Kedatangan kereta rel listrik sudah ditunggu-tunggu para pelaju di wilayah Yogyakarta dan Solo. Seiring pertumbuhan ekonomi dua daerah yang belakangan kian pesat ini, keandalan akses mobilitas menjadi keniscayaan.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·6 menit baca
Kehadiran kereta rel listrikatau KRL sudah lama dinanti para pelaju, di wilayah Yogyakarta dan Solo. Seiring pertumbuhan ekonomi dua daerah yang belakangan kian pesat ini, keandalan akses mobilitas menjadi keniscayaan. Ketidakpastian jadwal Prameks, kereta rel diesel yang selama ini melayani warga, diharapkan menjadi cerita lama.
Sorot mata Nur Harsa Aryo Samudro (44) berbinar saat memasuki kompleks Stasiun Tugu, Kota Yogyakarta, Rabu (20/1/2021). Pagi itu, ia begitu ceria. Sekian lama menjalani rutinitas bolak-balik Yogyakarta-Solo, dirinya bangga menjadi salah satu warga yang mendapat kesempatan menjajal perjalanan pertama KRL Yogyakarta-Solo.
”Ini seperti mimpi yang kami dapatkan. Kebahagiaan yang luar biasa,” kata Harsa, dalam uji coba kereta rel listrik dengan rute Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ke Kota Solo, Jawa Tengah, Rabu itu.
Harsa merupakan salah seorang penumpang kereta yang beruntung dapat kesempatan menjajal kereta rel listrik lebih dahulu sebelum dioperasikan terbatas untuk masyarakat umum. Sepanjang perjalanan dari Yogyakarta, pria berkacamata itu tak henti mendokumentasikan pengalamannya lewat kamera ponsel. Pengalaman naik KRL dengan rute baru itu didokumentasikan baik melalui foto maupun rekaman video.
Harsa juga selalu menjajal turun di setiap stasiun perhentian. Seolah-olah, ia sedang berlari mengejar kereta. Padahal, ia hanya berpindah dari satu pintu ke pintu yang lain pada gerbong yang sama.
”Pura-puranya saya memperagakan kereta ini sudah benar-benar beroperasi untuk umum. Sekalian ngecek naik turun ini kenyamanannya seperti apa. Perbedaannya seperti apa dibandingkan (KA) Prameks (Prambanan Ekspres),” ujar Harsa sambil terkekeh.
Kereta rel listrik (KRL) dengan rute Kota Yogyakarta-Solo menurut rencana akan menjalani uji coba operasional terbatas untuk masyarakat umum mulai 1 Februari 2021. Kereta itu dipersiapkan untuk menggantikan Kereta Api Prambanan Ekspres (KA Prameks) yang sejak 1994 telah melayani pelaju, pekerja, ataupun wisatawan, di antara dua kota, yakni Kota Yogyakarta dan Solo. Pengoperasian KRL berada di bawah naungan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Banyak peminat
Menurut data dari PT KAI, tanpa kondisi pandemi Covid-19, jumlah penumpang KA Prameks bisa mencapai 10.000 orang per hari. Sebagian besar penumpang terdiri dari para pelaju baik yang berasal dari Kota Yogyakarta maupun Kota Solo. Banyaknya jumlah penumpang menunjukkan kehadiran akses moda yang menghubungkan dua kota tersebut sangat dibutuhkan.
”Kalau dalam kondisi pandemi ini rata-rata, ya 1.000 penumpang per hari. Meski demikian, transportasi untuk kedua kota ini sangat penting. Karena, memang banyak sekali yang memanfaatkannya,” kata Harsa, yang juga ketua dari komunitas bernama Pramekser Yogyakarta-Solo. Komunitas ini berisi para pelaju dari Yogyakarta yang sehari-hari memanfaatkan KA Prameks sebagai moda transportasi utama untuk bekerja ke Kota Solo.
Dalam rutenya, KRL Yogyakarta-Solo akan berhenti di 11 stasiun, yaitu Stasiun Tugu Yogyakarta, Lempuyangan, Maguwo, Prambanan, Srowot, Klaten, Ceper, Delanggu, Gawok, Purwosari, dan Solo Balapan. Semuanya merupakan stasiun yang sudah dibangun sejak lama.
KA Prameks masih menggunakan tiket yang dibeli sesuai dengan jadwal keberangkatan. Hal ini kerap menjadi persoalan bagi penumpang, mengingat jadwal keberangkatan kereta tidak pasti.
Hal penting lain yang membedakan KA Prameks dan KRL Yogyakarta-Solo adalah pada sistem pembelian tiket. KA Prameks masih menggunakan tiket yang dibeli sesuai dengan jadwal keberangkatan. Hal ini kerap menjadi persoalan bagi penumpang, mengingat jadwal keberangkatan kereta tidak pasti.
Kereta kerap kali terlambat berangkat. Penumpang juga belum pasti memperoleh tiket keberangkatan pada jadwal berikutnya. Sebab, tiket hanya dijual per jadwal keberangkatan.
