Energi listrik selalu menjadi sorotan saat bencana. Kedatangannya bagai terang dalam gelap. Namun, hal itu tidak mudah. Perlu Upaya lebih untuk mengalahkan keterpurukan saat bencana.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·5 menit baca
Pada saat banjir di Kalimantan Selatan meluas, listrik langsung dilumpuhkan membuat semua gelap menjadi kian kelam. Namun, selalu ada upaya untuk membawa terang dalam gelapnya bencana. Karena saat banjir, tak boleh ada strum di antaranya.
Mukarromah (27), warga Martapura Timur, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, pada Sabtu (23/1/2021) pagi berlari kecil menghampiri petugas PT PLN (Persero) yang sedang memantau sebuah gardu listrik. Ia bertanya, ”Pak, kapan wilayah kami nyala lampunya?”
Sejak banjir mulai merendam Kota Banjarmasin, Martupura, dan sembilan kabupaten/kota lainnya, terdapat 1.629 gardu distribusi yang terdampak atau terendam banjir. PT PLN Unit Induk Wilayah Kalimantan Selatan-Kalimantan Tengah mematikan setidaknya 1.629 gardu. Listrik padam total.
Wajar saja dimatikan karena jika tetap menyala selagi banjir tiba, bahaya akan datang. Air banjir yang mampu menghantar listrik bisa menyerang siapa saja. Strumnya bahkan bisa membakar rumah meski masih terendam banjir.
Seperti cerita Mukarromah. Ia tinggal di pinggir Sungai Martapura. Saat hujan lebat dan sungai meluap pada Jumat (15/1/2021) lalu, ia bersumpah melihat percikan listrik dari rumah tetangganya. Orang-orang yang melihat panik. Sebagian melompat dari rumah kayu tingkat dua menuju air dan berenang sejauhnya. Sebagiannya lagi ada yang lebih tenang dengan memeriksa meteran listrik.
”Semuanya panik. Kami ketakutan. Tetapi, setelah aliran listrik tidak ada, kami pun tetap panik karena gelap,” ungkap Mukkaromah.
Kepanikan itu sudah diprediksi PT PLN (Persero). Dalam situasi bencana, selalu ada kekurangan tenaga teknis di lapangan. Namun, banyak kantor unit wilayah di Kalimantan ikut membantu datang ke Kalsel. Ada yang dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah bahkan Balikpapan, Kalimantan Timur.
Tri (28) petugas teknis lapangan, Sabtu pagi, sudah keliling Desa Pekauman Hulu, di Kabupaten Banjar. Saat itu air sudah mencapai lutut orang dewasa. Ia sempat terjatuh ke lubang got lantaran tak lagi bisa melihat jalan.
Siang itu, ia bertugas memeriksa meteran di setiap rumah di RT 003, Desa Pekauman Hulu, Kabupaten Banjar, Kalimantan Tengah. ”Bu, ini listriknya mau dinyalakan, kalau ada mesin pompa air yang terendam jangan dulu dinyalakan ya,” ujarnya.
Seluruh tubuh Tri basah kuyup. Setiap rumah yang ia datangi para pemilik rumah tersenyum melihatnya basah kuyup, padahal kaki mereka masih terendam banjir.
Sembari Tri mengingatkan warga agar listrik akan dinyalakan, Albert Silooy masih asik dengan gardu yang terendam. Gardu itu dinaikkan sekitar 30 sentimeter agar terhindar dari genangan air.
Badan gardu berhasil dinaikkan. Sekarang memasang jumper atau penyambung tegangan. Ia menggunakan galah besi yang di ujungnya terdapat pengait. Beberapa kali percobaan jumper tak kunjung nyantol di pengaitnya. Jumper jadi salah satu bagian penting karena aliran 20.000 kilovolt ampere bisa menyetrum seluruh warga di situ dan benda hidup lainnya.
Percobaan keempat berhasil mengaitkan dua jumper ke tempatnya. Namun, pekerjaan belum selesai. Setelah warga diminta mengecek meteran, gardu pun dinyalakan.
Pekerjaan serupa dilanjutkan di 43 gardu lainnya. Dari data PT PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Selatan secara keseluruhan di Kalsel, sampai dengan Minggu (24/1/2021) pukul 14.00 Wita, PLN berhasil melakukan penormalan sebanyak 1.492 gardu distribusi atau 92 persen dari total 1.629 yang terdampak banjir sehingga 102.190 pelanggan sudah kembali menikmati listrik.
Di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, salah satu wilayah paling terdampak dengan ketinggian banjir mencapai tiga meter, 100 persen gardu sudah kembali normal.
Melihat listrik sudah kembali menyala, seketika Mukarromah melompat melewati genangan ke depan rumahnya. Ia langsung menelepon keluarganya yang masih mengungsi untuk kembali ke rumah. ”Kami selama ini menunggu listrik. Kalau sudah menyala baru mau pulang meski masih banjir,” katanya.
Banjir besar yang melanda Kalimantan Selatan belum selesai. Beberapa wilayah masih digenangi banjir seperti di wilayah Martapura, Kabupaten Banjar, Kota Banjarbaru dan Kota Banjarmasin bagian timur.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Selatan menunjukkan, totalnya banjir merendam setidaknya 122.166 rumah di 11 kabupaten/kota, 179.035 keluarga atau totalnya mencapai 712.129 jiwa. Total pengungsi selama banjir terjadi mencapai 113.420 orang.
Kini, banjir perlahan surut. Namun, prediksi curah hujan sedang hingga tinggi masih mengancam karena luapan sungai-sungai besar di Kalimantan Selatan.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (UIW Kalselteng) Sudirman menjelaskan, debit air di beberapa wilayah masih cukup tinggi sehingga akan sangat berisiko bagi warga untuk dapat dilistriki kembali. Namun, timnya bakal terus memantau secara berkala guna memastikan kondisi kelistrikan aman bagi masyarakat untuk dapat segera dinormalkan kembali.
”Kami bersama berharap agar banjir segera surut sehingga seluruh masyarakat di Kalsel dapat segera menikmati listrik dengan aman dan nyaman,” pungkas Sudirman.
Sudirman menambahkan, di Kabupaten Hulu Sungai Selatan pihaknya berhasil memulihkan listrik 100 persen. Untuk melakukan percepatan penyaluran listrik di Kabupaten yang meliputi tiga kecamatan, yakni Kecamatan Loksado, Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Kalumpang, PLN menerjunkan sebanyak 51 Personel Petugas Layanan Teknik dengan 14 armada.
Kami bersama berharap agar banjir segera surut sehingga seluruh masyarakat di Kalsel dapat segera menikmati listrik dengan aman dan nyaman.
Banjir yang melanda Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dari data PLN, menyebabkan material kelistrikan rusak, sebanyak tujuh tiang listrik roboh dan 13 peralatan konstruksi rusak. Bencana banjir yang melanda wilayah itu sejak Rabu (13/1) lalu mengakibatkan 66 gardu distribusi terdampak banjir dengan total sebanyak 8.274 pelanggan.
”Di Kabupaten Hulu Sungai Selatan ini banjir terbilang cepat surut dan merata sehingga kami bisa segera menyalurkan listrik kembali ke seluruh pelanggan,” kata Sudirman.
Sumber energi listrik menjadi penanda awal pulihnya sebuah bencana. Dengan sumber listrik aman korban banjir sedikit lebih tenang. Tentunya dengan tanpa ada korslet apalagi strum di tengah banjir.