Seorang Sukarelawan Pengungsi Merapi di Sleman Positif Tes Cepat Antigen
Sebanyak 68 orang sukarelawan pengungsi Merapi, di Barak Purwobinangun, Sleman, DIY, menjalani tes cepat antigen. Seorang sukarelawan menunjukkan hasil positif dari tes cepat tersebut. Namun, dia belum sempat bertugas.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Sebanyak 68 sukarelawan pengungsi Merapi, di barak pengungsian Purwobinangun, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjalani tes cepat antigen, Kamis (28/1/2021). Salah seorang peserta menunjukkan hasil positif dari tes cepat tersebut. Relawan itu dipastikan belum beraktivitas di barak.
Tes cepat antigen dijalani para sukarelawan yang akan bertugas di Barak Purwobinangun, Desa Purwobinangun, Pakem, Sleman. Tes tersebut dilaksanakan di Aula Balai Desa Purwobinangun, yang berlokasi persis di seberang barak.
”Ditemukan satu hasil positif antigen dari tes kepada sukarelawan. Tindak lanjutnya, mereka langsung di-swab PCR. Yang bersangkutan juga diisolasi sambil menunggu hasil swab-nya,” kata Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Makwan, saat dihubungi, Kamis siang.
Makwan menjamin, sukarelawan yang menunjukkan hasil positif tersebut belum bertugas di barak pengungsian. Dengan demikian, semua sukarelawan yang bertugas di barak dipastikan dalam kondisi yang sehat.
Tes cepat antigen menjadi kewajiban semua sukarelawan yang ingin membantu di barak tersebut. Hanya sukarelawan yang menunjukkan hasil negatif tes cepat antigen, diperbolehkan bertugas.
Adapun alat tes cepat antigen yang disiapkan berjumlah 150 unit. Penapisan kesehatan bagi sukarelawan menjadi penting mengingat warga pengungsi berasal dari daerah zona hijau, atau belum pernah ada yang terpapar Covid-19. Untuk itu, perlindungan terhadap warga dari penularan dilakukan dengan mengecek kondisi kesehatan para sukarelawan yang bakal mobilitasnya tinggi.
Penapisan kesehatan bagi sukarelawan menjadi penting mengingat warga pengungsi berasal dari daerah zona hijau atau belum pernah ada yang terpapar Covid-19.
”Kami ingin memastikan warga yang dievakuasi tidak terpapar Covid-19. Oleh karena itu, petugas dan sukarelawan yang kami screening dengan swab antigen,” kata Makwan.
Makwan menyampaikan, tes antigen berkala bagi sukarelawan belum direncanakan. Pihaknya akan melihat perkembangan kondisi pengungsian selanjutnya. Namun, ia beranggapan, tes berkala bagi sukarelawan sebagai suatu hal yang penting.
BPBD Sleman pun menjamin protokol kesehatan akan diterapkan ketat demi mencegah penularan Covid-19 di barak pengungsian. Ada sejumlah orang yang ditugaskan khusus mengawasi dan mengingatkan protokol kesehatan. Mereka ditempatkan di gerbang masuk barak. Setiap orang yang masuk ke area barak akan ditanyai dan dipastikan berada dalam kondisi sehat.
Untuk mendukung penerapan protokol kesehatan, barak pengungsian dipasangi sekat-sekat. Satu bilik hanya bisa digunakan satu keluarga. Instalasi tempat cuci tangan juga disediakan. Warga pengungsi yang akan masuk ke barak diminta mencuci tangan terlebih dahulu dan diukur suhu tubuhnya.
Kepala Seksi Pemerintahan Desa Purwobinangun, Nurhadi menyatakan, pihaknya membatasi sukarelawan yang bertugas. Hanya sukarelawan yang berasal dari desa tersebut yang diperbolehkan bertugas. Tujuannya untuk mencegah terpaparnya warga pengungsi terhadap Covid-19.
Menurut data dari Pemerintah Desa Purwobinangun, hingga Kamis sore, warga Dusun Turgo yang mengungsi di Barak Purwobinangun, berjumlah 153 orang. Mereka terdiri dari warga kelompok rentan dan warga bukan kelompok rentan di RT 2, 3, dan 4. Adapun jumlah warga kelompok rentan dari total pengungsi, yakni 36 orang anak balita, satu orang ibu hamil, dan 26 orang lansia.
Para pengungsi sempat kembali ke rumahnya, di Dusun Turgo, pada Kamis pagi. Mereka pulang untuk memberi pakan ternaknya. Pemerintah Desa Purwobinangun memperbolehkan warga kembali ke rumah, tetapi harus senantiasa menjaga kewaspadaan. Pemerintah desa dan warga juga telah saling bersepakat agar para warga kembali berada ke pengungsian pada pukul 10.00. Para pengungsi juga difasilitasi angkutan kendaraan dari sukarelawan dan pemerintah daerah untuk keperluan bolak-balik tersebut.