Struktur Bangunan Diduga Asrama Biksu Ditemukan Dekat Candi Pawon
Struktur bata merah ditemukan di sisi tenggara Candi Pawon. Diduga, batu ini merupakan bagian dari sisa bangunan asrama yang dihuni para biksu di masa Kerajaan Mataram Kuno.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Struktur batuan bata merah ditemukan sekitar 160 meter di sisi tenggara Candi Pawon di Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Struktur ini diduga sisa bangunan yang merupakan asrama bagi para biksu di masa Mataram Kuno.
Pamong Ahli Madya sekaligus koordinator pemanfaatan Balai Konservasi Borobudur (BKB), Yudi Suhartono, mengatakan, dugaan tersebut dikuatkan oleh lokasi temuan yang berada di sisi tenggara candi. ”Berdasarkan kajian arkeologi, area di sebelah tenggara candi adalah daerah yang biasa disebut sebagai area madya, yang biasa menjadi lokasi permukiman para rohaniwan, termasuk di dalamnya biksu,” tutur Yudi, Rabu (3/2/2021).
Dugaan tersebut kian diperkuat temuan batu kalsedon berwarna hijau gelap, mirip batu giok, dengan dua lubang di bagian tengah di dua sisinya. Diduga, batu ini adalah bagian dari kalung atau semacam tasbih, yang digunakan para biksu untuk melakukan ritual sembahyang atau meditasi.
Struktur bata yang ditemukan tersusun dari lapisan batuan yang membentuk bilik atau kamar dengan pembatas dengan ruang di sebelahnya. Bangunan tersebut diduga kuat sebagai asrama. Yudi mengatakan, sejauh ini telah dkitemukan tiga sisa bangunan, dua di antaranya merupakan kamar berukuran 2,75 meter x 2,80 meter. Sementara satu bangunan lainnya adalah kamar yang berukuran lebih kecil.
Selain struktur batu bata, di lokasi tersebut juga ditemukan pecahan gerabah serta potongan keramik dari Tiongkok yang berasal dari Dinasti Tang. Dua jenis temuan tersebut merupakan benda yang lazim ditemukan di bekas permukiman di masa Kerajaan Mataram Kuno.
Ekskavasi tersebut mulai dilakukan pada Desember 2020, yang semula bertujuan untuk menemukan temuan benda cagar budaya (BCB) guna mendukung wisata dari Taman Wisata Candi Borobudur. Penggalian dilakukan di lokasi tersebut karena sebelumnya sempat ditemukan beberapa batu kuno.
Bermula dari 16 kotak penggalian, pada Januari 2021 ekskavasi terus dilakukan hingga 21 kotak. Pada masing-masing kotak ditemukan struktur bata merah. Di salah satu kotak juga ditemukan susunan batu-batu kecil yang diduga dibangun sebagai jalan.
Struktur bata merah semacam ini sebelumnya juga sempat ditemukan di sekitar Candi Mendut dan di seberang Sungai Progo di dekat Candi Pawon. Namun, sejauh ini belum diketahui apakah temuan di tiga lokasi ini saling berhubungan.
Selain struktur batu bata, di lokasi tersebut juga ditemukan pecahan gerabah serta potongan keramik dari Tiongkok yang berasal dari Dinasti Tang.
Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia Prof Dr Agus Aris Munandar mengatakan, di setiap bangunan candi biasanya memang selalu tersedia area yang khusus menjadi area permukiman atau asrama bagi para rohaniwan.
”Area di sisi tenggara adalah area yang khusus menjadi tempat hunian bagi rohaniwan. Warga biasa tidak diperkenankan tinggal di sekitar area tersebut,” ujarnya.
Selain kamar untuk beristirahat, di setiap bangunan asrama rohaniwan ini selalu terdapat sejumlah kamar berukuran sempit, yang hanya cukup dipakai satu orang untuk bersila. Kamar ini biasa digunakan sebagai ruang meditasi.
Dalam asrama itu juga biasanya terdapat satu ruangan yang biasa disebut sebagai ruang peziarahan. Ruangan itu biasanya dipakai untuk mengubur stupa berukuran kecil yang disebut stupika, yang dibawa para biksu. Stupika adalah semacam simbol dari doa atau harapan yang dipanjatkan saat mereka bersembahyang di bangunan candi.
Selain asrama, di area di sisi tenggara tersebut biasanya juga terdapat dapur dan ruangan luas semacam pendopo sebagai tempat bagi mereka untuk berkumpul.