Jalan Panjang Menuju Sidoarjo Berdaya Saing, Unggul, dan Sejahtera
Di tengah kondisi ekonomi terpuruk berat akibat pandemi Covid-19 berkepanjangan, Sidoarjo yang berulang tahun ke-162, bertekad menjadi daerah yang berdaya saing, unggul, dan sejahtera. Semangat berkarya dilecutkan.
Di tengah kondisi ekonomi yang terdepresiasi berat akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, Sidoarjo yang berulang tahun ke-162 pada Minggu (31/1/2021) bertekad menjadi daerah yang berdaya saing, unggul, dan sejahtera. Tekad itu pun dijadikan pelecut semangat dalam berkarya dan berinovasi membangun strategi yang mumpuni.
Sidoarjo… gemah ripah loh jinawi
Adem ayem guyup rukun… rakyat kabeh podo tentrem
Sidoarjo... sawah tambak lan laute
Ono bandeng lan urange, ono pari lan pabrike
Kabudayane… tradisine… tansah ugi dilestarekne
Lagu berjudul ”Sidoarjo Gemah Ripah Lohjinawi” karya Imam Musta’in itu menggambarkan betapa nyamannya kehidupan di daerah yang berada di hilir Sungai Brantas ini. Masyarakat di kabupaten yang lahir pada 31 Januari 1859 tersebut hidup rukun dan saling membantu. Sejarah mencatat, tak ada jejak konfik sosial yang signifikan.
Kabupaten berjuluk ”Kota Delta” karena letaknya yang berada di delta Sungai Brantas ini juga dikaruniai sumber daya alam melimpah ruah dan beragam. Sawah subur menghampar luas di wilayah daratan, seperti Kecamatan Krembung, Wonoayu, Tulangan, dan Krian.
Tambak-tambak produktif terbentang di sepanjang kawasan pesisir Laut Jawa, mulai Kecamatan Sedati, Buduran, Candi, hingga Jabon. Sementara itu, di kawasan muara sungai dipenuhi perahu nelayan yang hilir mudik membawa beragam produk perikanan tangkap terutama kerang.
Tambak Sidoarjo menghasilkan komoditas ikonik, yakni udang dan bandeng. Udang vanamei dengan kemampuan produksi sebesar 6.671.250 kilogram (kg) dan bandeng sebanyak 34.120.500 kg pada 2018 itu telah menjadi duta kuliner Sidoarjo untuk Nusantara bahkan dunia. Kerupuk udang menjadi komoditas ekspor yang prospektif, sedangkan bandeng asap menjadi buah tangan yang melegenda.
Sidoarjo juga dikenal dengan pabrike. Bahkan, terdapat potensi unggulan pada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. Sebagai gambaran, industri pengolahan berkontribusi 47,8 persen terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto Sidoarjo Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) 2019.
Selain produktivitas dan konsumsi, pertumbuhan ekonomi Sidoarjo juga ditopang investasi. Kinerja investasi membanggakan karena kerap melampui target yang ditetapkan. Realisasi investasi total pada 2019 mencapai Rp 23,8 triliun atau sebesar 139,11 persen dari target yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebesar Rp 17,131 triliun.
Baca juga: Kemudahan Berusaha di Sidoarjo Dioptimalkan
Capaian realisasi investasi di Sidoarjo dalam lima tahun belakangan secara berturut-turut sebesar Rp 16,9 triliun (2016), naik menjadi Rp 17,3 triliun (2017). Pada 2018, realisasi investasi kembali melejit menjadi Rp 23,8 triliun dan pada 2019 naik tipis sebesar Rp 96 juta menjadi Rp 23.832.676.777.188.
Terguncang pandemi
Peningkatan nilai investasi yang signifikan selama tiga tahun berturut-turut pada 2016, 2017, dan 2018 itu mengantarkan Sidoarjo sebagai penerima Investment Award dari Provinsi Jatim. Keberhasilan Sidoarjo menggenjot investasi itu merupakan prestasi luar biasa mengingat capaian investasi Provinsi Jatim 2017 dan 2018 mengalami kontraksi berturut-turut sebesar minus 9,5 persen dan –22,4 persen.