Adapun KRL menerapkan pembayaran nontunai menggunakan Kartu Multi Trip (KMT) yang diterbitkan PT KCI dan Kartu Commuterpay atau kartu uang elektronik yang dikeluarkan sejumlah bank. Penumpang cukup menempelkan (tap) kartu pada gerbang masuk stasiun. Penumpang bisa datang dan berangkat kapan saja setelah masuk di ruang tunggu stasiun.
”Memang ticketing, jadwal keberangkatan, dan ketepatan waktu tiba ini sangat tidak bisa dipastikan. Oleh karena itu, dengan adanya KRL, pelaju menjadi sangat terbantu. Pekerja profesional di Kota Yogyakarta dan Kota Solo bisa terfasilitasi. Pekerjaan menjadi semakin mudah karena mendapatkan kepastian transportasi,” kata Harsa.
Akida Mulyaningtyas (42), warga Kota Yogyakarta, juga mengeluhkan persoalan jadwal berangkat KA Prameks. Ia mengaku sudah menjadi penumpang harian kereta tersebut sejak 2000. Sehari-hari, ia mengajar sebagai dosen di Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
”Di KA Prameks, misalnya, kita akan berangkat pukul 07.12. Lalu, ada keterlambatan, maka harus menunggu yang pukul 08.20. Itu pun belum dapat tiketnya jika kita belinya mendadak. Dengan adanya KRL ini, jaminan pasti dapat tiket dan dapat berangkat,” tutur Akida.
Akida berharap, dalam operasional KRL, interval jadwal satu kereta dengan kereta lainnya tidak terlalu lama. Kepastian keberangkatan yang dijamin pengelola diharapkan tidak sekadar menjadi janji. Harus benar-benar diwujudkan.
Menjadi kebutuhan
Kereta komuter, seperti KRL Yogyakarta-Solo, menurut Akida menjadi bagian dari perkembangan zaman yang sudah seharusnya hadir di tengah masyarakat. Masyarakat butuh bergerak semakin cepat. Sementara jalan raya semakin dipadati kendaraan pribadi. Untuk itu, KRL seperti halnya melayani komuter di Jabodetabek menjadi jawaban atas kebutuhan masyarakat sekaligus mengurangi kemacetan dan polusi di jalan.
Adapun kemacetan di jalan raya Yogyakarta-Solo dalam 5-7 tahun terakhir seolah sudah menjadi langganan. Pada awal 2000-an, Yogyakarta-Solo bisa ditempuh dengan sepeda motor dalam waktu sekitar 1 jam atau kurang. Namun kini, perjalanan bisa memakan waktu hingga 1,5 jam bahkan 2 jam jika sedang musim liburan yang menyebabkan kemacetan.
Masyarakat butuh bergerak semakin cepat. Sementara lalu lintas jalan raya semakin dipadati kendaraan pribadi. KRL menjadi alternatif jawaban.
Sementara, waktu yang dibutuhkan untuk menempuh perjalanan dari Stasiun Tugu Yogyakarta ke Stasiun Solo Balapan dengan KRL hanya 80 menit. Hitungan itu sudah ditambah waktu berhenti di 11 stasiun yang dilintasi pada rute tersebut. Jika dibandingkan, waktu tempuh perjalanan dengan KA Prameks masih lebih lama. Dengan rute sama, waktu yang dibutuhkan sekitar 100 menit. Ada selisih waktu 20 menit lebih cepat dengan KRL.
”Secara umum, kereta ini sudah baik dan nyaman. Terlihat bersih juga. Saya berharap, nanti kereta ini akan ramah dengan pelaju. Memang, pergerakan manusia bisa lebih cepat. Tetapi, kultur alon-alon waton kelakon (pelan-pelan asal terwujud) buat warga Yogyakarta dan Solo ini tetap terjaga,” ujar Akida, yang juga dilibatkan dalam uji coba terbatas KRL Yogyakarta-Solo, Rabu lalu.
Vice President Corporate Secretary PT KCI Anne Purba berharap, KRL Yogyakarta-Solo bisa menjadi transportasi pilihan bagi para pelaju di kedua kota, baik Yogyakarta maupun Solo. Pihaknya menjamin ketepatan jadwal keberangkatan kereta dalam uji coba operasional terbatas nanti. Penumpang dapat mengecek posisi, jadwal kedatangan, hingga keberangkatan kereta melalui aplikasi KRL Acces.
Uji coba operasional terbatas bagi masyarakat umum akan dilaksanakan pada 1-7 Feburari 2021. Jumlah penumpang kereta dibatasi hanya 74 orang per gerbong. Para penumpang juga harus melakukan registrasi daring terlebih dahulu. Tujuannya supaya jaga jarak fisik antarpenumpang dapat dilakukan. Penumpang juga dikenai tarif khusus, yakni Rp 1, selama masa uji coba terbatas tersebut.
”Diharapkan, orang bisa semakin mengurangi menggunakan kendaraan pribadi dan beralih ke KRL. Sasaran penumpang kami semua sektor. Mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga pekerja pelaju dari semua usia,” kata Anne.
KRL menjadi langkah maju perbaikan layanan transportasi penghubung dua pusat pariwisata maupun ekonomi, Yogyakarta dan Solo. Ekspektasi tinggi sudah telanjur dipatok para penumpang pelaju. Kini, publik menanti gerak pengelola mewujudkan harapan tersebut.