Harga Kedelai Masih Tinggi, Operasi Pasar Jadi Solusi Darurat
Operasi pasar kedelai menjadi solusi sementara bagi pelaku usaha untuk mendapatkan bahan baku dengan harga terjangkau. Pelaku usaha berharap pasokan kedelai bisa kembali lancar dan harganya kembali normal.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
KOMPAS/KRISTI UTAMI
Pedagang menunjukkan kualitas kedelai di tokonya, Jumat (29/1/2021) di Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal, Jawa Tengah. Harga kedelai di Kota Tegal masih bertahan di angka Rp 9.500 per kilogram.
KAJEN, KOMPAS — Hingga pekan terakhir Januari, harga kedelai di wilayah pantura barat Jawa Tengah masih mahal, yakni Rp 9.300 per kilogram. Di Kabupaten Pekalongan, operasi pasar kedelai dilakukan untuk stabilisasi harga.
Harga kedelai di sejumlah daerah merangkak naik sejak Oktober 2020 karena impor kedelai dari Amerika Serikat berkurang seiring peningkatan permintaan kedelai dari China. Sebelumnya, rata-rata harga kedelai di wilayah pantura barat Jateng, seperti Kabupaten Pekalongan dan Kota Tegal, sebesar Rp 6.000 per kilogram.
Pada awal Januari, harga kedelai sempat tembus Rp 9.500 per kilogram. Setelah pasokan kedelai impor mulai masuk, harganya berangsur turun menjadi sekitar Rp 9.300 per kilogram.
Pedagang mengecek persediaan kedelai di tokonya, Jumat (29/1/2021) di Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal, Jateng. Harga kedelai di Kota Tegal masih bertahan di angka Rp 9.500 per kilogram.
Di Kabupaten Pekalongan, operasi pasar kedelai dilakukan Koperasi Produsen Tahu Tempe (KOPTI) Kabupaten Pekalongan pada Kamis-Jumat (28-29/1/2021) di Kecamatan Kajen. Dalam operasi pasar tersebut, kedelai dijual dengan harga Rp 8.500 per kilogram.
”Kami menyiapkan sembilan ton kedelai dalam operasi pasar. Setelah semuanya laku terjual, kami berencana menambah lagi sebanyak 10 ton untuk operasi pasar berikutnya,” kata Ketua KOPTI Kabupaten Pekalongan Rohmah Nawawi saat dihubungi, Jumat.
Pelaku usaha tidak diperbolehkan memborong kedelai dalam operasi pasar.
Rohmah menuturkan, pelaku usaha tidak diperbolehkan memborong kedelai dalam operasi pasar ini. Setiap pembeli mendapatkan maksimal 50 kilogram sehari. Hal itu dilakukan supaya dampak operasi pasar dirasakan secara merata.
Suasana operasi pasar kedelai oleh Koperasi Produsen Tahu Tempe (Kopti) Kabupaten Pekalongan pada Kamis-Jumat (28-29/1/2021) di Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Menurut Rohmah, operasi pasar dilakukan untuk membantu pelaku usaha tahu dan tempe mendapatkan bahan baku dengan harga terjangkau. Selain itu, operasi pasar juga diharapkan bisa menstabilkan harga kedelai di pasaran.
Rohmah menilai jumlah kedelai yang disediakan dalam operasi pasar tergolong sedikit. Ia mencontohkan, setiap pengusaha tahu dan tempe rata-rata membutuhkan 60 kilogram-1 kuintal kedelai dalam sehari. Adapun di Pekalongan, sedikitnya ada 500 pelaku usaha tahu dan tempe.
”Terakhir saya tahu data soal rata-rata kebutuhan kedelai di Pekalongan itu pada tahun 2008, yakni, 750 ton per bulan. Kalau sekarang saya tidak tahu, yang pasti lebih banyak,” imbuh Rohmah.
KOMPAS/KRISTI UTAMI
Pedagang duduk di dekat tumpukan kedelai di tokonya, Jumat (29/1/2021) di Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal, Jateng. Harga kedelai di Kota Tegal masih bertahan di angka Rp 9.500 per kilogram.
Slamet (59), salah satu pengusaha tempe di Kecamatan Kajen, menyambut operasi pasar dengan gembira. Ia mengaku, selama ini, pengusaha tempe skala rumahan seperti dirinya menderita akibat kenaikan harga kedelai. ”Kami ini serba salah. Kalau mau menaikkan harga, pelanggan protes. Sementara harga kedelai terus naik,” ucapnya.
Setiap hari, Slamet membutuhkan sekitar 50 kilogram kedelai untuk membuat tempe. Oleh karena tidak bisa menaikkan harga, Slamet memilih mengurangi kedelai dari 13 ons per satu bungkus tempe menjadi 10 ons per bungkus tempe.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Warga menunjukkan tempe buatannya di sentra industri tempe Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Kamis (7/1/2021). Semenjak harga kedelai naik, sejumlah produsen tempe menyiapkan siasat untuk bertahan, yakni memperkecil ukuran tempe. Tempe yang biasa dibuat dengan ketebalan 8 sentimeter ditipiskan menjadi 7 sentiemter.
”Kalau bisa, operasi pasar ini terus dilakukan sampai harga kedelai stabil. Kalau tidak bisa kembali ke Rp 6.000 per kilogram, paling tidak bisa Rp 7.000-Rp 7.500 per kilogram supaya kami bisa sedikit bernapas,” imbuh Slamet.
Sementara itu, di Kota Tegal, harga kedelai masih bertahan Rp 9.500 per kilogram. Harga kedelai diperkirakan baru akan turun menjadi Rp 8.000-Rp 8.500 sekitar akhir Februari atau awal Maret. Sebab, kedelai impor dari Amerika Serikat diperkirakan tiba pada pertengahan Februari.
”Sekarang suplai dari importir masih terbatas karena barangnya belum masuk lagi. Paling dapatnya 3 ton per minggu dari normalnya 7 ton per minggu,” ujar Masruri (50), penjual kedelai di Kota Tegal.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Warga mencuci kedelai di sentra industri tempe Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Kamis (7/1/2021). Kedelai itu akan diproses menjadi tempe. Adanya kenaikan harga kedelai membuat produsen mengurangi produksi harian tempe dari 2 kuintal menjadi 1,5 kuintal.