Viral Suara Dentuman di Malang, Diduga Terkait Aktivitas di Permukaan Bumi
Sejumlah lembaga memastikan suara itu tak terkait dengan aktivitas kegempaan dan vulkanik. Suara diduga berasal dari aktivitas di permukaan bumi.
Oleh
ANGGER PUTRANTO/DEFRI WERDIONO/DAHLIA IRAWATI
·5 menit baca
MALANG, KOMPAS — Masyarakat di Malang dan sekitarnya di Jawa Timur dikejutkan dengan suara dentuman yang terjadi sepanjang malam pada Rabu (3/2/2021) dini hari. Namun, sejumlah lembaga memastikan suara itu tak terkait dengan aktivitas kegempaan dan vulkanik. Suara diduga berasal dari aktivitas di permukaan bumi.
Suara dentuman yang didengar warga Malang diperkirakan terjadi sejak pukul 00.30. Wahyu, warga Kota Malang yang tinggal di Perumahan Sigura Hill, Kecamatan Sukun, terbangun gara-gara mendengar suara dentuman itu. ”Suaranya terdengar sayup-sayup, jauh, tapi konsisten. Saya pikir ada yang jatuh, tetapi kok terus terusan,” katanya.
Suara itu juga didengar Stela Astuti, warga Sudimoro, Kecamatan Lowok Waru. Stela mendengar suara tersebut selama berjam-jam. Suara sempat berhenti, tetapi datang lagi. Kompas mendengar suara dentuman di sekitar kawasan Wagir sekitar pukul 19.00. Saat itu, suara terdengar cukup keras, seperti suara letusan ban atau ledakan kompor. Beberapa warga bahkan merasakan kaca jendela mereka bergetar.
Dugaan awal suara dentuman itu terkait dengan aktivitas vulkanik. Gunung api yang saat ini sedang dalam status waspada, yakni Gunung Raung di Banyuwangi, Jawa Timur. Namun, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) membantah gemuruh Raung akan sampai sejauh itu.
Subkoordinator Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG Nia Haerani mengatakan, Gunung Raung memang bergemuruh. Menurut dia, hal itu merupakan fenomena biasa yang terjadi saat ada peningkatan aktivitas di Gunung Raung. Namun, ia menampik jika suara gemuruh Raung terdengar hingga ratusan kilometer.
Suara gemuruh tersebut, lanjut Nia, maksimal terdengar hingga 20 km di sejumlah desa di Kecamatan Kalipuro. ”Terkait suara dentuman yang terdengar di Malang, kami tidak bisa memastikan sumber suara tersebut. Namun, kami yakin itu bukan berasal dari aktivitas Gunung Raung,” ujar Nia.
Terkait suara dentuman yang terdengar di Malang, kami tidak bisa memastikan sumber suara tersebut. Namun, kami yakin itu bukan berasal dari aktivitas Gunung Raung.
Hal senada disampaikan pengamat Gunung Api Raung, Burhan Alethea. Menurut dia, tidak mungkin suara dentuman yang terdengar di Malang berasal dari Gunung Raung.
”Kami rasa jarak ratusan kilometer sangat tidak mungkin, apalagi dari pagi hingga malam arah angin dominan ke timur. Saat ini Raung sudah intens sekali bergemuruh sehingga kalau di wilayah yang mendengar tersebut (Malang) hanya sesekali, bisa dipastikan bukan dari Raung.
Burhan menambahkan, pada 2015, saat erupsi besar terjadi, Gunung Raung bergemuruh sangat keras selama lebih kurang 4 jam. Saat itu tidak ada laporan dari Malang terkait dengan suara gemuruh serupa.
Gunung Raung merupakan gunung bertipe strato kaldera setinggi 3.332 meter di atas permukaan laut di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember. Sejak 21 Januari 2021, PVMBG meningkatkan status Gunung Raung dari Normal (level I) menjadi Waspada (level II).
