Tanah Bergerak, Pemkot Batu Akan Relokasi Belasan Keluarga
Pemerintah Kota Batu akan merelokasi rumah warga yang berada di daerah rawan longsor akibat tanah bergerak di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
BATU, KOMPAS — Pemerintah Kota Batu, Jawa Timur, akan merelokasi rumah warga yang berada di daerah rawan longsor akibat pergerakan tanah di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji. Berdasarkan hasil kajian, kondisi permukiman warga saat ini tidak layak huni dan rawan longsor.
Rabu (3/2/2021) siang, Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko bersama Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso dan jajaran pemkot meninjau langsung kondisi warga terdampak dilanjutkan menyerahkan bantuan dan dialog dengan warga. Total ada 11 keluarga yang tinggal di daerah rawan longsor.
”Langkah pertama, menyelamatkan warga yang tinggal di lereng. Alhamdulillah saat ini tidak ada yang tinggal di sana. Kami titipkan ke kerabat dan tetangga. Kedua, memanfaatkan fasilitas (shelter) dinas sosial (dinsos) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Ketiga, kita mencari lokasi relokasi,” ujarnya.
Menurut Dewanti, pihaknya tengah mencari lokasi aman yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat hunian baru bagi warga terdampak. Salah satu tempat alternatif adalah lahan pertanian—calon lokasi program kandang ternak komunal—yang berada tidak jauh dari rumah warga.
”Namun, karena ini (kandang komunal) kami harus negosiasi dulu. Mudah-mudahan boleh dan bisa ditukar tempatnya,” katanya. Pada prinsipnya, Dewanti ingin relokasi bisa terwujud secepat mungkin meski ada sejumlah tahapan dan persiapan yang mesti dilalui.
Dari 11 keluarga yang ada semua telah menyatakan setuju direlokasi. Mereka minta lokasi relokasi masih berada di dalam Dusun Brau. Warga setuju pindah karena beberapa hari terakhir mereka merasa tidak tenang lagi tinggal di rumah masing-masing, terutama saat hujan deras turun.
”Kalau soal bantuan tidak ada persoalan. BPBD dan dinsos sudah bergerak. Mau membangun sekarang kami juga sudah punya anggaran namun tempatnya yang masih belum final,” katanya.
Adapun terkait dengan kondisi tanah bergerak, Selasa (2/2/2021) malam, warga sudah mulai mengungsi di shelter yang disediakan.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Batu Agung Sedayu mengatakan, Selasa pukul 19.10-21.15 terjadi tiga kali longsor di Brau. Satu titik longsor (dan longsor susulan) menutup ruas jalan dan satu lainnya menimpa kamar belakang rumah salah satu warga.
”Pukul 19.30 ada laporan dari warga terjadi pergerakan tanah lagi. Personel siaga kemudian mengevakuasi 11 keluarga (ke shelter). Alhamdulillah tidak ada korban jiwa karena warga sudah dievakuasi. Warga yang kamarnya tertimpa saat ini mengungsi ke rumah saudara,” ujarnya.
Menurut Agung, untuk sementara waktu warga disarankan tetap berada di shelter atau mengungsi ke tempat kerabat atau tetangga dan tidak terburu-buru kembali ke rumah. Hal ini penting demi keselamatan diri karena kondisi tanah terus bergerak. Bahkan, ada titik rekatan yang tinggi permukaannya selisih 30-50 sentimeter.
Pukul 19.30 ada laporan dari warga terjadi pergerakan tanah lagi. Personel siaga kemudian mengevakuasi 11 keluarga (ke shelter).
Dari pengamatan Kompas, Selasa siang, petugas BPBD mencoba menutup titik-titik rawan longsor dengan terpal dengan tujuan menghalangi air hujan agar tidak meresap ke dalam titik-titik yang rawan. Sementara sukarelawan lain memasang tenda sebagai shelter.
Jalur Malang-Kediri
Sementara itu, pembersihan titik longsor di jalur utama Malang-Kediri di Kabupaten Malang hingga Rabu siang masih dilakukan. Ada dua titik longsor berukuran cukup besar, masing-masing di Desa Jombok, Kecamatan Ngantang, dan Dusun Ngeprih, Desa Bendosari, Kecamatan Pujon.
Longsor di Jombok terjadi Selasa petang. Tinggi tebing yang longsor 25 meter dengan lebar 10 meter dan longsor susulan 15 meter dengan lebar 7 meter. Sementara longsor di Ngeprih terjadi Rabu pagi. Tebing setinggi 15 meter dengan lebar sekitar 7 meter longsor, termasuk rumpun bambu ikut roboh menutup jalan.
Dari pengamatan Kompas di Ngeprih, arus lalu lintas dari Malang ke Kediri dan sebaliknya, terhambat. Kemacetan panjang tidak terhindarkan lantaran tidak ada jalan alternatif lain. Sejumlah pengendara yang tidak sabar menunggu proses pembersihan, memilih putar balik.
Bupati Malang M Sanusi mengatakan, pihaknya mendatangkan tiga alat berat untuk membantu Pemerintah Provinsi Jawa Timur membersihkan material longsor. ”Karena status jalan provinsi, kami bersifat membantu pemerintah provinsi melakukan pembersihkan dan hari ini harus selesai,” ujarnya saat meninjau upaya pembersihan material.
Menurut Sanusi, potensi longsor di jalur Malang-Kediri masih ada selama puncak musim hujan yang berlangsung beberapa pekan ke depan. Sebagai langkah antisipasi jangka pendek, pihaknya akan menyiapkan dan menempatkan alat berat di Pujon dan Ngantang.
Adapun rencana jangka panjang agar longsor di jalur tersebut tidak terulang, menurut Sanusi, pihaknya akan melakukan penghijauan di sepanjang jalur tersebut bersama pemerintah provinsi.