Sebanyak 89 karya prasi (gambar pada daun lontar) ditampilkan dalam pameran di Taman Budaya Bali, Kota Denpasar. Pameran melibatkan sekitar 60 seniman dari lintas generasi.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Sebanyak 89 karya prasi, atau gambar pada daun lontar, ditampilkan dalam pameran yang digelar di Taman Budaya Bali, Kota Denpasar. Pameran yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali itu melibatkan sekitar 60 seniman lintas generasi.
Pameran berjudul ”Prasi: Nukilan Taru Mahottama” itu berlangsung pada 1-29 Februari 2021. Kurator pameran, I Wayan Sujana Suklu, mengatakan, pameran lontar prasi kali pertama itu digelar secara hibrida. Selain dihadirkan dalam ruang pameran di Gedung Kriya, Taman Budaya Bali, karya juga ditampilkan secara virtual melalui media sosial.
”Pameran ini juga sebagai upaya mengumpulkan karya dan mendata seniman lontar prasi dari berbagai generasi, mulai dari seniman maestro sampai seniman-seniman muda,” kata Sujana, yang juga akademisi dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, kepada Kompas, Rabu (3/2/2021).
Selain menampilkan lontar bergambar, pameran juga menghadirkan dua karya instalasi yang menggunakan daun lontar atau daun ental sebagai elemen utama. Dua karya seni instalasi itu berjudul ”Taru Manah” karya Made Ruta dan ”Pula Kertih” karya I Made Suparta.
Sujana menambahkan, pameran lontar prasi itu juga membuka ruang dan kesempatan bagi pengunjung untuk mencoba membuat prasi atau menggambar daun lontar. Hasil karya pengunjung itu pun dapat dipajang selama pameran.
Dalam katalog pameran disebutkan prasi merupakan anak kandung dari sastra lontar. Gambar dan tulisan dibuat pada daun lontar (Borassus flabellifer) dengan alat khusus, yakni pangrupak atau pisau khusus. Lalu, daun lontar diolesi pewarna dari kemiri (Aleurites moluccanus).
Sujana menyebutkan, tradisi prasi diperkirakan sudah berkembang di Bali sejak abad ke-14. Daun lontar digunakan sebagai sarana menulis prasasti selain menggunakan lempengan logam, misalnya tembaga.
Beberapa seniman prasi yang karyanya turut ditampilkan dalam pameran itu adalah I Gusti Bagus Sudiasta dari Buleleng, I Wayan Mudita Adnyana dari Karangasem, juga perupa I Made Ruta dan I Made Suparta. Seniman muda yang dilibatkan antara lain dari Komunitas Operasi yang berasal dari alumni Universitas Pendidikan Ganesha (Undhiksa) Buleleng dan Komunitas Amarasi dari ISI Denpasar.
Pameran lontar prasi ini juga menjadi bagian dari penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali 2021. Bulan Bahasa Bali merupakan program pelestarian bahasa, aksara, dan sastra Bali yang diselenggarakan setiap tahun pada Februari. Bulan Bahasa Bali 2021 digelar di Taman Budaya Bali dan berlangsung mulai Senin sampai Minggu (1-28/2/2021).
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan Adnyana mengatakan, program Bulan Bahasa Bali mengacu Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali. Ini sebagai bentuk pemuliaan dan pelestarian terhadap bahasa, aksara, dan sastra Bali.
Terkait situasi pandemi Covid-19, penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali 2021, yang memasuki tahun ketiga, dilangsungkan secara hibrida, yakni melalui kegiatan secara luar jaringan (luring) maupun secara dalam jaringan (daring). Selama Bulan Bahasa Bali 2021, digelar sejumlah agenda, di antaranya widya tula (seminar), kriya loka (lokakarya), prasara (pameran), utsawa (festival), dan wimbakara (lomba).