Aksi penembakan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Kabupaten Intan Jaya, Papua, terus terjadi. Kondisi ini menyebabkan warga ketakutan beraktivitas sehari-hari.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Kelompok kriminal bersenjata atau KKB kembali berulah di Kabupaten Intan Jaya, Papua. Mereka menembak seorang warga bernama Boni Bagau di Kampung Agapa, Distrik Homeyo, Sabtu (30/1/2021). Warga pun menjadi resah akibat situasi keamanan yang tidak kondusif selama beberapa minggu belakangan ini.
Pastor Yustinus Rahangiar, pimpinan perwakilan gereja Katolik di Intan Jaya, saat dihubungi dari Jayapura, Senin (1/2), mengatakan, Boni Bagau ditangkap kelompok Undius Kogoya saat dalam perjalanan mengurus masalah keluarga di Distrik Sugapa. Kelompok Undius berada di bawah pimpinan Sabinus Waker.
Kelompok itu kemudian membawa Boni ke Kampung Agapa. Mereka pun menembak mati Boni di lokasi tersebut sekitar pukul 15.00 WIT. ”Diduga, mereka mencurigai Boni sebagai intelijen dari pihak TNI atau polisi. Mereka pun langsung menembak pria berusia sekitar 30 tahun ini hingga meninggal di sana,” kata Yustinus.
Ia menuturkan, pelayanan publik di Intan Jaya pun terkendala karena kondisi keamanan yang tidak kondusif beberapa waktu belakangan ini. Pelayanan pendidikan dan pemerintahan juga tidak berjalan baik. ”Masyarakat ketakutan untuk beraktivitas seperti biasanya. Hal ini disebabkan kondisi keamanan yang tidak stabil dengan aksi-aksi penembakan,” tuturnya.
Secara terpisah, Kepala Polres Intan Jaya Ajun Komisaris Besar I Wayan G Antara membenarkan, Boni ditembak mati oleh KKB pimpinan Sabinus Waker. Jenazah korban dikuburkan di sekitar lokasi kejadian. Wayan menyatakan, polisi telah mengeluarkan imbauan kepada warga agar tidak beraktivitas di atas pukul 16.00 WIT karena sejumlah distrik atau kecamatan rawan aksi KKB, seperti Sugapa, Hitadipa, dan Homeyo.
”Hanya terdapat dua polsek (kepolisian sektor) di Intan Jaya yang memiliki delapan distrik. Kami mendapatkan bantuan sekitar 100 personel dari satuan Brigade Mobil untuk menghadapi kelompok itu,” ungkap Wayan.
Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN OPM), Sebby Sambom, saat dihubungi, mengatakan, pihaknya menargetkan warga yang terbukti membantu informasi tentang keberadaan OPM kepada aparat keamanan. ”Kami meminta warga di Intan Jaya agar bersifat netral. Apabila memihak aparat TNI dan Polri, kami akan menyerang warga itu,” ujarnya.
Kepala Perwakilan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Wilayah Papua Frits Ramandey mengatakan, dibutuhkan upaya pemulihan keamanan untuk menghentikan aksi kekerasan yang terus terjadi di Intan Jaya saat ini. Frits berpendapat, penyerangan terhadap warga sipil bukanlah sikap yang menunjukkan perjuangan gerakan referendum Papua.
Dia mengatakan, aksi KKB dapat dikategorikan oleh publik internasional sebagai tindakan kriminal. ”Kami berharap ada pendekatan keamanan, tetapi bukan dengan cara operasi militer, melainkan penegakan hukum yang terukur untuk menghentikan aksi kekerasan ini,” ujarnya.
Sejak awal tahun ini, total sudah terjadi enam serangan KKB di Papua. Dari jumlah itu, empat serangan di antaranya terjadi di Intan Jaya, termasuk kasus terakhir yang menimpa Boni Bagau.
Tiga kasus sebelumnya, yakni pembakaran pesawat perintis PK-MAX di Lapangan Terbang Kampung Pagamba Distrik Mbiandoga pada 6 Januari, penembakan Prajurit Dua Agus Kurniawan hingga gugur di Titigi pada 10 Januari, serta penembakan Prajurit Satu Roy Vebrianto dan Prajurit Satu Agus Hamdani hingga gugur pada 22 Januari.