Gawai Dana Kemanusiaan Kompas untuk Siswa Lereng Merapi
Sejumlah pelajar SMK Negeri 1 Cangkringan, Kabupaten Sleman, kesulitan mengikuti pembelajaran daring karena tak memiliki telepon cerdas. Pembaca ”Kompas”, lewat Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas turun tangan membantu.
Delapan murid SMK Negeri 1 Cangkringan duduk di teras masjid sekolah itu, Jumat (29/1/2021) pagi. Mereka serius menatap layar telepon di genggaman masing-masing. Suasana hening karena mereka tak saling berbincang.
Para pelajar itu sedang membuka aplikasi Google Classroom untuk mengikuti pembelajaran daring. Seorang siswa tengah mengerjakan soal mata pelajaran Bahasa Jawa, sementara seorang siswi berkutat dengan soal pelajaran Sejarah.
SMKN 1 Cangkringan berlokasi di Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Lokasi sekolah itu ada di kawasan perdesaan lereng Gunung Merapi. Sama seperti di sekolah-sekolah lain, SMKN 1 Cangkringan juga menggelar pembelajaran jarak jauh secara daring sejak adanya pandemi Covid-19.
Baca juga : Dukung Belajar Daring, Dana Kemanusian Kompas Bantu Gawai ke SMK di Sleman
Akan tetapi, berbeda dengan kebanyakan murid lain yang mengikuti pembelajaran jarak jauh dari rumah, sejumlah pelajar SMKN 1 Cangkringan terpaksa menjalani pembelajaran daring di sekolah. Itu karena mereka tidak memiliki telepon cerdas yang bisa digunakan mengikuti pembelajaran daring di rumah.
Solusinya, sejumlah murid meminjam telepon cerdas milik sekolah untuk mengikuti pembelajaran daring. Selama berlangsungnya pembelajaran daring, SMKN 1 Cangkringan memang menyediakan sejumlah gawai yang bisa dipinjam siswa-siswinya.
Namun, gawai milik sekolah itu tak boleh dibawa pulang. Dengan demikian, murid yang meminjam gawai milik sekolah mesti mengikuti pembelajaran daring di lingkungan sekolah.
Salah satu siswa SMKN 1 Cangkringan yang meminjam gawai milik sekolah itu adalah Fanda Riyanto (18). Siswa kelas XII itu menuturkan, handphone atau ponsel pintar miliknya rusak sejak beberapa bulan lalu. ”Handphone saya rusak. Makanya ini minjem handphone milik sekolah buat belajar online (daring),” kata siswa jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif itu.
Hingga sekarang, telepon itu belum diperbaiki karena keterbatasan dana. Siswa asal Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, itu berasal dari keluarga sederhana. ”Sehari-hari, ayah saya kerja sebagai petani,” tuturnya.
Selain itu, saat aktivitas vulkanik Gunung Merapi mengalami peningkatan pada awal November 2020, Fanda dan keluarganya juga sempat mengungsi dari rumah. Tempat tinggal mereka di Dusun Kalitengah Lor termasuk ke dalam daerah yang berpotensi terkena bahaya erupsi Gunung Merapi.
Baca juga : Bantuan Pembaca ”Kompas” Disalurkan Sesuai Kebutuhan Pengungsi Merapi
Siswa lain yang juga terpaksa meminjam telepon cerdas milik sekolah untuk belajar daring adalah Rindang Maulana Wibisono (18). Sejak pertengahan Januari ini, telepon cerdas miliknya rusak.
”Oktober tahun lalu, handphone saya juga sempat rusak, tapi masih bisa dibenerin. Tapi, pertengahan Januari ini, handphone saya mati total,” kata siswa kelas XII Jurusan Agribisnis Ternak Ruminansia itu.
Ia sebenarnya ingin membeli telepon cerdas baru karena handphone lawas miliknya sudah sulit diperbaiki. Akan tetapi, uangnya belum cukup untuk membeli telepon cerdas yang baru.
”Makanya, sejak pertengahan Januari lalu, saya harus pinjam handphone sekolah untuk belajar daring,” tutur siswa yang juga berasal dari keluarga petani itu.
Bergantian
Siswi kelas X SMKN 1 Cangkringan, Intan Rizki (15), juga terpaksa meminjam telepon cerdas milik sekolah karena di rumahnya hanya ada satu handphone yang dipakai orangtuanya.
”Di rumah cuma ada satu dan seringnya dibawa bapak atau ibu. Handphone itu juga sering error,” kata siswi asal Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, tersebut.
Orangtua Intan belum bisa membelikan handphone buat dirinya karena penghasilannya terbatas. Sehari-hari, ayah Intan bekerja memuat pasir di depo pasir dan kadang menjadi penambang pasir di Kali Gendol yang merupakan salah satu sungai yang berhulu ke Gunung Merapi.
”Sejak mulai belajar daring pada Maret 2020, saya selalu belajar daring dengan pinjem handphone milik sekolah,” kata Intan, siswi jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian itu.
