Dentuman di Malang, Data ”Lightning Detector” Tanpa Aktivitas Petir
BMKG Stasiun Klimatologi Malang menyatakan alat pendeteksi petir dari Stasiun Geofisika Pasuruan tidak mendeteksi aktivitas petir saat dentuman di wilayah Malang, Jawa Timur, terjadi.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Klimatologi Malang menyatakan, alat pendeteksi petir (lightning detector) dari Stasiun Geofisika Pasuruan tidak mendeteksi aktivitas petir saat terdengar dentuman di wilayah Malang, Jawa Timur. Begitu pula citra radar, tidak ada awan kumulonimbus. Alat pendeteksi petir di Pasuruan menjadi salah satu alat yang bisa digunakan untuk memantau cuaca di Malang dan sekitarnya.
Demikian dikatakan Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Malang Anung Suprayitno, Kamis (4/2/2021) petang, saat dimintai tanggapan terkait sumber bunyi dentuman di Malang. Bunyi dentuman di Malang berlangsung pada Selasa (2/2/2021) sampai Rabu (3/2/2021) dini hari.
”Ini yang data lighting detector dari Stasiun Geografi Pasuruan tidak ada aktivitas petir, termasuk citra radar tidak ada awan kumulonimbus. Beda persepsi dengan kami,” ujarnya melalui Whatsapp.
Sebelumnya, dalam rilis yang dibagi di grup Whatsapp Medkom Bencana-1 (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), dentuman bergelombang di Malang berasosiasi dengan aktivitas petir.
Dalam rilis, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengungkapkan, dalam rentang waktu Selasa malam hingga Rabu dini hari, tidak ada aktivitas gempa. Dengan demikian, suara dentuman itu tidak berasosiasi dengan aktivitas gempa bumi.
Berdasarkan data BMKG, lanjut Daryono aktivitas petir banyak terjadi menjelang dini hari. Kondisi cuaca di sekitar Kota Malang menjelang dini hari terpantau hujan. Tercatat beberapa aktivitas petir terjadi di sejumlah lokasi, seperti Blitar, Kandangan, Lawang, Mojokerto, dan Kota Malang.
Dari hasil penjelasan Daryono, sumber bunyi bisa berasal dari shockwave, seperti meteorit yang meluncur dengan kecepatan supersonik, gunung api, longsoran berskala luas, gempa yang sangat dangkal dan petir dengan kondisi cuaca tertentu bisa menimbulkan suara dentuman.
”Kita melacak aktivitas petir yang ada di Malang dan sekitarnya, kita mendapat data-data valid bahwa dentuman bergelombang berasosiasi dengan aktivitas petir,” kata Daryono.
Meski berbeda persepsi, masyarakat diminta tidak khawatir dengan suara dentuman itu. Fenomena ini bisa saja terjadi mengingat kondisi cuaca hujan yang terjadi di Malang.
Menyikapi kondisi cuaca saat ini, masyarakat diimbau tetap waspada agar terhindar dari risiko dengan cara mengidentifikasi bahaya, kerentanan, dan kapasitas sekitar dalam lingkup keluarga.
Sejumlah lembaga menyatakan asal dentuman dipastikan bukan dari aktivitas kegempaan ataupun aktivitas vulkanik gunung berapi. Terkait kemungkinan aktivitas tektonik, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Karangkates Mamuri mengatakan, tidak ada anomali gerakan yang terdata dalam seismogram pada Rabu malam. ”Saat kami konfirmasi ke Semeru juga nihil. Sampai sekarang belum dipastikan. Dentuman ini bisa banyak penyebabnya,” katanya.
Subkoordinator Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG Nia Haerani mengatakan, Gunung Raung memang bergemuruh. Menurut dia, hal itu merupakan fenomena biasa yang terjadi saat ada peningkatan aktivitas di Gunung Raung. Akan tetapi, ia menampik jika suara gemuruh Raung terdengar hingga ratusan kilometer.