Semakin sederhana prosedurnya, semakin menarik bagi investor. (Zaini)
Namun, torehan prestasi sebagai salah satu lumbung investasi unggulan di Jatim itu kini terancam. Iklim investasi di kota urban ini turun drastis di angka Rp 6,8 triliun selama 2020. Capaian itu menempatkan Sidoarjo diperingkat keempat daerah dengan kontribusi investasi tertinggi di Jatim.
Peringkat pertama diduduki Surabaya dengan realisasi investasi sebesar Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 16,8 triliun, disusul Gresik di peringkat kedua dengan nilai investasi Rp 16,5 triliun. Selain itu ada Kabupaten Pasuruan di peringkat ketiga dengan nilai realisasi investasi Rp 7,9 triliun dan Kabupaten Tuban diperingkat kelima dengan nilai investasi Rp 6,1 triliun.
Berdasarkan komposisinya, realisasi investasi di Sidoarjo didominasi oleh PMDN sebesar Rp 5,4 triliun, sedangkan PMA hanya Rp 1,4 triliun. Dalam hal menarik investor asing, Sidoarjo tak masuk dalam kelompok lima besar.
Daerah yang dilintasi Sungai Porong ini kalah dibandingkan dengan Kabupaten Mojokerto yang mampu menarik investasi PMA sebesar Rp 1,7 triliun dan Kabupaten Jombang sebesar Rp 1,7 triliun.
Sekretaris Kabupaten Sidoarjo Achmad Zaini mengatakan, menggaet investor untuk menanamkan modalnya bukan perkara mudah. Perlu pendekatan formal dan informal untuk menyakinkan investor terkait peluang usaha yang akan digarap. Setiap daerah memiliki keunggulan kompetitif sesuai potensinya.
”Untuk meningkatkan daya tariknya di mata investor, Sidoarjo terus membenahi lini layanan perizinan. Memberikan kemudahan prosedur pengurusan izin, kepastian waktu, tempat, serta transparansi terkait biayanya. Semakin sederhana prosedurnya, semakin menarik bagi investor,” ujar Zaini.
Baca juga: Ironi di Daerah Lumbung Investasi
Zaini akan meminta masukan dari para pengusaha agar pihaknya bisa terus-menerus mengevaluasi tata kelola pelayanan perizinan. Evaluasi itu penting guna merumuskan upaya perbaikan yang signifikan sehingga hasilnya bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi calon investor.
Pemkab Sidoarjo menyadari sepenuhnya, mereka harus melakukan upaya jemput bola. Apalagi kondisi ekonomi makro sepanjang 2020 lalu terkontraksi cukup keras akibat pandemi Covid-19. Alih-alih menarik investor baru, mempertahankan atau menagih realisasi investasi dari investor eksisting, tidak mudah.
Meski demikian, Zaini optimistis investasi akan kembali menggeliat seiring pulihnya situasi ekonomi regional dan makro. Untuk memulihkan kembali sektor ekonomi, saat ini Pemkab Sidoarjo berfokus menangani pandemi Covid-19 dengan membatasi mobilitas masyarakat serta memasifkan vaksinasi agar segera terbangun kekebalan komunitas.
Senada dengan Zaini, Kepala Dinas Penanaman Modal Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sidoarjo Ari Suryono optimistis pertumbuhan investasi segera pulih. Salah satu alasannya, Sidoarjo akan menjadi pusat pengembangan Kawasan Industri Halal atau KIH di Jatim yang pekerjaan proyeknya mulai dikerjakan tahun ini.
KIH tersebut berlokasi di kompleks pergudangan yang berada di Jalan Lingkar Timur. Luas lahan yang dikembangkan untuk industri ini sebesar 148 hektar (ha) dari total luas kawasan 410 ha. Adapun sektor unggulan yang akan digarap antaralain pariwisata, makanan dan minuman, kosmetik, hingga produk kesehatan.
