Warga Magelang Diminta Siap dengan Perubahan Arah Erupsi Merapi
Pengungsi Merapi asal Kabupaten Magelang diperbolehkan kembali pulang. Namun, mereka tetap diminta waspada terhadap segala perubahan, termasuk kemungkinan perubahan arah erupsi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Di tengah peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi, pengungsi asal Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tetap diperbolehkan pulang. Kendati demikian, pengungsi diharapkan tetap siap dengan segala perubahan pemetaan dampak bencana yang mungkin terjadi.
”Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cenderung fluktuatif dan sulit diprediksi. Oleh karena itu, saat sudah pulang dan berada di rumah, warga tetap harus siap dengan segala risiko, termasuk perubahan arah erupsi yang mungkin terjadi,” ujar Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Supranowo saat ditemui, Kamis (28/1/2021).
Masalah kepulangan pengungsi ini sempat didiskusikan dengan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Kesimpulan dari diskusi itu, pengungsi tetap diizinkan pulang karena dari pemetaan terbaru, erupsi Merapi sementara ini mengarah ke sektor selatan-barat daya ke Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Sungai Putih, sejauh maksimal 5 kilometer dari puncak.
Supranowo mengatakan, Pemerintah Kabupaten Magelang sebenarnya tidak merekomendasikan pengungsi untuk pulang dengan pertimbangan perubahan arah erupsi merapi yang dinamis. Namun, keinginan warga sulit ditolak.
BPBD Kabupaten Magelang berupaya mengantisipasi dampak dari erupsi Gunung Merapi. Mereka sudah membagikan 15.000 masker ke tiga kecamatan yang termasuk dalam kawasan rawan bencana III erupsi Merapi pada tahun 2020. Saat ini BPBD Kabupaten Magelang masih memiliki stok sekitar 400.000 masker medis dan nonmedis, yang siap dibagikan kembali.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Magelang Gunawan Iman Suroso mengatakan, pihaknya sudah mempersiapkan kebutuhan bilik pengungsian bagi 1.083 keluarga dari 11 dusun di empat desa di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.
”Tidak sekadar memperhitungkan kebutuhan untuk mengungsikan kelompok rentan, kami juga sudah mempersiapkan bilik saat semua warga dari 11 dusun tersebut harus mengungsi,” ujarnya.
Jumlah total keluarga dari 11 dusun tersebut terdata mencapai 1.083 keluarga. Kendati demikian, saat ini BPBD Kabupaten Magelang sudah menyiapkan kebutuhan untuk pemasangan 1.116 bilik di lebih dari 40 lokasi pengungsian. Sebagian bilik sudah dipasang dan ditempati, tetapi di sebagian lokasi, bilik belum dipasang. Selain memakai gedung, aset pemerintah desa, sebagian lokasi yang dipakai adalah gedung sekolah serta tempat ibadah.
Hingga Kamis (28/1/2021) pagi, jumlah pengungsi di Kabupaten Magelang terdata 345 orang. Sebanyak 265 orang di antaranya, yang berasal dari Dusun Babadan I, Desa Paten, kini mengungsi di Tempat Evakuasi Akhir (TEA) Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan, dan 80 orang lainnya, warga asal Dusun Babadan II, Desa Paten, kini mengungsi di TEA Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan.
Pengungsi dari dua dusun tersebut tetap berencana pulang, Senin (1/2/2021). Wahyudi, salah satu koordinator pengungsi dari Dusun Babadan I, menilai kepulangan kembali ke rumah tidak akan membahayakan keselamatan karena saat berada di desa, warga pun masih terus meningkatkan kewaspadaan.
”Berada di rumah bukan berarti kami bersantai dan mengabaikan bahaya erupsi. Kami siap untuk terus memantau aktivitas vulkanik karena kami sadar saat ini Gunung Merapi masih berstatus Siaga,” ujarnya.
Sabarno Widodo, ketua 1 pengungsian di TEA Mertoyudan, mengatakan, pihaknya juga tidak bisa mencegah pengungsi untuk pulang. Ia pun meminta pengungsi untuk membuat surat pernyataan bahwa aktivitas pulang ini dilatarbelakangi oleh keinginan mereka pribadi.