Banjir di Pasuruan, Dua Orang Meninggal dan Puluhan Mengungsi
Dua orang hanyut, delapan rumah rusak, dan puluhan rumah lainnya tergenang akibat banjir di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Hingga saat ini, 52 orang mengungsi di balai dusun.
Oleh
DAHLIA IRAWATI/BAHANA PATRIA GUPTA
·4 menit baca
PASURUAN, KOMPAS — Dua orang hanyut, delapan rumah rusak, dan puluhan rumah lainnya tergenang akibat banjir di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Hingga saat ini, 52 orang mengungsi di balai dusun.
Banjir terjadi pada Rabu (3/2/2021) sore di tiga kecamatan di Kabupaten Pasuruan, yakni Gempol, Bangil, dan Kraton. Banjir di Kraton merupakan banjir genangan akibat meluapnya Sungai Welang, sedangkan banjir di Bangil akibat meluapnya Sungai Kedunglarangan. Adapun banjir di Gempol merupakan banjir bandang akibat meluapnya Sungai Kambeng.
Akibat banjir tersebut, dua orang hanyut terbawa banjir bandang. Kedua korban itu adalah nenek dan cucunya, yaitu Suminanti (70) dan Nanda Sekar (19), asal Desa Kepulungan, Kecamatan Gempol. Keduanya ditemukan meninggal pada Kamis.
Selain itu, banjir menyebabkan 8 rumah rusak dan 52 warga setempat mengungsi. Saat ini, banjir bandang di Desa Kepulungan menyisakan lumpur dan rumah yang hancur.
Subandi (40), warga Desa Kepulungan yang saat itu berada di dalam rumah, mengaku kaget saat banjir bandang datang. ”Hanya perlu waktu satu jam, banjir menjadi sangat deras dan tinggi. Dari semula ketinggian air hanya 20 sentimeter, lalu dengan cepat menjadi 150 sentimeter. Saya dan keluarga akhirnya lari ke tempat aman sambil membawa surat-surat berharga,” kata Subandi.
Warga Desa Kepulungan lain, Sholeh (50), saat kejadian sedang tidak berada di rumah. ”Anak saya memberi kabar bahwa banjir bandang terjadi. Ia melarang saya pulang ke rumah saat itu, tetapi saya nekat,” katanya. Sholeh mengaku beruntung, dua rumah di sebelahnya adalah bangunan tingkat dua sehingga keluarganya bisa mengungsi sementara ke sana.
”Banjir di Kecamatan Gempol ini merupakan banjir bandang akibat meluapnya Sungai Kambeng. Volume air besar, over pass, sehingga air meluber ke jalan. Di seberang jalan, air menimpa rumah-rumah warga. Untuk sementara, 8 rumah rusak dan 2 orang hanyut,” kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan Ridwan Harris. Kamis.
Menurut Harris, dua korban yang hanyut saat kejadian sedang berada di depan rumah mereka. Tiba-tiba, air bah datang dan membawa mereka. ”Tadi ada kabar keduanya ditemukan dalam kondisi meninggal,” katanya.
Selain korban jiwa, banjir di Gempol juga menyebabkan 52 orang mengungsi ke Balai Dusun Kabunan dan Arcopodo, Desa Kepulungan. ”Oleh karena rumah rusak tersapu banjir, sejak semalam ada 52 orang mengungsi di balai dusun di Desa Kepulungan. Semalam, BPBD juga sudah langsung mengirimkan alas tidur dan selimut untuk pengungsi,” kata Harris.
Menurut Harris, saat ini BPBD masih fokus menangani korban hanyut, pengungsi, dan mendata tingkat kerusakan akibat bencana tersebut. ”Selain melanjutkan penanganan korban hanyut dengan dibantu Basarnas, kami juga mendistribusikan logistik makanan dan pakaian serta kebutuhan istirahat bagi pengungsi,” ujarnya.
Efek La Lina ini sangat tidak tertebak karena sebelumnya cerah, tetapi bisa jadi tiba-tiba berubah ekstrem.
Selain menggenangi rumah, banjir juga sempat menyebabkan jalur pantai utara Surabaya-Banyuwangi di titik Kraton ditutup mulai pukul 23.30 hingga 01.00. Jalan ditutup karena genangan air cukup tinggi dan dinilai membahayakan pengguna jalan. Selepas pukul 01.00, jalan kembali dibuka. Jalur pantura ini sudah berkali-kali ditutup saat volume genangan tinggi.
”Kami mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana hidrometeorologi, terutama efek La Lina. Efek La Lina ini sangat tidak tertebak karena sebelumnya cerah, tetapi bisa jadi tiba-tiba berubah ekstrem,” kata Harris.
Beberapa kewaspadaan itu, menurut Harris, jika hujan deras dan angin, masyarakat diharapkan tidak bepergian dan berteduh di tempat yang aman. ”Kami sudah memiliki sukarelawan hingga tingkat desa karena kami punya struktur desa tangguh bencana. Ada sukarelawan dan pemantau di setiap desa,” katanya.
Meski demikian, jumlah sukarelawan terbatas. Karena itu, masyarakat diharapkan berperan aktif. ”Kalau ada potensi bencana, bisa laporkan ke kami untuk dilakukan mitigasi bencana agar bisa ditangani lebih cepat dan menghindari korban lebih banyak,” ujar Harris.
Pasuruan merupakan salah satu wilayah langganan banjir di Jawa Timur saat hujan lebat datang. Selain merendam ribuan rumah warga, banjir rutin biasanya juga menggenangi jalur pantai utara Surabaya-Banyuwangi. Dampaknya, jalur pantura Jawa Timur tersebut sering kali lumpuh.
Ada sembilan kecamatan di Kabupaten Pasuruan yang merupakan daerah rawan bencana banjir, yakni Grati, Winongan, Rejoso, Gondang Wetan, Kraton, Pohjentrek, Bangil, Beji, dan Gempol.
Daerah-daerah tersebut paling rawan tergenang air karena lokasinya lebih rendah dari tempat lain dan tidak jauh dari pantai utara. Saat hujan datang, bersamaan dengan air laut pasang, air tidak bisa mengalir ke laut dan menggenangi permukiman warga.
Selain itu, sembilan kecamatan tersebut juga menjadi muara empat sungai besar, yaitu Sungai Rejoso (di bagian timur), Sungai Welang (di wilayah Kraton), Sungai Kedunglarangan (di daerah Bangil), serta Sungai Wrati (di wilayah Beji dan Gempol).
Sungai Rejoso dan Welang merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, sedangkan Sungai Kedunglarangan dan Wrati menjadi kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai Brantas. Salah satu upaya mengatasi banjir di Pasuruan, secara bertahap, pemerintah daerah dan pusat sedang berupaya melakukan normalisasi sungai-sungai di sana.