha yang berlibur menikmati suasana Imlek.
Namun, Tahun Ini pengunjung akan dibatasi untuk meminimalkan potensi penularan Covid-19. Teras wihara kini sudah dikelilingi pagar besi sehingga pengunjung hanya bisa masuk dari satu pintu. Mereka juga diperiksa suhu tubuh, mencuci tangan, dan wajib memakai masker.
Petugas pun mengatur agar tidak terlalu banyak pengunjung yang masuk. Jika pengunjung sudah mencapai 50 persen dari kapasitas, umat lainnya diminta menunggu agar bisa bergantian. Waktu di dalam wihara pun akan dibatasi.
Arianto Budi (35), warga Medan, mengatakan, Imlek merupakan hari yang mereka tunggu setiap tahun. ”Namun, tahun ini perayaannya berbeda karena ada pandemi Covid-19,” katanya.
Agar libur Imlek yang bertepatan dengan akhir pekan jangan dimanfaatkan warga untuk berlibur.
Arianto mengatakan, setiap Imlek, ia dan keluarga besarnya biasanya sembahyang di Maha Vihara Maitreya. Namun, tahun ini rencana hanya beberapa anggota keluarga yang sembahyang di wihara. ”Orangtua dan anak-anak mungkin tidak ikut,” katanya.
Arianto pun berharap Tahun Baru Imlek membawa kebahagiaan bagi negeri. ”Kami mendoakan agar pandemi ini bisa selesai. Selain terkena dampak kesehatan, pandemi ini juga memukul ekonomi kita semua,” katanya.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Sumut Aris Yudhariansyah pun mengimbau agar libur Imlek yang bertepatan dengan akhir pekan jangan dimanfaatkan warga untuk berlibur. ”Kami ingatkan, saat ini penularan Covid-19 masih tinggi di Sumut. Ini sebagai dampak libur akhir tahun,” kata Aris.
Menurut data Satgas Penanganan Covid-19, kasus positif di Sumut mencapai 21.233 kasus. Sebanyak 18.381 di antaranya telah sembuh dan 753 meninggal. Kota Medan pun masih menjadi episentrum penularan. Tambahan kasus baru di Medan mencapai 61 kasus per hari.