Terkait dengan kemungkinan aktivitas tektonik, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Karangkates Mamuri mengatakan, tidak ada anomali gerakan yang terdata dalam seismogram semalam. ”Saat kami konfirmasi ke Semeru juga nihil. Sampai sekarang belum dipastikan dentuman ini bisa banyak penyebabnya,” katanya.
Tak adanya aktivitas tektonik juga membantah kemungkinan suara dentuman akibat pergerakan tanah. Untuk suara petir pun tidak tercatat sebanyak hari-hari sebelumnya.
Dosen MIPA Universitas Brawijaya, Malang, Prof Adi Susilo, menduga bahwa suara dentuman yang terdengar di Malang diduga berasal dari hal di permukaan bumi.
”Dari hasil koordinasi dengan BMKG, baik di Karangploso maupun di Karangkates, dikatakan tidak ada aktivitas seismik berarti yang terekam di seismograf. Artinya, bisa diduga hal itu terjadi di permukaan bumi dan bukan kegiatan di bawah bumi,” kata pakar kebencanaan UB tersebut.
Adi mengatakan, peristiwa apa yang terjadi tersebut, menurut dia,perlu dicari tahu lebih lanjut. ”Tinggal kita cari tahu lebih lanjut, oleh para pihak terkait, apakah dentuman itu bersal dari kegiatan rahasia tertentu atau hal lain,” katanya.
Kasus suara dentuman ini juga pernah dilaporkan di sejumlah wilayah. Kasus paling akhir suara dentuman yang tidak diketahui sumbernya itu dilaporkan warga sejumlah kabupaten di Lampung, Kamis (28/1/2021), sekitar pukul 10 malam. Hampir bersamaan dengan suara dentuman itu juga dilaporkan ada penemuan batu meteorit, meteor yang sampai ke permukaan Bumi, di Lampung Tengah. Namun, untuk memastikan batu yang jatuh di atap rumah warga tersebut adalah meteorit perlu dilakukan penelitian lebih lanjut (Kompas.id, 30 Januari 2021).
Dentuman serupa didengar warga Buleleng, Bali, pada Minggu (24/1/2021) sekitar pukul 10.00. Sejumlah warga melaporkan melihat bola api yang mengarah ke barat daya. Karena tidak ditemukan kerusakan di darat serta tidak ada catatan gempa atau petir pada saat dentuman berlangsung, dugaan kuat pemicu dentuman itu juga meteor walau tidak ada laporan penemuan batu meteroit.
Suara dentuman hingga beberapa kali pernah dilaporkan di Kota Cimahi, Jawa Barat, Rabu (20/1/2021) siang. Dentuman terdengar hingga beberapa kali. Warga menduga dentuman itu berasal dari pembangunan terowongan jalur kereta api cepat Jakarta-Bandung yang dilakukan sejak Desember 2020. Dari 1,1 kilometer panjang terowongan, 160 meter di antaranya berupa lapisan batu yang hanya bisa ditembus dengan cara diledakkan.
Pada 21 Mei 2020, sebagian warga Bandung dan Cimahi, Jawa Barat, juga mendengar suara dentuman. Tidak jelas dari mana sumber dentuman itu. Namun, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi memastikan dentuman bukan dari aktivitas gunung berapi di sekitar Bandung. BMKG juga menegaskan tidak ada aktivitas gempa tektonik dan petir di sekitar Bandung saat itu.
Bunyi dentuman misterius sebanyak beberapa kali juga pernah dilaporkan warga beberapa kabupaten di timur Jawa Tengah pada 11 Mei 2020 dini hari. Saat bersamaan, sebagian warga di Pati dan Blora juga melaporkan melihat bintang jatuh alias meteor. Sementara BMKG juga tidak mendeteksi ada aktivitas seismik atau petir.
Dari catatan Kompas, sumber dentuman itu bisa berasal dari dalam, permukaan, atau bagian atas Bumi, bahkan dari aktivitas manusia. Fenomena dentuman aneh ini pun merupakan fenomena wajar yang dilaporkan dari berbagai belahan dunia.