Baca juga : Dana Kemanusiaan Kompas Perkuat Jaringan Distribusi Bantuan
Kondisi serupa juga dialami Riza Andre Awan (19), siswa kelas XII Jurusan Agribisnis Ternak Ruminansia SMKN 1 Cangkringan. Keluarganya hanya memiliki dua handphone di rumah. Padahal, ada tiga anak yang membutuhkan telepon cerdas untuk belajar daring setiap hari. ”Saya dan dua adik saya sama-sama butuh handphone untuk belajar daring,” tuturnya.
Oleh karena itu, Riza memilih meminjam gawai milik sekolah untuk mengikuti pembelajaran daring. Orangtuanya tidak bisa menyediakan handphone baru. Ayahnya bekerja sebagai buruh pabrik keramik, sedangkan ibunya pedagang sayur keliling.
”Sulit kalau harus beli handphone lagi. Apalagi, sejak adanya pandemi Covid-19, ayah saya masuk kerjanya tidak setiap hari. Jadi, sehari masuk dan sehari libur. Dulu malah pernah seminggu enggak berangkat kerja,” kata Riza.
Guru Bimbingan Konseling SMKN 1 Cangkringan, Jaka Utama, menuturkan, ada sekitar 20 murid yang kesulitan mengikuti pembelajaran daring karena tak memiliki telepon cerdas memadai. Hingga akhir Januari kemarin, jumlah telepon cerdas yang dimiliki SMKN 1 Cangkringan hanya enam unit.
Keterbatasan jumlah gawai itu membuat satu unit telepon cerdas harus dipakai bergantian oleh beberapa murid dalam satu hari. Kondisi itu tentu tidak ideal karena waktu setiap murid untuk mengikuti pembelajaran daring menjadi lebih singkat.
”Siswa yang pinjam handphone sekolah harus belajar daring secara bergantian. Soalnya, jumlah handphone milik sekolah kan terbatas,” ujar Jaka yang menjadi pendamping bagi anak-anak yang kesulitan mengikuti pembelajaran daring.
Di masa pandemi ini, kita menerapkan pembelajaran jarak jauh, tapi banyak anak-anak yang tidak punya handphone. Jadi, bantuan ini sangat bermanfaat untuk anak-anak. (Nurlatifah)
Bantuan
Mengatasi keterbatasan jumlah telepon cerdas itu, manajemen SMKN 1 Cangkringan membuat proposal permohonan bantuan kepada pihak lain. Proposal itu, di antaranya, dikirim ke Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) yang merupakan lembaga kemanusiaan di bawah kelompok usaha Kompas Gramedia.
Berdasar proposal itu, Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas membantu 16 telepon cerdas kepada SMKN 1 Cangkringan. Penyerahan bantuan dilakukan pada Senin (1/2/2021) oleh Kepala Biro Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta Harian Kompas Gregorius Magnus Finesso kepada Kepala SMKN 1 Cangkringan Nurlatifah Hidayati.
Baca juga : Bantuan Pembaca ”Kompas” Mengalir ke Tiga Lokasi Bencana
Nurlatifah mengatakan, bantuan dari Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas itu sangat bermanfaat membantu pembelajaran daring di SMKN 1 Cangkringan. Selama ini memang ada sejumlah murid dari keluarga kurang mampu yang tidak memiliki telepon cerdas sehingga kesulitan mengikuti pembelajaran jarak jauh secara daring.
Dengan bantuan 16 telepon cerdas itu, para murid SMKN 1 Cangkringan yang tak memiliki telepon cerdas diharapkan bisa mengikuti pembelajaran daring secara lebih baik. ”Di masa pandemi ini, kita kan menerapkan pembelajaran jarak jauh tapi banyak anak-anak yang tidak punya handphone. Jadi, bantuan ini sangat bermanfaat untuk anak-anak,” ujar Nurlatifah.
Sebanyak 16 telepon cerdas itu akan dikelola sekolah dan dipinjamkan kepada para murid yang membutuhkan. Telepon cerdas itu tidak boleh dibawa pulang ke rumah agar tidak hilang atau rusak. ”Ini akan menjadi inventaris sekolah dan khusus dipinjamkan kepada anak-anak yang membutuhkan. Jadi, tidak terus dibawa pulang,” tuturnya.
Gregorius Magnus Finesso mengatakan, bantuan 16 gawai dari Dana Kemanusiaan Kompas itu diharapkan meningkatkan kapasitas siswa dalam mengikuti pembelajaran jarak jauh. Bantuan dari para pembaca harian Kompas dan Kompas.id tersebut secara tidak langsung juga diharapkan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) siswa-siswi SMKN 1 Cangkringan.
”Para siswa di desa sudah semestinya mendapatkan akses yang sama terhadap pendidikan dan pengetahuan, seperti halnya teman-teman mereka di kota. Selain meningkatkan interaksi pembelajaran, mereka juga diharapkan bisa menambah pengetahuan dengan memanfaatkan teknologi,” katanya.