Baca juga : Pelayanan Publik Si Mini Menyiasati Pandemi
KIH di Jatim ini untuk mendorong pengembangan industri produk halal di Indonesia agar lebih maju lagi. Harapannya, Indonesia bisa mengambil pangsa pasar lebih besar bahkan tembus 10 besar dunia untuk produk makanan halal. Untuk produk mode, Indonesia telah masuk kedua terbesar dunia.
Pemprov Jatim memberikan perhatian besar terhadap pengembangan KIH di Sidoarjo tersebut. KIH diharapkan menjadi motor baru penggerak roda ekonomi. Menariknya lagi, KIH ini dibangun dengan merangkul industri kecil menengah dan UMKM sehingga mereka bisa bersama-sama menggarap peluang pasar yang terbuka lebar mengingat besarnya populasi penduduk Muslim dunia.
Tema harus dijadikan pelecut semangat untuk membangun sumber daya manusia yang unggul agar memiliki daya saing tinggi. (Hudiyono)
Untuk memulihkan kembali sektor ekonomi, Penjabat Bupati Sidoarjo Hudiyono mengatakan daerahnya harus berdaya saing tinggi dan memiliki keunggulan kompetitif. Alasan itu pula yang mendorongnya memilih tema ”Sidoarjo Berdaya Saing, Unggul, dan Sejahtera” pada peringatan hari jadi ke-162 ini.
”Tema harus dijadikan pelecut semangat untuk membangun sumber daya manusia yang unggul agar memiliki daya saing tinggi sehingga pada akhirnya mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat,” ucap Hudiyono.
Modal dasar membangun manusia unggul sudah dimiliki. Badan Pusat Statistik (BPS) mendata, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sidoarjo 2019 mencapai 80,05 atau tumbuh 0,55 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. IPM Sidoarjo ini masuk kategori sangat tinggi karena angkanya lebih dari 80.
Baca juga: Ribuan Pencari Kerja Berburu Pekerjaan di Bursa Kerja Sidoarjo
Di Jatim, ada empat daerah yang mempunyai IPM sangat tinggi, yakni Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Madiun, dan Kabupaten Sidoarjo. Sebanyak 20 kabupaten/kota lain memiliki IPM berkategori tinggi, dan 14 kabupaten/kota memiliki IPM berkategori rendah.
Di Sidoarjo, komponen pembentuk IPM meningkat, diantaranya bayi baru lahir memiliki peluang hidup hingga 73,98 tahun dan anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang bersekolah selama 14,91 tahun.
Sementara itu penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 10,25 tahun. Pengeluaran per kapita yang disesuaikan (harga konstan 2012) telah mencapai Rp 14,6 juta, meningkat Rp 441.000 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Feny Apridawati menambahkan dalam upaya menciptakan tenaga kerja yang unggul, telah diperbanyak pelatihan keterampilan sesuai bidang kerja yang diperlukan melalui Balai Latihan Kerja di Tulangan. Pemda berupaya menjembatani kebutuhan dunia industri dengan menyiapkan tenaga kerja terampil.
”Dengan cara itu, diharapkan pekerja lebih mudah terserap oleh industri. Selain itu dengan berbekal ketrampilan yang memadai, para pekerja memiliki kompetensi tinggi yang diharapkan berdampak pada peningkatan kesejahteraan mereka,” ujar Feny.
Hudiyono mengingatkan seluruh pemangku kebijakan di Sidoarjo agar senantiasa melihat kembali jejak perjalanan kotanya di masa lampau dan di masa kini. Jejak itu penting sebagai bekal pengetahuan mengarungi masa depan agar tidak salah menetapkan haluan kebijakan. Dirgahayu ke-162 Kabupaten Sidoarjo.
Baca juga: Upah Minimum Tinggi 11 Perusahaan Berencana Tinggalkan Sidoarjo