Penyintas banjir di Kalimantan Selatan semakin dibayangi Covid-19 setelah adanya kasus positif di salah satu posko dapur umum di Banjarbaru. Penutupan posko dan pelacakan kontak erat dilakukan untuk melokalisasi kasus.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Penyintas banjir di Kalimantan Selatan semakin dibayangi Covid-19 setelah adanya temuan kasus positif baru di salah satu posko dapur umum di Kota Banjarbaru. Sebanyak 12 sukarelawan yang bertugas sebagai tukang masak terkonfirmasi positif Covid-19 tanpa gejala.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel Muhammad Muslim mengatakan, penutupan posko dapur umum dan pelacakan kontak erat yang sedang dilakukan saat ini diharapkan dapat melokalisasi kasus agar tak menyebar. Sampai dengan Sabtu (30/1/2021), lebih dari 36.000 warga masih mengungsi karena banjir yang belum sepenuhnya surut.
Banjir di Kalsel pada awal 2021 ini disebut-sebut sebagai bencana besar yang belum pernah dialami dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun. Bahkan, Pemerintah Provinsi Kalsel menyebut banjir besar itu merupakan siklus 100 tahun sekali karena pernah terjadi pada tahun 1928 di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Banjir melanda 11 dari 13 kabupaten/kota sejak dua pekan lalu.
Muslim mengatakan, kasus penularan Covid-19 di Kalsel meningkat selama masa tanggap darurat banjir, yang sudah berlangsung selama 17 hari. ”Penambahan kasus konfirmasi baru yang sebelumnya teridentifikasi dari kluster keluarga dan perkantoran kini mulai merambah ke lokasi penanganan bencana banjir,” ujarnya.
Pada Jumat (29/1), terjadi penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 120 orang di Kalsel. Mereka berasal dari Kota Banjarbaru (42 orang), Kota Banjarmasin (10 orang), Kabupaten Tanah Laut (17 orang), Barito Kuala (20 orang), dan Kotabaru (31 orang). Dengan tambahan itu, jumlah kasus positif di Kalsel menjadi 17.822 orang. Sehari sebelumnya, terjadi penambahan sebanyak 103 orang.
Kasus aktif di Kalsel saat ini masih cukup tinggi, yakni 7,47 persen dari total keseluruhan kasus positif Covid-19. Tingkat kesembuhan sebesar 88,93 persen, sedangkan tingkat kematiannya 3,6 persen. Angka kematian (case fatality rate/CFR) tersebut masih berada di atas rata-rata nasional sebesar 2,8 persen.
Penambahan kasus konfirmasi baru yang sebelumnya teridentifikasi dari kluster keluarga dan perkantoran kini mulai merambah ke lokasi penanganan bencana banjir. (Muhammad Muslim)
”Penambahan kasus itu merupakan hasil tracing (pelacakan kontak) yang dilakukan di beberapa tempat. Mereka yang dites cepat antigen dengan hasil positif ditindaklanjuti dengan tes usap atau PCR(polymerase chain reaction),” kata Muslim.
Penambahan kasus yang cukup signifikan akhir-akhir ini terjadi di Banjarbaru. Kasus aktif di sana berada pada posisi teratas dengan jumlah 279 orang. Lebih dari separuhnya teridentifikasi adalah kluster keluarga. Selain itu, kasus juga muncul di kluster fasilitas kesehatan atau puskesmas serta sukarelawan bencana banjir.
”Saat ini, semua kontak erat sukarelawan dilacak. Jumlahnya lebih dari 40 orang. Kepada mereka semua telah dilakukan tes usap atau PCR dan kami masih menunggu hasilnya keluar,” ujarnya.
Adapun kasus positif pada tenaga kesehatan di beberapa puskesmas ditemukan ketika mereka hendak menerima vaksin Covid-19 buatan Sinovac, China. ”Ketika hendak divaksin, mereka dites terlebih dahulu dan hasilnya ternyata positif,” tuturnya. Tes usap juga dilakukan pada orang-orang kontak erat dari kluster keluarga dan fasilitas kesehatan di Banjarbaru.
Dari kabupaten/kota lainnya, lanjut Muslim, penambahan kasus positif umumnya berasal dari kluster keluarga dan kluster perkantoran. Dua kluster tersebut masih mendominasi temuan kasus baru di Kota Banjarmasin, Kabupaten Kotabaru, Tanah Bumbu, Barito Kuala, dan Tanah Laut. ”Mudah-mudahan ini tidak berkembang lebih lanjut dan bisa dilokalisasi,” katanya.
Tingkatkan penyaringan
Sejauh ini, menurut Muslim, tidak ada laporan yang terindikasi Covid-19 dari tempat-tempat penampungan atau pengungsian korban banjir. Namun, perkembangannya tetap dipantau dan mulai diantisipasi. Hal itu mengingat lokasi-lokasi pengungsian adalah tempat yang rawan karena masih longgar dalam penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
”Kami sudah mengingatkan petugas kesehatan yang masih bertugas di posko pelayanan kesehatan korban banjir agar meningkatkan screening sebagai upaya pencegahan. Screening dengan tes cepat antigen bisa dimulai dari para petugas yang memberikan pelayanan kepada korban banjir,” tuturnya.
Muslim mengatakan, tidak semua orang yang berada di tempat pengungsian bisa dites. Selain karena keterbatasan alat tes cepat antigen, juga berpotensi muncul penolakan dari orang-orang di sana. ”Kalau memulainya dari orang-orang yang berada di penampungan, secara psikologis itu agak berat dilakukan,” katanya.
Pos Komando Tanggap Darurat Banjir Provinsi Kalsel pada Sabtu (30/1/2021) memperbarui datanya dan mencatat 176.144 keluarga atau 626.778 jiwa terdampak banjir di 11 kabupaten/kota. Sebanyak 36.333 orang masih mengungsi karena banjir belum sepenuhnya surut, terutama di Kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar, Tanah Laut, dan Barito Kuala.
Kepala Biro Operasi Kepolisian Daerah Kalsel Komisaris Besar Mochamad Noor Subchan menyoroti banyaknya penambahan kasus Covid-19 di Kalsel yang berasal dari kabupaten/kota yang terdampak bencana banjir. ”Tes cepat antigen sebaiknya segera dilakukan agar tidak menimbulkan kluster baru,” ujar Subchan.