Badan POM Kawal Distribusi Vaksin Hingga ke Lokasi Penyuntikan
Badan Pengawas Obat dan Makanan mengawal distribusi vaksin Covid-19 dari tempat produksinya di PT Bio Farma hingga ke lokasi penyuntikan di fasilitas kesehatan. Hal ini untuk memastikan kualitas vaksin terjamin.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Badan Pengawas Obat dan Makanan mengawal distribusi vaksin Covid-19 dari tempat produksinya di PT Bio Farma hingga ke lokasi penyuntikan di fasilitas kesehatan. Hal ini untuk memastikan mutu, keamanan, dan khasiat vaksin terjamin.
Kepala Badan POM Penny K Lukito mengatakan, pengawasan vaksin Covid-19 tidak berhenti saat pihaknya memberikan izin penggunaan darurat vaksin produksi Sinovac, China, pada 11 Januari lalu. Kualitas vaksin juga perlu dijaga dengan memastikan rantai dingin (cold chain) dalam proses distribusi.
“Ini aspek yang sangat menentukan efektivitas program vaksinasi Covid-19 berjalan sesuai targetnya,” ujarnya di Kantor PT Bio Farma, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (29/1/2021).
Di Bio Farma, Penny meninjau pusat komando distribusi vaksin dan area serah terima vaksin. Vaksin produksi Sinovac disimpan di Bio Farma sebelum didistribusikan ke instalasi farmasi pemerintah (IFP) tingkat provinsi.
“Badan POM mengawasi distribusi saat vaksin kalur dari Bio Farma ke IFP provinsi, kemudian ke IFP kabupaten/kota dan sampai ke tempat vaksinasi masyarakat,” ujarnya.
Sebelum mengunjungi Bio Farma, Penny terlebih dahulu mengecek penerapan rantai dingin di IFP Jabar dan IFP Kabupaten Bandung. Suhu di tempat penyimpanan vaksin diatur 2-8 derajat celcius.
Ia juga memeriksa ketersediaan daya listrik cadangan. Tujuannya agar rantai dingin tetap terjaga ketika listrik utama padam.
Pengawasan vaksin Covid-19 tidak berhenti saat Badan POM memberikan izin penggunaan darurat vaksin produksi Sinovac, China, pada 11 Januari lalu. Kualitas vaksin juga perlu dijaga dengan memastikan rantai dingin (cold chain) dalam proses distribusi
“Kesiapan instrumen pendukung daya, seperti genset, sangat penting. Pengecekan ini dilakukan oleh Balai POM di seluruh Indonesia,” ucapnya.
Untuk memastikan standarisasi penyimpanan vaksin di fasilitas kesehatan, Penny mendatangi Puskesmas Kutawaringin, Kabupaten Bandung. Ia mengecek ketersediaan wadah berpendingin untuk menyimpan vaksin.
“Perlu dipastikan vaksin yang disuntikkan ke masyarakat masih memenuhi aspek mutu, keamanan, dan khasiatnya. Jadi, kami akan selalu mendampingi agar kualitas vaksin tetap stabil,” ujarnya.
Penny pun berpesan kepada tenaga kesehatan untuk mencatat kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI). Kemungkinan gejala yang timbul setelah penyuntikan juga perlu disampaikan kepada penerima vaksin.
Dalam menyalurkan vaksin ke setiap provinsi, Bio Farma menggunakan Sistem Manajemen Distribusi Vaksin (SMDV). Sistem ini tidak hanya menginformasikan lokasi, tetapi juga suhu kendaraan, titik pemberhentian, dan kecepatan kendaraan.
SMDV dikendalikan dari pusat komando (command center) Kantor Bio Farma. Setiap nomor vaksin diimput ke dalam data. Dengan begitu, paket vaksin yang diantar ke daerah bisa terlacak.
“Pendistribusiannya harus sesuai Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dengan memantau posisi dan suhu selama pengantaran melalui teknologi digital,” ujar Direktur Digital Healthcare Bio Farma Soleh Ayubi.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menuturkan, selain mendistribusikan vaksin siap pakai, pihaknya juga mengolah bahan baku (bulk) vaksin Sinovac menjadi produk jadi. Saat ini telah diproduksi enam juta dosis vaksin dari bahan baku itu.
Vaksin tersebut memasuki tahap pengendalian mutu dan akan dikirim ke Badan POM untuk untuk mendapatkan lot release atau sertifikasi penjamin mutu agar siap didistribusikan pada Februari 2021.