Bantuan Penanganan Banjir Kalsel dari Mabes TNI Ditarik Bertahap
Sebagian bantuan dari Markas Besar TNI Angkatan Darat untuk penanganan bencana banjir di Kalimantan Selatan ditarik secara bertahap. Penarikan itu menyusul pulihnya kondisi enam dari 11 kabupaten/kota terdampak banjir.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Sebagian bantuan dari Markas Besar TNI Angkatan Darat untuk penanganan bencana banjir di Kalimantan Selatan ditarik secara bertahap, menyusul pulihnya kondisi enam dari 11 kabupaten/kota terdampak banjir. Namun, penarikan bantuan pusat itu tidak mengurangi fokus TNI dan Polri mendukung penanganan banjir dan pascabanjir di Kalsel.
Banjir di Kalsel pada awal 2021 ini disebut-sebut sebagai bencana besar yang belum pernah dialami dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun. Bahkan, Pemerintah Provinsi Kalsel menyebut banjir besar ini merupakan siklus 100 tahun sekali karena pernah terjadi pada tahun 1928 di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Banjir melanda 11 dari 13 kabupaten/kota.
Untuk penanganan banjir, Pemprov Kalsel juga sudah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir sejak 14 Januari lalu. Status tanggap darurat itu kemudian dua kali diperpanjang hingga menjadi 28 hari atau sampai dengan 10 Februari 2021.
Komandan Korem 101/Antasari Brigadir Jenderal Firmansyah selaku Komandan Satuan Tugas Tanggap Darurat Bencana Banjir Kalsel menyampaikan, pihaknya sudah melakukan evaluasi internal terhadap bantuan dari Mabes TNI AD untuk penanganan bencana banjir di Kalsel. Evaluasi dilakukan bersama Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa dan Panglima Komando Daerah Militer VI/Mulawarman Mayor Jenderal Heri Wiranto.
”Dengan semakin pulihnya keadaan di wilayah Kalsel, tanpa menafikan bahwa masih ada daerah-daerah yang tergenang dan butuh sentuhan bantuan, maka sebagian bantuan yang tergelar di Kalsel akan ditarik secara perlahan,” kata Firmansyah, di Banjarmasin, Kamis (4/2/2021).
Beberapa bantuan yang akan ditarik, antara lain, tenaga kesehatan dokter spesialis, dapur umum atau dapur lapangan, dan sarana perahu karet jenis LCR (landing craft rubber). Pertimbangannya, pelayanan kesehatan di Hulu Sungai Tengah, yang terdampak paling parah, sudah bisa diselenggarakan oleh rumah sakit umum daerah ataupun puskesmas setempat.
Dengan semakin pulihnya keadaan di wilayah Kalsel, tanpa menafikan bahwa masih ada daerah-daerah yang tergenang dan butuh sentuhan bantuan, maka sebagian bantuan yang tergelar di Kalsel akan ditarik secara perlahan. (Firmansyah)
Untuk dapur umum yang digelar di beberapa tempat, termasuk di Stadion Demang Lehman, Martapura, juga ditarik karena semua pengungsi di sana sudah kembali ke rumah masing-masing. Namun, dapur umum mobil dari TNI Angkatan Laut dan TNI Angkatan Udara masih dipertahankan, termasuk dapur umum yang digelar di markas-markas komando distrik militer (kodim).
Selanjutnya, untuk bantuan sarana perahu karet dari Korps Marinir TNI AL, Korps Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU, dan Batalyon Perbekalan Angkutan (Yonbekang) Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) segera ditarik untuk dikembalikan ke markas masing-masing. Itu karena sebagian daerah yang tergenang sudah mulai surut.
”Kalau bantuan perahu karet LCR itu ditarik semua, masih ada sembilan perahu karet yang dimiliki Detasemen Perbekalan dan Angkutan (Denbekang) VI-44-02/Banjarmasin. Itu sudah mencukupi untuk kegiatan operasional dan distribusi bantuan,” ujarnya.
Tetap mendukung
Menurut Firmansyah, wilayah yang masih terdampak banjir cukup parah saat ini tinggal tiga kabupaten, yaitu Banjar, Barito Kuala, dan Tanah Laut. Ketinggian air di daerah terdampak masih mencapai 40 sentimeter (cm). ”Kami tetap siap mendukung penanganan banjir di Kalsel dengan diperpanjangnya status tanggap darurat seminggu lagi,” katanya.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalsel Mujiyat mengatakan, Pemprov Kalsel memperpanjang status tanggap darurat karena ada lima kabupaten/kota yang menyatakan perpanjangan status tanggap darurat bencana banjir, yaitu Kota Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tanah Laut, dan Hulu Sungai Tengah.
”Lima kabupaten/kota tersebut masih perlu diperhatikan secara intens karena masih ada warganya yang mengungsi. Mudah-mudahan dalam tujuh hari ke depan, banjir semakin surut dan semua pengungsi sudah bisa kembali ke rumahnya,” kata Mujiyat.
Pada Kamis (4/2/2021) petang, Pos Komando Tanggap Darurat Banjir Provinsi Kalsel memperbarui datanya dan mencatat 176.290 keluarga atau 633.723 jiwa terdampak banjir di 11 kabupaten/kota. Jumlah warga yang masih mengungsi sebanyak 20.791 orang dari total jumlah pengungsi yang mencapai 135.656 orang.
Kepala Biro Operasi Kepolisian Daerah Kalsel Komisaris Besar Mochamad Noor Subchan mengatakan, tiga daerah terdampak banjir saat ini, yaitu Barito Kuala, Banjar, dan Hulu Sungai Tengah, masih memerlukan kegiatan-kegiatan tambahan, terutama penambahan bantuan bahan pokok. ”Kami siap mendukung dalam upaya penanganan ataupun pemulihan,” ujarnya.