Kebijakan PPKM membuat angka wisatawan kembali turun. Sebelumnya, pada akhir 2020, jumlah wisatawan ke Kota Batu di Jawa Timur mulai menggeliat.
Oleh
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Pelaku wisata mengakui pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM periode I dan II membawa dampak penurunan jumlah wisatawan ke Kota Batu, Jawa Timur. Batu menerapkan PPKM sejak 11 Januari yang kemudian diperpanjang sampai 8 Februari bersama dua daerah lain di Malang Raya.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kota Batu Ilham Adilia, Senin (1/2/2021), mengatakan, selain penerapan PPKM di daerah tujuan wisata, persyaratan yang diterapkan bagi mereka yang akan melakukan perjalanan antardaerah turut memengaruhi kunjungan.
”Sama saja PPKM periode I dan II, wisatawan tidak jalan. Pada akhir Desember 2020 sebenarnya sudah mulai ada tamu, kami mulai jalan. Tetapi pada Januari batal lagi karena ada PPKM. Kami tidak kerja lagi karena tamu batal semua,” katanya.
Sama saja PPKM periode I dan II, wisatawan tidak jalan.
Menurut Ilham, syarat yang diberlakukan oleh daerah lain bagi warganya yang akan bepergian, seperti rapid test, memberatkan, termasuk bagi mereka hendak berwisata ke Batu. Selama ini banyak wisatawan di Batu yang berasal dari luar Jawa Timur.
Jatim Park Grup yang memiliki sejumlah tempat wisata andalan juga mengakui jumlah wisatawan dari luar kota jauh berkurang. Jika biasanya jumlah pengunjung bisa mencapai 1.500-2.000 orang per hari pada akhir pekan, maka saat ini hanya 120-200 orang. Akibat jumlah wisatawan turun, menurut Titik S Arianto dari Humas dan Manajer Pemasaran Jatim Park Grup, sejumlah wahana, seperti Jatim Park I, saat ini hanya beroperasi pada akhir pekan saja.
”Selama PPKM ada pembatasan jam malam. Nah, wisatawan asal daerah yang jauh akan berpikir ulang. Kalau tidak bisa menikmati kehidupan di waktu malam, mereka berpikir, lha terus malamnya mau ngapain? Kalau wisatawan lokal datang pagi pulang sore (one day tour) tidak terpengaruh,” ujar Titik.
Selama ini HPI berusaha menggaet wisatawan di antaranya dengan menerapkan diskon harga di agen wisata dan operator. ”Service excellence (pelayanan prima) dengan standar Covid-19 juga sudah dilakukan,” katanya. Namun, hal itu kurang berdampak.
Ilham menyarankan subsidi program dukung wisata murah oleh pemerintah untuk kembali meningkatkan dunia wisata. Dia mencontohkan bagaimana masyarakat lokal mendapat subsidi dari pemerintah untuk berwisata di daerah sendiri.
”Sebab, kalau kita mengandalkan wisatawan dari luar daerah susah. Karena untuk keluar dari daerah perlu syarat ini itu. Kemarin, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pertengahan-akhir 2020, membuat program Big Promo. Itu kalau dijalankan lagi bisa menopang,” katanya.
Terobosan Pemkot Batu
Dihubungi secara terpisah, Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso mengatakan, penurunan jumlah wisatawan tidak hanya dialami oleh Batu, tetapi juga daerah lain di Indonesia. Bagaimanapun PPKM merupakan kebijakan pemerintah yang harus didukung bersama demi kebaikan bersama pula.
Pemerintah Kota Batu berusaha mencari terobosan agar mereka yang selama ini bergantung pada dunia pariwisata masih tetap bisa berjalan ekonominya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah bekerja sama dengan marketplace.
Hari ini, misalnya, Pemkot Batu menjalin kerja sama dengan Tokopedia menggelar Festival Produk Lokal Kota Batu di Tokopedia. Acara yang berlangsung pada 1-5 Februari 2021 ini menampilkan ratusan produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di kota wisata itu.
”Kita libatkan UMKM, PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia), dan sebagainya. Ini terobosan-terobosan yang dilakukan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan perekonomian di masa pandemi,” katanya.
Melalui kerja sama semacam ini, menurut Punjul, pelaku UMKM yang tadinya mengandalkan sektor pariwisata bisa menjual produknya secara daring. Sejauh ini banyak UMKM di Batu, mulai dari pangan hingga kerajinan, yang terus berproduksi. Namun, di satu sisi pembeli terbatas akibat jumlah wisatawan turun.