Gempa M 4,4 Guncang Majene Lagi, BMKG Imbau Warga Tetap Waspada
Gempa dengan kekuatan M 4,4 mengguncang wilayah Majene, Sulawesi Barat. Guncangan gempa yang terjadi di sekitar lokasi gempa sebelumnya ini terasa hingga Mamuju. BMKG mengimbau warga tidak panik.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
MAMUJU, KOMPAS — Gempa dengan kekuatan M 4,4 mengguncang wilayah Majene, Sulawesi Barat. Guncangan gempa yang terjadi di sekitar lokasi gempa sebelumnya ini terasa hingga Mamuju. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengimbau warga jangan panik, tetapi tetap waspada.
Guncangan gempa terasa pukul 20.13 Wita. Ayunan gempa cukup terasa sekitar beberapa detik dan membuat lantai bergoyang. Warga yang berada di dalam bangunan seketika berlarian keluar karena ketakutan.
Yani (28), pedagang makanan di Jalan KS Tubun, Mamuju, mengatakan, gempa terasa sekitar tiga detik, dengan lantai warung yang bergoyang. Semua pembeli berlarian keluar karena merasakan getaran yang sama. ”Saya kira truk lewat, tetapi keras sekali. Kaget sekali, mana baru buka jualan,” ucapnya.
Sejumlah pusat pertokoan di Mamuju segera tutup akibat kejadian ini. Warga berlarian keluar dari rumah karena takut akan gempa susulan.
Saya kira truk lewat, tetapi keras sekali. Kaget sekali, mana baru buka jualan.
Ridwan, warga lainnya, menyampaikan, dirinya akan mengungsi kembali ke tempat tinggi seiring dengan gempa yang terjadi. Sebelumnya, ia telah kembali ke rumah yang berada di dekat pantai dan menginap di teras rumah.
”Sudah tiga hari di rumah, kemarin mengungsi di tenda dekat rumah keluarga. Ini mau ke sana lagi,” ucapnya.
Pusat gempa sama
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Majene Agus mengatakan, gempa terdeteksi terjadi di darat dengan kedalaman 14 kilometer. Episentrum gempa terjadi di 45 kilometer timur laut Majene atau di sekitar Malunda.
”Pusat gempanya tidak berbeda jauh dengan lokasi sebelumnya yang mencapai magnitudo 6,2. Lokasi sesar juga masih sesar yang sama,” kata Agus.
Guncangan gempa bumi ini dirasakan di daerah Majene III MMI (Modified Mercalli Intensity) serta Mamuju dan Mamasa II MMI. Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Dengan gempa di darat, lanjut Agus, warga tetap diharapkan menghindari bangunan tinggi di sekitar tempat tinggal. Bangunan tinggi berpotensi membahayakan saat gempa susulan terjadi.
”Kami imbau agar masyarakat tidak panik dengan gempa yang terjadi. Namun, tetap waspada karena kita tidak bisa memprediksi gempa selanjutnya. Ini masih rangkaian gempa susulan karena berdasarkan prediksi awal, gempa susulan akan terjadi hingga pekan kelima,” tuturnya.
Pada Kamis (14/1/2021) sore, gempa dengan kekuatan M 5,9 juga terjadi di lokasi yang sama. Setelah gempa ini, sejumlah warga mengungsi.
Pada Jumat, 15 Januari, gempa dengan kekuatan M 6,2 mengguncang Majene, yang menimbulkan kerusakan parah. Sebanyak 105 orang meninggal dan tiga orang masih dinyatakan hilang akibat kejadian ini. Selain itu, 91.000 orang masih mengungsi hingga saat ini.
Hingga Minggu sore, BMKG mencatat telah terjadi 59 gempa susulan di wilayah ini. Sebanyak 47 di antaranya dirasakan masyarakat.
Kepala Pusat Kebencanaan Universitas Hasanuddin Adi Maulana sebelumnya menjelaskan, wilayah Mamuju dan Majene terdiri dari batuan vulkanik dan karang. Dua jenis batuan ini sifatnya akan patah saat menerima energi, yang akan menimbulkan daya destruktif cukup besar.
Dua wilayah ini juga berdekatan dengan sesar naik Mamuju. Pusat gempa Majene kali ini sangat berdekatan dengan sumber gempa yang memicu tsunami pada 23 Februari 1969, dengan kekuatan M 6,9 pada kedalaman 13 kilometer.
Gempa saat itu menyebabkan 64 orang meninggal, 97 orang luka-luka, serta 1.287 rumah dan masjid mengalami kerusakan. Dermaga pelabuhan pecah, timbul tsunami dengan ketinggian 4 meter di Pelattoang serta 1,5 meter di Parasanga dan Palili